Chapter 20

448 32 2
                                        

Happy reading

***

Pagi datang, tetapi ini masih terlalu pagi tepatnya pukul 4. Seseorang terbangun dari tidurnya. Namja putih itu perlahan membuka mata. Entah mengapa Dahyun bangun sepagi ini.

Dahyun yang semula terlentang menatap langit-langit ruangan, kepalanya menoleh menghadap kiri melihat sang istri yang masih tidur memunggunginya.

*Krucuk.. krucuk..
(Anggap aja suara cacing di perut yang minta makan, author ga tau suaranya gimana kalo ditulis)

Dahyun memegang perutnya
"Sepertinya aku terbangun karena lapar" gumamnya. Dengan perlahan Dahyun beranjak dari ranjang, ia melihat roti yang Sana belikan, Dahyun belum memakannya kemarin.

Dahyun duduk di sofa, membuka bungkusnya lalu ia memakan rotinya. Dahyun baru memakannya setengah dan bersamaan disaat Dahyun mengambil botol minum, terdengar Sana melenguh dalam tidurnya.

"Ngh.." Sana yang tadinya menghadap kiri memunggungi Dahyun sekarang berbalik menghadap kanan.

Tangan kirinya terangkat seperti hendak memeluk tetapi tidak ada objek yang dapat Sana peluk. Sana meraba-raba tempat tidur yang kosong itu dengan mata yang masih terpejam.

Dengan cepat ia membuka matanya
"Dahyun.." panggil Sana setelah sadar dan sedikit mengangkat tubuhnya disaat tidak mendapati Dahyun di ranjang.

"Wae?" tanya Dahyun setelah menelan minumnya.

Sana langsung menoleh ke sumber suara. Sana menghela nafas lega setelah melihat suaminya berada di sofa. Sana membaringkan kembali tubuhnya.

Dahyun melanjutkan makannya hingga roti pun sudah habis, setelah Dahyun minum ia langsung menghampiri Sana.

"Mimpi buruk?" Tanya Dahyun lalu duduk di sisi ranjang dengan menghadap ke arah Sana.

Sana menggelengkan kepalanya, matanya masih menatap Dahyun lekat.

"Tidurlah" ujar Dahyun dengan tangan yang membenarkan selimut di tubuh Sana.

"Kau juga"

Sana menarik lengan baju Dahyun menitahnya untuk berbaring
"Tadi aku ingin memelukmu tapi kau tidak ada, ya jadinya aku.. sedikit khawatir" ujar Sana dengan sedikit berbisik di kata-kata terakhir.

"Saya hanya lapar" jawab Dahyun sembari membaringkan tubuhnya.

Sana langsung memeluk tubuh Dahyun, dengan otomatis Dahyun membalas pelukan Sana, mengelus punggung sang istri agar tidur kembali.

"Ternyata kau bisa segemas ini" -batin Dahyun

3 jam berlalu, Dahyun yang masih nyenyak tertidur tengah ditatap oleh Sana. Sana sudah membuka matanya sejak 5 menit yang lalu tapi ia masih betah untuk menatap wajah tampan bercampur cute milik Dahyun dengan posisi Sana masih memeluk Dahyun yang tidur terlentang.

Sana pov

Aku tidak yakin untuk pulang hari ini, Dahyun masih belum benar-benar sembuh. Jika pulang juga pasti dia akan banyak berdiam diri di ruang kerjanya. Apa aku batalkan saja agar tidak pulang sekarang?

Aku terus menatap wajahnya. Mengapa dia terlihat sangat imut jika tertidur. Dan hidungnya.. sangat mancung, rasa ingin aku memegangnya.
"Aniyo aniyo, jangan kau lakukan itu Sana!" tolakku di dalam pikiran tapi tidak lama aku memegang lebih tepatnya menyentuh dengan telunjukku.

Sentuhanku mampu membuat matanya sedikit bergerak, aku langsung menarik tanganku dari hidungnya. Apa aku harus pura-pura tidur sekarang?

"Sana?" panggilnya parau dengan mata yang masih terpejam. Tubuhnya bergerak menghadap ku, tangannya terangkat memeluk hingga sekarang aku berada di dekapannya. Ayolah kenapa sekarang jantungku merasa tidak aman ketika dipeluk seperti ini padahal aku sering memeluknya duluan.

The Revenge [Saida]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang