Kematian Sebelum Musim Panas

34 10 2
                                    

  

     Suara hujan yang sebelumnya deras mendadak jadi sunyi, sederet kejadian yang terjadi hari ini membuat Charleston Yates merapikan rambut pirangnya yang terkena air hujan, diiringi dengan nafas ngos-ngosan

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

     Suara hujan yang sebelumnya deras mendadak jadi sunyi, sederet kejadian yang terjadi hari ini membuat Charleston Yates merapikan rambut pirangnya yang terkena air hujan, diiringi dengan nafas ngos-ngosan. Dengan cepat, ia mengarahkan senter yang sebelumnya di dinding ke arah bawah. Yarrow yang mendadak baru terpikirkan ide jenius perlahan-lahan mencoba menghidupkan lampu. Tapi, dengan cepat Sherina menahan tangan Yarrow dan membiarkan Tuan Charleston yang mengurus.

    Charleston Yates mengarahkan senter itu, tepat mengenai daerah kaki, perlahan-lahan arah cahaya nya semakin naik, seorang perempuan tengah tergelatak. Jika dilihat sampai pinggang tidak ada setetes darah pun yang keluar. Namun, saat senter semakin ke atas, Delton kembali menghembuskan nafas. Lagi, lagi si mayat dengan bibir robek.

    Tuan Charleston mengamati mayat tersebut, tempat luka dan juga yang lain. Dia hanya berharap kali ini, dibiarkan untuk melakukan autopsi, meski di rumah Yates kamu akan di autopsi menggunakan pisau yang sama untuk membelah buah apel. Dengan cepat sebuah kain hitam terbang, tak terlihat karena basemen yang gelap. Wyhnterin yang sedari tadi mengintip mendadak menelan ludah, ini kali ke dua dirinya melihat sosok terbunuh. Saat di lapangan dan juga sekarang. Tunggu, bukankah Delton pernah bilang jika dia muncul juga saat berhoodie biru? Tapi Wyhnterin tidak merasakan itu.

    Delton memberikan kode kepada Anton, Theodore dengan cepat mencari kertas dan akhirnya menemukan kertas dengan kondisi sedikit buruk. Kalimat yang tertulis dan juga simbol yang ada dengan cepat ditulis dengan pena tinta merah di kertas itu. Meski ini adalah yang terburuk. Ini adalah kasus terburuk yang dialami tim pengawasan karena biasanya mereka hanya mengusir setan.

    Tuan Charleston Yates mengirimkan doa singkat agar arwah Thea menurut dan tidak berkeliaran, dengan cepat semua orang heboh. Entah dari mana informasi itu bocor, Seperti nya ada yang mengintip disini.

    "Thea, Thea"












   

    Penemuan korban ke empat semakin histeris, beda dengan korban-korban sebelum nya yang tampak biasa saja, kematian kasus bibir robek ini mengundang banyak orang datang dari luar ataupun dalam Poveglia, kehadiran Tuan Charleston disana membuat semakin banyak spekulasi aneh beredar. Wartawan-wartawan itu mengepung sisi-sisi jalanan sekolah Veteronia yang tampak basah setelah hujan deras. Delton menatap tajam pada orang-orang sambil menyingkirkan kerumunan yang menghalangi mobil ambulans masuk.

    "Bisakah kalian Minggir? Apa kalian tahu berita kalian terlalu payah?!" Pekik Delton sambil membuat jalan, mempermudah para anak dari klub pengawasan untuk menyerahkan jasad Thea pada ambulans.

    Seorang laki-laki dengan seragam yang sama tampak datang dengan wajah berantakan. Rambut coklat yang biasa tertata klimis dengan Pomade itu, kini nampak acak-acakan, suara sepatu diiringi wajah sang empu yang semakin memerah. Matanya menatap tajam ke arah seorang laki-laki yang kita sebut sebagai Delton. Seorang pengendali para setan.

    Dengan cepat Jeffry melangkah semakin brutal, tangannya yang tampak gemetar tanpa takut menarik kerah pakaian Delton dari belakang, para wartawan yang semula sibuk merekam korban ke empat teralihkan pada suara 'gdubrak! Yang terdengar keras saat Jeffery membanting badan Delton ke tanah.

    "Sial! Sial! Mati kau!"

    Umpatnya disusul dengan suara gedebuk dan juga pukulan tiada henti dari Jeffry pada wajah Delton, Delton dengan sigap menahan diri dan membuat perlindungan, menyilangkan tangannya di depan wajah. "Brengsek! Pergi ke neraka kau sialan!"

    Suara ramai itu simpang siur, anggota tim pengawasan dan kedisiplinan beramai-ramai datang pada Delton dan Jeffrey yang benar-benar bertengkar hebat, disaat para petugas medis membawa sang korban ke dalam ambulans, Yarrow yang sudah sampai di tengah emosi nya dengan keras memukul wajah Jeffry, membuat tangannya yang menarik jas Delton tertarik. Keduanya terguling ke bawah, Yarrow menyisir rambutnya dengan jari-jarinya sambil meludah, benar-benar muak dengan kejadian saat ini. Yarrow dengan cepat mengangkat kerah baju milik Jeffery, diiringi dengan suara ambulan yang benar-benar terdengar ngilu. Muka Yarrow tampak tajam, sementara Theodore dan yang lain membubarkan kerumunan ramai dan membantu Tuan Yates untuk segera bersembunyi.

    "Apa begitu cara mu berterimakasih pada orang yang menemukan jasad adikmu?" Yarrow berbicara dengan nada dingin dan tegas, tangan nya masih tetap memegang kerah pakaian Delton. "Apa begitu? Caramu? Jeffery?"

    Yarrow mengenggam tangannya erat-erat kemudian menatap pada mata tajam milik Jeffery, dengan secepat kilat, tangan itu menerjang dengan keras.

    'buagh!

    Satu pukulan itu ia lemparkan pada wajah putih penuh luka lecet milik Jeffery, dia mencoba menyadarkan laki-laki itu bahwa ini bukan waktu yang tepat untuk saling membabi buta. Yarrow mengganti tangan yang menarik kerah baju Jeffry, kemudian melayangkan tangannya satu lagi untuk memukul.

    'BUAGH!

    "Apa begitu cara mu saat adikmu tewas?" Pukulan kali ini lebih keras, darah mengucur dari ujung bibir Jeffry, menandakan sekuat apa pukulan itu. Jeffery hanya melengos, Delton bangun dari acara tidur di rumput miliknya dan segera memperbaiki dasinya. Kedua tangannya kemudian membersihkan almamater yang ia pakai, dengan tatapan tajam itu dengan cepat menatap Jeffry. "Lebih baik kamu mengunjungi orang tua mu, dasar labil gila"
   
   
   










    Berbeda dengan kematian Carlisle Eadric yang membuat satu kota Poveglia heboh, ataupun Sunny Windell yang membuat satu daratan juga panik. Kematian Thea Banderas membuat sayu sekolah berduka, terlebih laki-laki. Semua orang tampak lesu, padahal hujan telah berakhir. Delton sendiri juga pergi kembali ke basement, matanya tampak menyala. Sorot hitam gelap itu memancar di basemen yang gelap. Seakan-akan dia berkata 'Kekacauan hari ini masih banyak'

    Tetesan darah dari plafon basemen menetes, Delton yang menatap ke arah lain bukan tidak menyadari itu. Seseorang  tersenyum manis dengan gelang perak di lengan sebelah kiri. Sambil menggunakan lagu yang terdengar mengerikan.

 Sambil menggunakan lagu yang terdengar mengerikan

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
The Yates Family [AESPA]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang