Malam Senin

147 48 24
                                    

   

Suara dentingan halus dari garpu dan pisau yang bersentuhan dengan piring menjadi suara yang terdengar malam ini

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Suara dentingan halus dari garpu dan pisau yang bersentuhan dengan piring menjadi suara yang terdengar malam ini. Setelah puas membersihkan makam seluruh anggota keluarga Yates dan juga empat malaikat baru mereka berkumpul di meja makan yang sama. Menu malam ini cukup normal untuk mereka ber-empat. Hanya sebuah sup ekor sapi dengan segelas jus lemon liar.

    Bozu melirik ke arah tuannya. Kemudian mengeluarkan sebuah papan tulis. Cahaya ungu muncul di sekitar papan tulis membuat tuan Charles langsung saja memasang ekspresi penuh tanda tanya. Ada apa dengan arwah satu ini?

    Saat cahaya keunguan itu muncul maka hal yang tertulis di sana cukup jelas. Dengan dua buah tanda kutip yang mengurung di kedua sisi tulisan.

    'Aku sudah menyetrika baju tuan! Beritahu kepada mereka! Reaksi ketakutan dan terkejut mereka sangat lucu!'

    Jika orang normal yang membaca tulisan itu, maka dia pasti akan ketakutan ataupun menatap sinis karena berani-beraninya menganggap ketakutan orang lain lucu. Tapi bagi Tuan Charles, ketakutan mereka justru menggemaskan. Ah, sepertinya Tuan rumah ini juga setuju dengan pendapat dari pembantu kecil mereka.

    Tuan Charles berdehem pelan. Membuat seisi meja menoleh ke arahnya, bahkan Goo yang tengah turun dari tangga pun ikut menoleh dengan memutar kepalanya.

    "Katerina Yates, Regina Yates, Wyhnterin Yates dan Naeva Yates. Bukankah nama sementara kalian cukup baik?"

    Gina melirik ke arah tuan Charleston, tatapan nya kali ini tak kalah tajam dari pisau milik Delton. Tangannya meletakkan sebuah pisau daging di sebelah piringnya.  "Sementara?"

    Pertanyaan dari Gina tentu saja mewakilkan Kate mengenai nama sementara itu. Untuk apa nama sementara disaat mereka lahir dari keluarga terpandang? Bukanya keluarga narapidana ataupun keluarga lainya yang kondisinya cukup buruk. Mereka lahir dari darah seorang musisi, sedangkan kakek buyut mereka adalah ilmuwan. Untuk apa mereka malu?

    "Maaf jika aku lancang, tapi kalian akan tahu mengenai hal ini nanti."

    Dugaan Kate saat melihat tuan Charleston yang tiba-tiba menjawab membuat gadis itu semakin yakin. Jika Charleston aneh Yates ini bukanlah orang sembarang. Dia bisa membaca pikiran. Tuan Charleston tersenyum kikuk. Menyisir rambut pirangnya ke belakang kemudian melirik ke empat anak gadis mereka. "Terimakasih."

    Sudah cukup! Wyhn sudah tidak bisa berfikri dengan jelas. "Apa dia seorang peramal? Dia seakan-akan tengah menjawab sesuatu yang tidak jelas!"

    Wyhn menggeprak meja histeris membuat Naeva yang duduk disampingnya langsung saja menguntal sendok yang ia gunakan untuk makan. Naas, nasibnya kurang baik, Wyhn langsung saja menunduk dan sendok itu malah terkena telinga Randy.

    Mampus sudah.

    Wyhn menahan tawanya sambil melirik ke arah Naeva, membuat gadis itu hanya tertekuk lesu. Naeva berpikir, 'Hidup Gini Amat dah'

    Secara mendadak Delton seperti sengaja menaruh garpu dengan keras di atas meja. Dia kemudian melirik ke arah Tuan Charleston yang tengah asyik membaca buku miliknya.

    "Aku harap Dad tidak lupa jika doa orang barat, tak akan bisa berpengaruh pada orang timur."

    Tuan Charleston menutup bukunya, kemudian melirik ke arah empat anak dari Graham bell secara cepat. "Terimakasih kalau begitu, Delton Yates"

    Tuan Charleston segera bangkit daru duduknya. Kemudian melirik ke arah Nyonya Whitney yang tengah bingung. Laki-laki itu kemudian berkata dengan mudah.

"Bangunlah pagi sekali besok. kalian harus bersekolah. Dan hukuman kalian dad angkat."

    Hening. Biasanya dua yang paling kecil akan bersorak-sorai gembira mendengarkan hal ini. Tapi tak berlaku untuk saat ini. Kate merasakan perasaan nya campur aduk. "Aku, sudah tamat. Apa mungkin aku akan membantu Nyonya dirumah?"

    Delton menatap ke arah Kate, tidak. Bukan tatapan menyukai ataupun sinis lebih ke tatapan meremehkan. "Hei, sekolah senior di sana dan disini 'berbeda' kau akan memasuki kelas senior akhir walau memiliki ijazah disana."

    Oh yang benar saja, Kate harus kembali berkutat dengan pelajaran-pelajaran yang kadang sama sekali ia tak mengerti.
   
   





















    Setelah ini akan ada sesi cerita malam. Karena ini malam senin. Saat malam Senin mereka akan saling bertukar cerita, Selasa mereka akan saling membantu pekerjaan rumah, Rabu mereka akan mengadakan 'movie night' walaupun jujur, Gina agak heran keluarga yang hidup tanpa televisi bisa tahu apa itu film. Malam kamis dan Jumat mereka akan berdoa, lalu pada malam sabtu akan ada jalan-jalan malam dan malam Minggu akan akan ada pesta perjamuan arwah, aku tegaskan sekali lagi, Perjamuan ARWAH.

    Tidak ada yang cukup aneh kecuali kebiasaan yang terakhir. Jujur saja membayangkan tengkorak meminum teh seperti pada gim Another Shadow membuat mereka sedikit ngeri. Nyonya Whitney adalah seorang narator hari ini, dia yang akan menceritakan sesuatu. Nyonya Whitney memukul gelas kacanya dengan sendok. Bunyi ting itu membuat atensi mereka semua menuju ke arah Nyonya Whitney. Nyonya Whitney mengedipkan sebelah matanya pada Tuan Charleston. Tuan Charleston hanya tersenyum manis. Kemudian mereka akan memulai suatu cerita hantu dari negeri timur. Kisah hantu gentayangan yang serakah. Hantu remaja yang ditumbalkan untuk mendapatkan kekayaan.

    Entahlah cerita ini tidak terlalu menarik. Malah, Kate mengira jika cerita ini mirip dengan salah satu drama Korea yang baru saja ia tonton beberapa Minggu lalu. Tentang gadis bernama San Young yang ketempelan hantu remaja. Setidaknya, nama desanya berbeda. Kate hanya melirik kepada semua orang yang tengah terlelap di aula utama. Tidak seperti beberapa orang yang panik saat malam Senin tiba karena besok akan ada kegiatan penuh kerja setelah libur. Bagi keluarga Yates semuanya tampak normal. Dan sepertinya besok ia harus kembali mengenalkan diri sebagai seorang siswa. Meski dia sudah tamat seharusnya.

 Meski dia sudah tamat seharusnya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
The Yates Family [AESPA]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang