Tidak ada yang benar-benar nyata, semua ketakutan mu pada hantu pada akhirnya hanya sugesti
Ruangan klub pengawasan terlampau sepi, pada rapat kali ini bukan hanya dewan guru dan klub pengawasan. Bahkan organisasi kedisiplinan siswa ikut andil. Salah satu anggota yang paling congkak adalah Jeffrey. Entahlah, sepertinya dia punya sedikit masalah dengan anak-anak klub pengawasan.
Sudah tidak lain dan tidak bukan, jika pertemuan kali ini membahas mengenai pembunuhan siswi yang terjadi secara berkala. Jika kasus pembunuhan terjadi di satu tempat maka itu membuat kemungkinan lebih kecil dan mudah di analisa, sedangkan ini. Secara mendadak, keponakan dari wali kota, Sunny Windell ditemukan tewas di toko kue, tanpa ada yang melihat, motif bibir robek yang sama dan tidak ada rekaman cctv yang benar-benar akurat.
"Klub pengawasan apanya, kalian lebih mirip dengan klub pengusir setan." Jeffrey mendengus, memasang tampang songong untuk kesekian kalinya. Oh, apakah boleh memasang muka seperti itu didepan Delton Yates? Ya, Delton juga tidak peduli sih. Satu hal yang terus diperhatikan oleh Delton adalah Wyhnterin yang tampak tak nyaman. Lagipula, siapa yang tak nyaman kalau kau tiba-tiba digeret untuk ikut serta klub secara mendadak.
"Lebih baik kau urusi kegiatan mendisiplinkan siswa mu itu, Jeffrey."
Ucap Sherina, berniat menyindir balik Jeffry. Akhirnya perdebatan antara dua klub itu terhenti karena sang direktur sekolah, Galileo Eadric datang bersama dengan sekretariat -- Madame Smith--. Semua guru yang menggosip mendadak diam. Hawa tak mengenakkan sudah datang dari badan Galileo. Sang ayah yang kehilangan putrinya.
"Aku ingin kasus pembunuhan ini selesai dengan cepat."
Layar proyektor dinyalakan, perlahan-lahan data dari 3 siswa yang sebelumnya dikabarkan bunuh diri di perlihatkan, meskipun Sunny Windell tidak ditemukan tewas disekolah, tapi seragam dan motif pembunuhan yang sama sudah cukup untuk menjadi pengait antar kasus ini.
"Siswi pertama bernama Lee Hyang-il, yang kedua Carlisle Eadric, dan yang ketiga Sunny Windell Husk"
Daripada klub pengawasan dan juga anggota kedisiplinan siswa yang isinya rata-rata siswa kurang cerdik --dalam artian licik-- tentu saja mudah bagi Randy untuk mendapatkan informasi dari sang kakak dan juga tentu saja dari vision yangs sering kali muncul. Meski muncul secara acak perlahan-lahan dibantu oleh Shuhua dan Naeva mereka bisa menyusun teka-teki ini menjadi satu kesatuan utuh. Naeva mengeluarkan sebuah alat perekam, memberikannya pada Randy. "Itu rekaman salah satu korban bully anak direktur"
Ucap Shuhua, entah apa niatnya tapi Shuhua yang mendadak muncul sama sekali tidak dicurigai oleh Randy, setidaknya Shuhua tidak akan memakan bintang laut goreng milik Randy bukan? Jadi Randy bisa mempercayainya. "Darimana kau mendapat ini?"
Naeva bertanya bingung, bukan mudah untuk menginterogasi korban, kebanyakan korban berdiam diri karena takut si pembuat ulah mengancamnya. Jadi sepertinya, Naeva harus bertanya kepada nyonya Shuhua bagaimana dia mendapatkan rekaman itu. "Hei, ayolah, aku hanya mengambil perhatian mereka sedikit memainkannya, janji manis lalu pergi"
"Tampaknya kau play girl berpengalaman"
Shuhua hampir saja menyemburkan airnya yang baru saja ia minum seteguk, melirik ke arah Randy Yates dan mulutnya yang super-duper tajam itu. Apa-apaan itu tadi? "Tidak usah terkejut, kau terlihat sudah ahli memanipulasi orang lain"
Shuhua memutar bola matanya, melirik ke arah Randy dari atas ke bawah tapi baru saja ingin mengeluarkan aura intimidasi Shuhua jadi kicep sendiri. Dia tidak mau mati karena dikirimkan jin ke rumah kalau melawan anak keluarga Yates. "Ah sudahlah, yang pertama adalah Ruby, berdasarkan ceritanya, Carlisle membully Ruby dengan sebutan 'murid beasiswa berhidung seribu' jujur aku juga tak tahu artinya"
Naeva tampak berpikir keras, jika melihat 3 pesan yang sudah ia terima maka dia hanya dapat menyimpulkan beberapa angka. Kode pertama adalah angka 35, itupun karena Naeva mendapat petunjuk berupa 3×5 di dinding ruang seni. Kode kedua, Naeva masih ragu, kode itulah yang perlahan-lahan menggiring mimpi buruk pada Naeva, bagi Naeva angkanya 128, dia hanya kembali mengikuti pola soal pertama, mengalikan angka. Melihat pembunuh yang membunuh dengan pola yang sama membuat Naeva berpikir jika tiap angka memiliki pola yang sama.
Shuhua menaikkan alisnya, membuat Naeva ikut menaikkan alisnya. Randy jadi cerengut, apa ini yang disebut dengan kontes alis? "Mereka semua orang kaya!"
Pekikan Shuhua menjawab pertanyaan Randy tentang kenapa dia menaikkan alisnya. Sekarang mereka harus menghubungkan para korban? Yang benar saja, dia itu anak ilmu teologi bukan anak kriminologi. "Mereka juga sama-sama tukang rusuh"
Naeva otomatis bertanya-tanya "Maksudmu?"
Randy menghela nafas panjang, kemudian melirik ke arah tiga berkas fotokopian. "Sunny Windell Husk, deretan orang kaya di Poveglia, meski anggota Pengawasan dirinya sering membenci seseorang karena iri, well. Mirip-mirip seperti Tangled yang ingin hengkang dari menara"
"Lee Hyang-il, temanmu nona Shuhua, sama manipulatif nya dengan dirimu, untung saja dia mati sebelum mencelakai Regina Graham Bell, bukankah itu yang ingin kau ketahui Shuhua? Alasan kenapa Hyang-il mendekati Regina?"
Shuhua terdiam, mata tajamnya perlahan-lahan mulai tersenyum kecil. Dia kemudian bertepuk tangan riang. Jika boleh jujur Naeva tidak terlalu dekat dengan Shuhua, hanya Randy yang sering kali menatap tidak suka pada Shuhua. Membuat Naeva bertanya-tanya. "Tapi jangan kita urusi itu, yang terakhir Carlisle Eadric. Anak emas Veteronia Academy yang sayangnya gila popularitas."
Randy berdehem kecil. "Selain kami tidak butuh lintah seperti mu, sepertinya aku sudah bisa menebak siapa korban selanjutnya"
Sepertinya, kedok yang sudah Shuhua simpan mulai ketahuan.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Yates Family [AESPA]
Fiksi PenggemarArwah yang bergentayangan, pohon jiwa disamping rumah ataupun koleksi tulang belulang dari hewan-hewan pengerat. Selamat datang di sebuah tempat yang orang-orang sekitar sebut sebagai rumah keluarga Yates. Tidak-tidak, ini bukanlah cerita Adams...