"Amoure bagaimana? Kaisar memberi titah seperti itu padaku." Putri Amoure mendengus kesal. Bagaimana bisa kaisar memberikan titah seperti itu pada Olivier?!
"O-Olivierrrr, apa kau akan melakukannya?" Duke Leysen tersenyum misterius. Ia lalu mengangkat bahunya acuh.
"Bagaimana Mi Amore?" Putri Amoure membuang muka. Tidak ingin melihat wajah suaminya. Kesal rasanya mengetahui ini semua. Kaisar sialan!
"Say----"
"DIAM!" Duke Leysen menutup bibirnya tidak berani bersuara. Jika istrinya sedang dalam mode marah, rasanya menyeramkan sekali.
"Hikss," mendengar isakan tangis yang keluar dari bibir istrinya, membuat Duke Leysen dilanda kegelisahan. "Hey, ada apa? Mengapa menangis?" Tanyanya sembari memegang pundak kecil istrinya.
Putri Amoure masih meneteskan air matanya. Tak kuat terus menerus seperti ini!
"Hiksss, Olivier aku t-tidak mauu!" Kasihan sekali melihat wajah istrinya yang terlihat memerah. Duke Leysen memeluk istrinya sembari sesekali mengecup rambut coklat madu itu dengan lembut.
"Tetapi ini titah kaisar, Mi Amore. Tidak mungkin aku membantah." Mendengar jawaban suaminya, membuat air mata yang keluar semakin deras. Tangan kecil memeluk erat tubuh besar itu.
"Tidak akan! Suamiku hanya milikku dan anak anakku! Hiksss, Olivier aku tidak mauuu!" Duke Leysen terkekeh pelan. Jujur sangat kasihan melihat istrinya, namun apa yang bisa Duke Leysen lakukan? Tidak mungkin ia membantah perintah kaisar.
"Maafkan aku sayang, aku tidak bisa." Suara Duke Leysen melirih. Dengan cepat, Putri Amoure mendorong tubuh tegap suaminya. "Keluar!" Usirnya.
Duke Leysen mengangkat sebelah alisnya. "Mi Amore?"
"Pergi! Jalankan saja titah kaisar! Jangan pedulikan aku!" Ucapnya lalu merebahkan diri dan menutup tubuhnya dengan selimut tebal.
Duke Leysen menghela nafas. Dengan langkah yang berat pria itu keluar dari kamar itu. Putri Amoure mengintip. "Setidak peduli itu kau padaku sekarang Olivier?" Gumamnya.
Sedangkan itu triplets tengah asik membaca buku ditaman. Sekali ketiganya bertanya satu sama lain.
Liysa meletakkan bukunya. Bocah manis itu menatap kakaknya. "Kak Felix, aku ingin susu." Ucapnya dengan suara yang imut. Felix menggerakkan tangannya lalu meminta pelayan mengambilkan susu untuk Liysa.
Tak lama pelayan datang membawa susu hangat untuk nona muda mereka. Dengan senang hati Liysa meminum susu itu. Walaupun suka meminum susu, namun tinggi badannya tetap saja, dibawah kedua kakaknya.
Lucius sendiri terlihat amat fokus dengan buku ditangannya. Berbeda dengan Felix yang sesekali menguap.
"Apa ibu ada dikamar?" Tanya Felix.
"Menjawab Tuan muda. Benar, Duchess berada di kamarnya sedari pagi tadi." Lucius menolehkan kepalanya. Sedari tadi pagi ibunya ada dikamar?
"Bagaimana dengan ayah?" Tanya Liysa.
"Menjawab, nona muda. Duke pergi menuju istana untuk mengerjakan sesuatu."
"Sedari kapan ayah pergi?" Kini Lucius yang bertanya. Felix dan Liysa ikut menatap penasaran.
"Menjawab Tuan muda kedua. Setau saya, sedari tadi pagi Duke pergi menuju istana. Ada apanya disana, saya tidak tau." Jawab pelayan itu dengan sopan.
Felix mengerutkan alisnya. Lucius menatap Felix bingung. Seakan mengerti dengan tatapan Lucius, Felix meminta para pelayan pergi meninggalkan mereka.
Seperginya para pelayan, Felix langsung menjawab tatapan bingung Lucius. "Aku tidak tau apa yang terjadi. Namun, apakah kalian berfikir sama denganku?" Liysa terlihat berfikir lalu menebak, "Ayah dan ibu sedang dalam masalah?" Felix menganggukkan kepalanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Back to the Past?
Historical Fiction⚠️WARNING TYPO BERTEBARAN!! DIPERHATIKAN DALAM MEMBACA!⚠️ Evlleca Amoure Blean. Putri seorang Kaisar yang balik kemasa lalu untuk mengubah seluruh kisahnya. dapatkah Amoure mengubah jalan hidupnya? dapatkah Amoure melakukan itu semua? "A-Aku kembali...