The Torn Lips : Musim Kawin

86 31 16
                                    

    Jangan terlalu serius, tidak ada yang betul-betul akan menikah.

        Wyhnterin menatap horor ke arah langit-langit kamar milik Deshaun, sepulang sekolah tadi anak laki-laki itu langsung menggeret Wyhn dan membuat gadis itu terlantar di kamarnya yang  penuh dengan hal-hal aneh

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

   
    Wyhnterin menatap horor ke arah langit-langit kamar milik Deshaun, sepulang sekolah tadi anak laki-laki itu langsung menggeret Wyhn dan membuat gadis itu terlantar di kamarnya yang  penuh dengan hal-hal aneh. Misalnya, di sebelah kiri kau dapat melihat sebuah peti mati. Oke, Wyhn tidak menganggap hal itu terlalu aneh karena mereka memang tidur di atas peti mati. Tapi dia melirik ke arah kanan, sebuah bunga Bellona, bunga paling beracun yang ada di dunia. Entah di Poveglia sama atau tidak.

    Deshaun sendiri menghilang setelah mengurung Wyhn didalam kamar. Jika boleh jujur, semenjak pindah ke rumah ini mereka berempat jadi jarang ribut. Wyhn sendiri belakangan ini jadi lebih pendiam, padahal dia biasanya dan Naeva melakukan pesta minum teh setiap dua hari sekali di taman. Tapi, mengingat taman keluarga Yates yang tidak lain dan tidak bukan adalah kuburan. Wyhn jadi mengurungkan niatnya saja. Bukanya bahagia nanti malah ada yang bersedih karena saat mereka pesta teh ada yang pingsan karena melihat arwah.

    Wyhn sebenarnya menatapi betapa jorok Deshaun Yates. Melirik langit-langit yang dipenuhi dengan jaring laba-laba. Bahkan laba-laba nya kalau boleh jujur ada banyak. Oh, jangan bilang mereka mengira jika ada keberuntungan kalau merawat laba-laba. Sungguh!

    "Jangan panik begitu, jika laba-laba di rumah mendadak banyak itu artinya sedang musim kawin."

    "Ka...kau"

    Wyhnterin jelas kaget, diantara gelapnya ruangan ini suara pemiliknya muncul. Seakan-akan tau jika dirinya tengah mencaci-maki gerombolan laba-laba yang tengah kawin.

    Di antara gelapnya cahaya yang masuk, Deshaun tersenyum tipis. Menunduk ke bawah mejanya dan mengambil sebuah toples garam. Belati yang dibawa oleh Deshaun ditaruh di dalam toples itu. Tentu saja lagi-lagi Wyhnterin bertanya. "Kenapa kau memasukkan belati itu dalam garam?"

    "Ck, kau ini banyak bicara ya, persis seperti adikmu itu."

    Oh? Benarkah? Wyhn kira Deshaun sosok yang lumayan waras dan baik hati dirumah ini. Kecuali tuan Charles dan Nyonya Whitney yang terlalu overprotektif. "Baiklah."

    Wyhnterin diam, ditengah gelap itu baik Deshaun maupun Wyhn sibuk sendiri selama beberapa saat. Canggung. Keduanya bahkan tak ada niatan untuk bicara. Bau amis perlahan lahan mulai menyeruak dari dalam kamar. Wyhn memejamkan matanya kemudian menutup hidung. "Ah, sial."

    Wyhn melangkah keluar tapi seseorang menahan tangannya. "Aku bercanda, aku penasaran tentang dirimu yang pergi semalam."

    Wyhn menaikkan alisnya, mencoba melepas paksa rengkuhan Deshaun meski sedikit susah. "Hah?"

    Deshaun menghidupkan saklar lampu dalam satu jentikkan tangan. Laki-laki itu mengangkat telapak tangannya, menampilkan segitiga kebenaran yang pernah ia singgung waktu itu, ritual Thellovous.

