✿ 08. Pemakaman Bunda

371 98 0
                                    

Hai, apa kabar semuanya ??
Semoga baik-baik aja ya ^^
Dan semoga kalian gak bosan sama cerita ini hehehe ♡♡

Selamat membaca!! ♡♡

"Aku selalu ada untukmu

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Aku selalu ada untukmu. Aku tidak pergi ke mana-mana. Aku tidak akan pernah meninggalkanmu." -Aisyah Zahira Yumna.

Segerombolan teman-teman yang satu jurusan dengan Sadewa, bahkan dua sahabatnya berlarian dengan cepat ke arah gerbang pemakaman

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Segerombolan teman-teman yang satu jurusan dengan Sadewa, bahkan dua sahabatnya berlarian dengan cepat ke arah gerbang pemakaman.

Di sana, terlihat Sadewa menangis terisak saat menyaksikan mayat Sang bunda mulai terkubur oleh tanah kuburan.

Rasanya sangat sakit, sesak, hancur, hampa, bahkan kesedihan yang begitu mendalam ketika ia telah ditinggal bunda Anjani untuk selama-lamanya.

Sadewa jatuh luruh ke tanah karena sangking lemasnya tidak ada tenaga untuk menompang badannya.

"Bunda.... Bunda kenapa pergi secepat ini?"

"Bunda bangun..." pekik laki-laki malang itu.

Wajahnya sangat tampak sembab, matanya yang terlihat bengkak karena menangis terus-menerus.

Ia menghembuskan napasnya kasar ke udara, lalu ia mengusap-usap batu nisan yang bertulisan nama Anjani Chalondra Estiana. Wanita yang seharusnya kini umurnya bertambah satu tahun malah meninggal tepat pada hari ulang tahunnya.

"Sadewa!!" seru Septian yang berusaha menerobos banyak orang untuk bisa bertemu dengan Sadewa.

Ia ikut menahan tangisannya saat melihat sahabatnya itu di landa kesedihan, ia melihat Sadewa yang menangis sembari memeluk batu nisan bundanya.

"Bunda... Sadewa gak bisa hidup tanpa bunda..." Sadewa semakin keras tangisannya.

"Sadewa mau ikut bunda aja!!" teriaknya yang sudah tidak tahan.

Tristan menarik tubuh Sadewa untuk masuk kepelukannya. "Sabar, sabar Dewa! Lo harus ikhlas atas kepergian bunda lo! Biar bunda lo di sana tenang!" tutur Tristan.

"Gak bisa Tristan! Gue gak bisa hidup tanpa bunda... Ayah gue udah gila sama pelakornya, terus gue bakalan hidup sama siapa coba?! Siapa yang bakal selalu nemenin gue?! Siapa yang bakal ada di sisi gue saat gue butuh-"

Kita Yang Berbeda ; Heeseung (✔) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang