"Tilly adalah ibu kandungmu." Duke Leysen hanya diam tidak merespon apa yang diucapkan oleh Nave. Sial, kebahagiannya dirusak oleh dua bajingan ini!
"Lalu?"
"Duchess Laurent bukanlah ibu kandungmu, Leysen. Tilly lah ibu kandungmu." Melihat reaksi putranya yang datar datar saja membuat Nave waspada.
"Leysen---"
"Berhenti tuan." Nave mengangkat sebelah alisnya.
"Jika kau berniat membuatku terkejut mengetahui fakta ini, dan berniat membuatku untuk menyayangi jalangmu, kau salah besar." Nave menatap Putranya dengan tajam.
"Leysen! Dia adalah ibu kandungmu!" Ucap Nave dengan kesal. Bagaimana bisa putranya berkata seperti itu?
"Haha, HAHAHA!" Tawa itu mengisyaratkan kekosongan. Pedih rasanya kembali menggali dan mengungkit masa lalu yang sudah dikubur dalam dalam.
"Tuan Nave yang terhormat. Anda salah jika berspekulasi aku akan memaafkan segala perbuatan kalian." Tilly menatap putranya dengan sedu. Sebesar itukah dosanya?
Duke Leysen mengambil pisau buah yang ada diatas meja. Ia memutar mutar pisau itu dengan elegan dan tenang.
"Jika kalian bisa bersama atas alasan saling mencintai, maka aku bisa membenci kalian atas dasar cinta kalian." Tilly terkejut atas apa yang diucapkan Putranya.
"Nak---"
"Kau tidak memiliki hak memanggilku dengan sebutan itu! Aku bukan putramu!"
"Walaupun aku bukan terlahir didalam rahim Duchess Laurent, namun dialah yang membesarkanku dengan tenaganya sendiri."
"Tidak seperti kalian yang hanya bisa memberikan beban pada ibuku!" Sampai sekarang, Duke Leysen bahkan masih menyayangi Duchess Laurent. Sudah dari lama ia tau fakta ibunya bukanlah Duchess Laurent.
Ada beberapa Pelayan yang tak sengaja membicarakan tentang kejadian dimalam kelahirannya.
Duke Leysen awalnya senabg mengetahui ibunya bukanlah Duchess Laurent. Namun, ibunya tidak pernah datang dan tidak pernah membesarkannya dengan tenaganya sendiri.
Ia malah dibesarkan oleh Duchess Laurent dengan kekerasan dan ketegasan. Namun Duke Leysen bersyukur, setidaknya Duchess Laurent membesarkannya dengan baik.
Membuatnya menjadi pribadi yang tegas!
"Hanya karena cinta kalian mengorbankan perasaan seseorang. Dan lihatlah sekarang," Duke Leysen menggantung ucapannya. Manik biru laut itu memandang datar dan tajam dua orang didepannya.
Tilly terlihat menangis sedu mendengar semua itu. Sedangkan Nave mengepalkan tangannya.
"Lihatlah sekarang, Putra kalian ini menjadi korban dari keegoisan yang katanya cinta menjijikan itu." Tilly menunduk sedih. Benar, putranya merasakan ini semua karena ulahnya. Seharusnya ia tidak egois mempertahankan cintanya untuk pria yang sudah beristri.
"Menyesal, nyonya? HAHAH! Rasanya sudah tidak berguna jika kau menyesal. Karena yang berdiri didepanmu bukanlah putramu. Melainkan Putra dari Duchess Laurent!" Dengan ekspresi wajah tegas, Duke Leysen berkata demi kian.
Tilly menatap manik biru putranya, "L-Leysen, m-maafkan---"
"Kau bahkan tidak punya hak memanggil namaku, jalang." Katakan saja Duke Leysen durhaka. Tapi maap, hatinya sudah keras. Ia membenci semua yang bersangkut pautkan dengan Ibu dan ayah kandungnya.
Yang ada diotaknya dan hatinya hanyalah ibu yang tidak mengetahui siapa dirinya, siapa jati dirinya.
Hanya ada Duchess Laurent, wanita itu. Wanita yang ditipu oleh kedua orang didepannya sampai ajal menjemput nya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Back to the Past?
Historical Fiction⚠️WARNING TYPO BERTEBARAN!! DIPERHATIKAN DALAM MEMBACA!⚠️ Evlleca Amoure Blean. Putri seorang Kaisar yang balik kemasa lalu untuk mengubah seluruh kisahnya. dapatkah Amoure mengubah jalan hidupnya? dapatkah Amoure melakukan itu semua? "A-Aku kembali...