❝Tuhan kita cuma satu, tapi kita yang berbeda.❞
KITA YANG BERBEDA - LEE HEESEUNG ENHYPEN
Start : 18 September 2023
End : 23 Oktober 2023
Status : SELESAI [ END ]
Original story by @dellanofi_
Cover by @yani_graphic
Assalamu'alaikum, selamat membaca! Vote sama komentar yaa🥰💗
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
"Tidak ada rasa hati yang lebih sakit daripada harus kehilangan seorang Bunda.” -Sadewa Pangestu Adiputra.
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Drrttt... Drrttt....
Ponselnya berdering sangat keras, membuat Sang pemilik bangun dari tidurnya.
Sadewa meraba-raba nakas di sebelah ranjang kasur untuk mengambil ponselnya. Matanya masih tertutup rapat, ia masih mengantuk sebab tadi malam lembur ngerjain makalah.
Ia segera mengangkat telepon tersebut yang entah dari siapa, karena matanya masih buram untuk melihat nama kontaknya. "Hallo?" ucapnya dengan suara serak.
"Woy lo kagak masuk kuliah?!"
Seruan dari suara telepon tersebut membuat Sadewa langsung membulatkan matanya. Terkejut, sangat terkejut. Ia langsung menoleh untuk menatap jam dinding. Ternyata kini sudah pukul 08.00 WIB.
"Anjing!" serunya yang panik.
Sadewa bergegas membuka selimut, lalu beranjak turun dari ranjang kasur.
"Gue telat, sialan!" gerutu Sadewa sembari mengacak-acak rambutnya karena frustasi.
"Lo begadang sampai baru bangun?" tanya Septian yang menelpon.
Sadewa bingung sekarang, ia sudah memegang handuk untuk mandi. Tapi apa masih bisa ia berangkat ke kampus walaupun jamnya sudah telat?
"Duh, terus gimana anjir... Gue berangkat atau gak?" Sadewa jalan mondar-mandir sendiri sambil bawa handuk berwarna navy.
"Udah ada dosen, terus lo udah di alfa." ujar Septian.
Sadewa mendengus kesal, kenapa sih ia harus bangun telat. Di mana bunda yang selalu membangunkan tidurnya agar tidak telat berangkat.
"Sialan, sialan!" ucap Sadewa, lalu mematikan sambungan teleponnya.
Sadewa berjalan ke arah jendela, berniatan untuk membuka gorden. Setelah terbuka, langsung saja sinar mentari menelisik wajah serta kamarnya yang terbilang rapi karena ia sangat menjaga kebersihan kamarnya.
