Delton lagi-lagi menghadapi masalah bodoh antara para gadis. Kau tahu, bagi Delton, gadis bisa berdebat hanya karena perkara bedak siapa yang lebih bagus. Padahal bagi Delton, bedak mereka bukan apa-apa jika tidak terbuat dari bubuk tulang unta.
Bukan tugas Tim pengawasan siswa, seharusnya ini menjadi tugas Anak-anak kedisiplinan. Tapi Tuan Putri Thea menolak untuk ke sana akibat sang kakak Jeffry akan marah besar jika ketahuan membuat masalah dengan salah satu cecenguk dari keluarga Yates. Delton hanya menatap Regina dengan tatapan dingin. Namun, saat menatap Thea, gadis itu dapat merasakan aura Delton yang seakan-akan bisa saja membunuhnya ditempat kalau dia mau.
"Dia salah satu tersangka yang membunuh teman ku!" Thea berpekik, membuat Delton mengangkat alis dengan tenang dan menatap nya lagi. "Kami tim pengawas kuburan saja tidak tahu dan kamu sudah membuat asumsi yang tidak-tidak?"
Thea mendesah kesal kemudian menatap Delton lagi, seakan-akan tak mau kalah dari sang kakak kelas. "Kau tau Delton? Regina Graham bell ini bertemu dengan Hyang-ie saat malam sebelum dia tewas! Lalu rekaman CCTV menunjukkan Wyhnterin di rekaman nya! Gadis berhoodie biru!"
Delton malah terlihat santai disaat Thea tengah memperjuangkan argumen nya. Delton hanya menaikkan alis dan melempar pena nya. Ini sudah mendekati liburan musim panas dan si gadis gila ini malah sibuk mengurusi dirinya sendiri, setidaknya biarkan Delton bersantai di saat hitung mundur liburan. "Lalu? Apa kau tahu ada tiga orang dengan Hoodie biru gelap itu saat subuh? Shuhua teman mu, Wyhnterin, dan satu lagi tak teridentifikasi. Dan kamu tak berhak menyudutkan Regina, seharusnya Wyhnterin yang kamu sudutkan jika kamu memang ini membela teman mu."
Wyhnterin yang disebut hanya menghela nafas, kedatangan nya di klub ini saja sudah bukan kehendak dirinya. Lalu apa-apaan dengan Thea yang seakan-akan merasa sangat tersakiti. Wyhnterin berani bersumpah, Thea menyudutkan Regina bukan karena Hyang-Il tapi karena alasan lain. Senior dan Junior yang selalu berdebat. Sikap Wyhnterin yang awalnya antusias saat datang kemari perlahan berubah menjadi lampu temaram yang redup. Sangat-sangat tidak berminat lagi saat tahu rahasia gelap ataupun tingkah laku konyol nan aneh milik keluarga Yates.
"Jika memang itu, maka masalah kalian harus diselesaikan oleh guru konseling atau anak kedisiplinan. Bukan tugas kami untuk menangani keributan kalian" Final Delton sambil menyesap kopi normal -- setidaknya untuk hari ini karena itu kopi impor biasa-- Wajah Thea mengerut kesal, dia kemudian berdiri dari meja dan sengaja mengetuk dengan keras sepatu flat nya pada lantai agar berbunyi, itu membuat sosok arwah yang berdiri di samping Delton memasang muka hina. "Manusia lebih mengerikan daripada bangsa ku"
Delton kemudian menaikkan alis dan menatap arwah itu. "Tapi bangsa mu itu selalu menambah pekerjaan ku dan itu merepotkan, dan beritahu teman berhoodie mu, ini bukan rumahnya atau aku harus memakai cara kekerasan"
Arwah yang berdiri di samping Delton menyeringit dan menjawab dengan nada mengejek. "Majikan nya pasti berada disini bodoh, padahal kamu sudah bergelut dengan arwah sejak dulu"
Semua anggota anak-anak pengawasan mungkin sudah terbiasa, tapi Wyhnterin? Doakan saja semoga mental dan raga nya kuat melihat Delton yang tiap hari berbicara sendiri.
