The Torn Lips: Hyang-il

81 34 10
                                    

    Masa lalu adalah masa depan yang telah terkubur

    Masa lalu adalah masa depan yang telah terkubur

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

    The Night Before she dead

    Seorang gadis dengan Hoodie biru gelap tengah tertawa riang di sebuah swalayan. Hari ini masih pukul 7 malam, dia juga keluar dengan salah satu orang rumah, nyonya Whitney. Jadi aman-aman saja jika ingin keluar rumah. Mengingat peraturan rumah suram itu, dimana hanya boleh keluar jika berdua kecuali ke sekolah. Tentu saja. Malam ini adalah malam yang cukup menyenangkan, dia kembali bertemu dengan salah satu orang yang men-dm nya di media sosial, berkata dengan terang-terangan kalau dia adalah fans Gina.

    "Eum, Hyang-il apa kau dari Korea? Namamu mirip-mirip dengan nama orang timur."

    Hyang-i langsung saja menelan sandwich telurnya, Gina jadi menyodorkan sebotol air takut-takut anak itu akan tersedak. Hyang-il adalah anak yang sangat periang. Gina jadi teringat pada Naeva dan Wyhnterin. "HM! Aku juga lahir di Daegu, ah mungkin kau tidak tau Daegu ya"

    Gina tersenyum sambil memakan saladnya, Daegu ya? Tentu saja Gina tau tempat itu. Gadis itu tersenyum tipis kemudian bertanya-tanya lagi. "Begitukah? Bagaimana di sana? Apa ada tempat yang menarik?"

    Gadis yang ditanyai tampak terdiam, memasang ekspresi berpikir yang membuat Gina berpikir jika gadis didepannya adalah tipikal gadis polos dsn periang. Jiwa nya suci seakan-akan selalu memancarkan harapan. Gina jadi iri, tapi bagaimanapun harus bersyukur. Hyang-il menggaruk tengkuknya kemudian melirik ke arah Gina lagi. "Em, aku dengar kau suka bunga, jadi mungkin kau bisa pergi ke Daegu arboretum! Aku jamin disana sangat indah!"

    Dan begitulah, itu yang dikatakan Regina Graham bell kepada Sherina Van Neck yang tengah mewawancarai dirinya siang ini, kejadian meninggal nya Hyang-il yang tiba-tiba kemarin pagi membuat satu sekolah bingung. Jangankan siswa, beberapa guru bahkan berspekulasi aneh-aneh menduga jika seseorang dari keluarga Yates yang melakukan ini. Lagi-lagi alasan konyol 'Mereka kan keluarga sesat' sayangnya keluarga yang mereka sebut sebagai sesat ini adalah keluarga suci yang seringkali melakukan penyucian jiwa.

    "Apa, kau tahu Hyang-il pergi kemana setelah kejadian itu?"

    Gina menggelengkan kepalanya pelan. Benar, dirinya tidak tahu kemana gadis itu setelahnya. Yang dia ingat hanyalah senyum tipis milik Hyang-il, sebelum gadis itu benar-benar hilang di telan gelapnya malam.

    "Jadi, hanya itu?"

    Gina mengangguk, menatap muka Sherina yang kini memasang raut kekecewaan. Lagian dia kira Gina ini dukun begitu? Sim salabim ketemu lah si Hyang-il? Boro-boro hantu, awal mengijak kaki di Poveglia saja dia sudah pingsan. Jika bukan karena Nyonya Whitney yang mencoba mengakrabkan diri. Mungkin ambisi Gina untuk kabur lebih besar daripada ambisi milik Kate, dia sendiri sudah jarang bertemu dengan kakaknya itu.

    "Jadi menurutmu, kenapa Hyang-il menjadi korban peristiwa ini? Lalu Hoodie biru gelap?"

    Gina tampak bingung, apa hubungannya kejadian ini dengan Hoodie biru gelap?

    Naeva mencoba menahan diri saat terpaksa bersembunyi di dalam loker di ruang seni, oh sungguh, berjongkok di dalam loker meski badanya muat hanyalah membawa petaka. Bau amis benar-benar menusuk dari sini. Se-niat itu Naeva meneliti ini. Oh tentu, gadis itu menguping dengan seizin Gina. Gina sepertinya juga tampak tertarik. Saat langkah kaki itu keluar. Naeva menahan nafas.

    "Siapapun kau yang bersembunyi. Semoga kau bukan orang jahat"

    Langkah kaki kembali terdengar, disusul dengan suara gubrak pintu yang cukup keras. Naeva akhirnya bisa menarik nafas lega kemudian keluar dari loker itu. "Oh aku akan meminta wejangan karena kecoa gunung itu berani menyuruhku!"

    Naeva menyentuh dan mengelus lengan pakaikan nya yang tertempel debu. Astaga, kakinya bahkan kesemutan berat tadi.

    Saat Naeva hendak keluar, matanya seperti tak sengaja melihat sesuatu. Mayat gadis itu jatuh di dekat jendela bukan? Jadi wajar jika ada palang polisi dan juga kapur putih yang berada disana, serta bercak darah. Naeva kembali menoleh memastikan apa yang dia lihat. "Oo...oh ku kira tadi salah, ternyata betulan 7×5 ... Ta-tapi ..."

    Naeva mengeluarkan ponselnya dnegan cepat. Memotret dinding di salah satu sisi jendela yang dekat dengan palang polisi. Untuk apa angka 7×5? Pembunuh nya mau jago adu matematika? Kan sudah jelas kalau 7×5 itu 35.

 Untuk apa angka 7×5? Pembunuh nya mau jago adu matematika? Kan sudah jelas kalau 7×5 itu 35

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


What is 35 mean? Apakah 35 umur bapak Yates? Kagak lah ya, anaknya aja udah SMA :) sengaja buat yang mudah-mudah karena lagi males mikir huhuuu

The Yates Family [AESPA]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang