Kisah yang Whitney dapat dari Irena adalah kisah dari tumbal terakhir, karena setelahnya desa itu di bumi hanguskan akibat perang berdarah.
10 Tahun Lalu, Daegu.
Irena mengelus rambut Naeva yang masih belum tertidur, diantara anak-anak gadis nya yang lain, hanya si bungsu yang belum tidur. "Tapi, jika desa itu sudah mati sangat lama darimana Mom tau ceritanya?"
Irena hanya tertawa kecil, kemudian menyalakan lampu tidur, membacakan kisah horor pada si kecil Naeva tidak membuahkan hasil ternyata. Seperti yang diucapkan Solomon, anak kecil mereka ini akan lebih tertarik pada cerita detektif penuh intrik seperti Holmes ataupun detektif lainnya. Irena mengelus rambut Naeva lagi. "Mom mengetahui itu dari nenek, mungkin kamu bisa bertanya kepada nenek nanti"
Naeva mengedipkan matanya lucu, dan menunjuk ke arah jendela "tapi, Nona dengan baju cantik disana bilang, mom tau cerita aslinya. dia bahkan menyuruh kita untuk tidak jadi pindah ke London besok"
Jika saja, jika saja saat itu Irena tahu tentang kebenaran cerita itu, mempercayai nona cantik yang menunggu rumah mereka. Mungkin dirinya dan Solomon akan tetap hidup tanpa perlu melarikan diri ke luar negeri atau malah melarikan diri terlalu jauh sampai akhirat, dan meninggalkan malaikat kecil mereka sebagai yang selanjutnya.
Nyonya Whitney menatap Naeva yang masih tertidur lelap, diantara saudaranya yang lain. Naeva adalah yang paling spesial menurut Whitney. Entah karena sikap kekanak-kanakan nya atau kelakuan sarkasme nya pada Randy. Sesuatu menarik perhatian Whitney pada anak bungsu Irena. Membuat Whitney harus sering berdoa tiap malam disampingnya untuk melindunginya.
"Irena, Daegu. Ternyata memang benar jika kita tidak bisa membawa masalah pergi sejauh mungkin tanpa menyelesaikan nya."
Sebuah serbuk ungu tampak melayang-layang seiring tangan Whitney bergerak. Bagai sebuah kekuatan telekinesis jika saja mereka mempercayai fiksi sains yang terlihat tidak mungkin untuk dilakukan oleh manusia biasa. Serbuk ungu yang melayang dengan binar emas itu terbang sampai ke aula rumah Yates yang lebar. Membuat beberapa arwah sesepuh yang mampir mengernyitkan dahi, 'ada apa dengan Adik Whitney?' pikir para arwah yang bersemayam malam ini.
Semua orang di rumah Yates kecuali para arwah, hari ini berada di rumah. Yang paling tua, Charleston dan Delton meminum kopi bersama dengan kucing Randy yang kepalanya bisa menghilang. Menatap sendu ke arah rumput-rumput yang hari ini tampak layu, Goofy bahkan tidak menyirami pohon kehidupan hari ini. Entah apa yang membuat Frankenstein besar itu murung di pinggir pemakaman keluarga Yates hari ini.
"Ku kira badai itu datang darimu." Ucap Tuan Charleston sambil menyeruput kopi nya. Tapi Delton tidak menjawab, dia hanya diam bak mumi yang sudah di awetkan dengan formalin. "Aku, aku dan Randy membicarakan apa saja yang ditinggal oleh para korban"
KAMU SEDANG MEMBACA
The Yates Family [AESPA]
FanficArwah yang bergentayangan, pohon jiwa disamping rumah ataupun koleksi tulang belulang dari hewan-hewan pengerat. Selamat datang di sebuah tempat yang orang-orang sekitar sebut sebagai rumah keluarga Yates. Tidak-tidak, ini bukanlah cerita Adams...