Sebenarnya, Penyelidikan abal-abal milik Naeva Holmes dan Randy Holmes -- Holmes Cengeng dan Holmes pemarah maksudnya -- sudah ketahuan oleh Klub pengawasan dan juga anak-anak kedisiplinan. Semua orang yang mengetahui penyelidikan abal-abal mereka tidak ingin ikut campur atau mencemooh karena tidak mau berakhir menjadi tulang-tulang yang akan digantung sebagai hiasan di rumah keluarga Yates. -- salahkan Deshaun Yates untuk rumor aneh itu --
Kedua anak itu kini berdiri sambil menunduk di depan hadapan Tuan Charleston, kepala keluarga saat ini. Sekarang kedua remaja itu tampak berkeringat dingin, selaras dengan mata tajam tuan Charleston yang menatap mereka. "Randy, sudah kubilang berapa kali untuk tidak ikut campur urusan orang dewasa"
Randy cemberut dengan gemas, bibir nya persis seperti diikat dengan tali. "Aku sudah dewasa dan Naeva yang menggeret ku! Dad tidak berhak marah padaku saja"
Saat itulah Naeva menginjak kaki Randy dengan keras, membuat mata Randy membulat dan pipi nya mengembung karena harus menahan suara, meski keduanya masih menunduk takut di hadapan Tuan Yates, keduanya masih bersikeras untuk saling menyalahkan dan saling menginjak kaki. Tuan Charleston menarik nafas saat melihat kelakuan dua bungsu itu yang selalu saja berdebat, meski terkadang mereka terlihat akur. "Dewasa? Apa sikap seperti ini yang kalian sebut sebagai dewasa?"
Tuan Charleston mendekap lengannya di dada dan menatap keduanya. Jika Naeva boleh jujur, bila saat ini mereka berada di film cartoon maka akan ada dua petir yang muncul di atas kepala Tuan Yates diiringi dnegan suara kereta uap yang panas, mungkin diiringi dengan mata yang memerah dan urat-urat yang muncul di dahi. Tidak ada yang tau jika siluman vampir sejenis tuan Yates akan mengerikan saat marah. "Aku ingin kalian menceritakan semuanya dari awal, kenapa kalian melakukan nya dan apa saja yang kalian perbuat"
'Huft padahal liburan musim panas akan dimulai dua Minggu lagi tapi aku malah mendapat masalah' Batin Naeva didalam otak kecilnya, sedangkan raut wajah Randy yang sudah kesal persis seperti kepiting rebus yang saat ini merah padam dan terdiam. Keduanya saling menatap dan kembali menunduk, takut-takut untuk menceritakan apa yang mereka sudah perbuat tentang kasus kematian berantai itu. Akhirnya keduanya hanya diam dan menatap lantai. Tuan Charleston hampir saja menggunakan mantra untuk membuat mereka bicara, tapi ucapkan terimakasih kepada telepon rumah yang mendadak berdering.
Pria dengan rambut pirang itu berjalan ke arah telepon dan segera mengangkat nya. Kacamata nya tampak sedikit melorot tapi itu bukan masalah. Suara Bariton milik Tuan Yates terdengar saat menjawab telepon. "Ya, ini telepon keluarga Yates, aku Charleston itu sendiri"
Pembicaraan didalam telepon itu membuat Randy dan Naeva lebih tenang, meski keduanya terlihat seperti akan menjambak satu sama lain setelah ini. Naeva sesekali melirik Tuan Yates yang ekspresinya mendadak berubah jadi lebih serius. Tangan nya menyenggol Randy yang berdiri disebelah nya, memberikan kode agar Randy melirik ke arah yang sama.
"Turut berdukacita, aku akna segera kesana" suara ketukan saat Tuan Yates meletakkan telepon terdengar, disusul dengan suara berjalan yang tergesa-gesa. Tuan Yates hendak menarik pintu tapi melirik sebentar ke arah Naeva dan Randy yang masih diam di tempat.
"Aku akan menagih ceritanya nanti, aku ada urusan."
Saat itulah tuan Yates langsung menutup pintu, disusul dengan suara hujan deras yang mendadak turun diiringi petir-petir besar, angin berhembus kencang, rumput-rumput yang dapat tumbuh sendiri itu mendadak memendek, dedaunan di pohon kehidupan di samping rumah mendadak layu disusul dengan tanah bergetar. Randy melirik ke arah jendela, diikuti Naeva yang menahan diri di meja saat tanah kembali bergetar ringan. Mata Randy membulat saat mengingat sang ayah juga pergi. Tidak, hujan ini bukan hujan biasa bagi keluarga Yates ataupun orang-orang khusus seperti mereka.
Udah mau mendekati akhir dari bagian 1 :"D
KAMU SEDANG MEMBACA
The Yates Family [AESPA]
FanfictionArwah yang bergentayangan, pohon jiwa disamping rumah ataupun koleksi tulang belulang dari hewan-hewan pengerat. Selamat datang di sebuah tempat yang orang-orang sekitar sebut sebagai rumah keluarga Yates. Tidak-tidak, ini bukanlah cerita Adams...