Seharian setelah dibawa pergi, Tzuyu hanya mampu menangis di kamarnya. Bibirnya yang pecah, matanya sembab dan kepalanya yang sakit karena ketidakadilan ini.
Tzuyu bersumpah, jika Taehyung tidak menyuruhnya pergi maka ia tidak akan pergi, dan itu terjadi. Pria itu tidak melepaskannya. Ia seperti burung dalam sangkar. Tidak kemana pun dan tersiksa. Sekarang... yang menjadi korban adalah mertua lelakinya, pria itu tidak bisa bicara karena memang tidak pernah diizinkan berbicara oleh mama mertuanya. Bukan pria itu tidak kaya, namun—beliau tidak cukup kaya menandingi kasta pada mama mertuanya. Maka kehadirannya dalam rumah keluarga Kim menjadi nomor dua. Tapi beliau adalah sosok hebat di mata Tzuyu yang membesarkan anak-anak baik dan sempurna seperti Taehyung dan Tiffany.
🥀
Diamnya Taehyung berlangsung semakin lama. Sudah seminggu dan Tzuyu selalu menerima perlakuan tidak adil, apalagi sekarang mama mertuanya sudah boleh keluar-masuk ke rumah mereka. Jadi Tzuyu harus memiliki sabar yang panjang lagi.
Tzuyu terdiam saat salah satu ART membahas sebuah pesta perusahaan tahunan di kantor Taehyung. Mereka berbisik seolah hal itu adalah gosip yang menarik namun tidak boleh diketahui seseorang. Ya, nyonya di rumah ini. Tzuyu.
Taehyung merencanakan pesta perusahaan tahunan namun dia tidak tahu? Apalagi pesta itu akan berlangsung lusa.
Tzuyu memberanikan diri malam harinya menemui Taehyung dalam ruang kerjanya, membawa teh yang Tzuyu tahu pria itu akan membanting dan memecahkannya. Setiap hari dilakukan, sampai para ART harus memiliki banyak cangkir porselen lagi karena setiap hari dihancurkan tuan rumah.
Tok... Tok... Tok...
Taehyung tidak mempersilahkannya masuk karena ia tahu itu Tzuyu, tapi wanita dengan keras kepala dan gagasannya itu selalu masuk tanpa izinnya dan meletakkan kebodohan secangkir minumannya yang akan hancur terbanting dihadapannya. Setiap malam wanita itu harus menangis dan keluar dari kamar itu dipenuhi hati hancur seperti apa yang ia bawa.
“Minumannya, tuan.” ujar Tzuyu gugup karena Taehyung membakarnya dengan tatapan tajam. Tzuyu sudah lebih sepuluh tahun menikah dengan pria ini, tapi amarah yang seperti ini muncul belakangan dan Tzuyu tidak tahu suaminya memiliki tatapan tajam yang melukai siapa saja yang ia tatap seperti itu.
“Aku tidak memesan minuman. Mulai sekarang berhenti membuatkan aku teh bodoh mu itu.” perintahnya dingin dan langsung mengalihkan tatapannya ke laptop.
Tzuyu meremas tangannya setelah meletakkan secangkir teh yang mengepul. Matanya liar dan dia menemukan apa yang ia cari diatas meja Taehyung yang rapi. Ada setumpuk undangan dengan logo perusahaan. Tzuyu mengenal undangan-undangan itu, undangan pesta tahunan dan rupanya benar apa yang dibisikkan oleh para ART di belakangnya.
“Tuan...” Tzuyu dengan suara gemetarnya. Dia tidak pernah setakut ini pada suaminya sendiri dulu, tapi lihat bagaimana segala hal berubah dalam kecepatan cahaya?
Taehyung baru mengangkat kepalanya saat Yerin masuk membawa sebuah gaun indah berwarna merah lengkap dengan pernak-pernik mewahnya. Ditangan satunya ia bisa melihat sebuah kemeja putih seukuran tubuh sang suami yang berada di tangan wanita itu.
Entah bagaimana menjabarkan hancurnya Tzuyu malam itu. Kekecewaan menggumpal di tenggorokannya. Apakah dia sudah seterlambat itu menarik semua yang terjadi selama 8 bulan lebih ini?
“Mau apa kau kesini?” tanya Yerin dengan nada sombongnya. Tzuyu menunduk cepat menyembunyikan air matanya saat Taehyung menatap matanya. Dia bahkan bergetar hebat, kejutan demi kejutan.
Tzuyu diam.
Mau apa kau kesini? Bukankah ini rumahnya? Rumah tangganya, bukankah ini ruangan kerja suaminya? Lalu mengapa Yerin berani mempertanyakan hal itu padanya?