    "Berkata lah jujur. Aku tahu kau tau sesuatu"

    Wyhn menekuk masam. Bisa-bisanya laki-laki gila ini. "Kau pasti mencurigai aku kan?"
    "Kemana kau pergi pagi itu Wyhnterin?"

    Wyhn menarik nafas gusar. "Ck, padahal aku sudah berusaha tak ikut campur."

    "Aku tau kau bukan pelakunya Wyhnterin"

    Wyhn tersenyum kemudian menarik tangannya paksa. Dia melirik ke arah Deshaun dari ujung kaki hingga ujung kepala. "Apa aku bisa mempercayaimu?" Deshaun yang dilirik lantas tersenyum. Laki-laki itu berkata dengan tulus. "Aku juga kakakmu Wyhn, bicaralah dan jujurlah."

    Wyhnterin memulai ceritanya, dengan suara yang agak gemetar. Deshaun sebenarnya mempunyai tujuan lain. Dia ingin melihat di mana keberadaan gelang perak yang sempat di jaga oleh ayahnya. Pagi ini laki-laki separuh baya itu mengamuk di meja kerjanya seakan-akan telah sengaja membuka pintu neraka. Hanya karena gelang itu hilang.

    Wyhnterin menggenggam tangannya sendiri, jujur perasaan nya saat ini bukan karena gugup berhadapan langsung dengan Deshaun tapi gugup karena ini baru pertama kalinya duduk di atas peti mati sambil melihat laba-laba kawin. Sungguh, mau sedingin apapun sikap wyhn gadis itu tetap lah dirinya yang diam-diam bisa menjadi maniak.

    "Aku tahu akan ada yang terbunuh pagi itu."

    Deshaun menaikkan salah satu alisnya, bertanya-tanya tentang apa yang dimaksud oleh Wyhn. Gadis itu tampak semakin gugup saat Deshaun menatapnya dengan intens begitu, apa dia akan dikuliti dan dijadikan koleksi tulang milik Deshaun setelah berkata ini?

    "A-aku bermimpi melihat seseorang di sekolah. Aku tidak tau itu ruangan apa yang terlihat hanya gadis itu terlentang dengan kepala di ikat plastik. Setelah itu semua semua ... Semua hilang."

    Segitiga kebenaran di atas telapak tangan Deshaun tidak berubah warna, wyhn juga tampak tak kesakitan saat ini. Itu berarti apa yang dikatakan gadis itu benar. Dia tidak berbohong.

    "Jadi, sosok yang berlarian di pagi hari di sekitar ruang seni itu kau?"

    Wyhn termangu, darimana Deshaun tau? "Ah, seharusnya kau tanya pada Naeva darimana dia tahu."

    Wyhnterin sekali lagi tampak gemetar. Entah kenapa dirinya merasa gundah gulana saat Deshaun mengetahui hal itu. Padahal bukan dirinya pelaku pembunuhan bibir robek di sekolah nya itu. Jelas, bukan dia.

    Shubuh itu Wyhnterin berlari keluar dari rumah dengan kaus olahraga dan juga Hoodie yang ia pinjam dari Gina. Berlari secepat mungkin ke halte bus terdekat. Bulan dengan bayang-bayang semburat putih masih terlihat, beriringan dengan matahari yang kekuningan mulai muncul. Belum ada bis di pagi itu.

    Wyhn berlari sambil mendengarkan radio dari earphone nya, sebuah doa-doa yang entah kenapa secara mendadak terhubung saja. Angin pagi berhembus, meski sangat dingin wyhn harus cepat. Lagipula keringat akan menutupi angin yang berhembus itu. Dirinya berlari ke sekolah.

    Meski pada akhirnya dia terlambat, gadis itu sudah digeret oleh seseorang. "Di-dia perempuan"

    "Seorang perempuan menggeret gadis itu."

    Deshaun menatap Wyhnterin hanya ada satu kata yang akan dia katakan. "Apa kakinya menapak?"

Dejun bilek : langsung ke intinya aja, dia setan apa human?

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Dejun bilek : langsung ke intinya aja, dia setan apa human?

The Yates Family [AESPA]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang