18| Cyan

334 39 70
                                    

Tzuyu mengerang kesakitan saat berbaring. Batang belakang lehernya melalui punggung sampai ke pinggangnya sangat sakit. Dari tadi dia hanya mampu bergeser pelan-pelan. Benturan demi benturan di belakangnya yang dilakukan orang-orang secara bergantian murni membuatnya terluka. Memang tidak ada luka berdarah yang berarti, dia juga tidak merasakan apakah tulangnya patah atau tidak, tapi mungkin tidak.

Lehernya memerah bekas jeratan tangan suaminya terakhir kali. Dan punggungnya banyak memar di titik-titik tertentu karena menembak hebat tembok. Dia bahkan tidak bisa melihat ke kanan dan ke kiri seperti orang salah posisi tidur, namun alasannya lagi dan lagi karena kekerasan.

Tzuyu memutuskan tidur telungkup karena sejak tadi tidak menemukan titik yang tepat mengistirahatkan tubuhnya. Kejadian tadi masih membekas di kepalanya dan membuatnya menangis di jalan pulang. Dia ditinggalkan sendirian, berusaha untuk menyadarkan dirinya dari sesak nafas lalu pulang dan berkendara juga sendirian.

Dia menangis dan menangis tanpa suara. Dan hatinya semakin sakit malam ini, ia menenggelamkan kepala ke bantal dan berteriak disana. Ia ingin melepaskan beban hatinya, tapi tidak akan bisa karena Taehyung tidak mau melepaskannya. Dia tidak ingin orang lain tahu ia menangis. Saat meratapi nasibnya, Tzuyu mendengar bahwa gagang pintu dipaksa untuk dibuka—tapi tidak berhasil karena dia menguncinya.

Tzuyu menghapus air mata dan menoleh dengan pandangan berkabut dipenuhi sisa air mata. 

Saat beberapa kali dipaksa untuk dibuka. Suara itu menghilang sejenak. Lalu suara kunci di putar dan Tzuyu berpura-pura menutup matanya saat sesosok besar masuk dan mengunci kembali pintu.

Tzuyu mendengar derap langkah yang ia kenali. Mendekat dan duduk di sisi tempat tidur. Tzuyu tidak tahu bagaimana wajah Taehyung saat itu. Tapi Tzuyu tahu bahwa suaminya menatapnya, itu berasal dari naluri selama bertahun-tahun hidup bersama.

“Jangan pura-pura tidur Tzuyu. Sekarang bangun.” suaranya tegas namun lembut seperti awan.

Mendengar itu Tzuyu menegang, dengan menahan rasa sakit ia segera bangkit dari tempat tidur dan berdiri sepenuhnya melupakan semua rasa sakit itu.

Ia tahu bahwa akan semakin konyol kalau ia mengabaikan omongan Taehyung, karena Taehyung tahu jelas bagaimana Tzuyu benar-benar tidur atau tidak.

“Mau apa?” tanya Tzuyu dengan pandangan tegar. Taehyung menatapnya lama, ke matanya, turun ke pipi leher dan tubuhnya yang miring karena menahan rasa sakit.

“Kemari, aku ingin mengobati lukamu.”

Tzuyu mengernyit kesakitan saat tanpa sadar menggeleng kencang, lehernya nyeri luar biasa sesaat dia menyadari gerak refleksnya. “Aku baik-baik saja. Aku baik. Hanya butuh tidur.”

“Tzuyu...” Taehyung lirih dengan suara pedas. Tangannya hendak menggapai lengan istrinya dan Tzuyu dengan cepat menghindar. Dia takut disakiti lagi.

“Tidak, tidak! Aku mau tidur. Jangan disini.” Tzuyu berseru panik. Matanya kembali berkedut siap menangis lagi. Suaranya serak dan takut, minta dikasihani.

Taehyung diam. Ekspresinya tidak terbaca. Lalu dia bangkit, tanpa aba-aba meraih pinggang Tzuyu dan membaringkannya di kasur. Tzuyu berontak seperti seseorang yang hendak diperkosa. Segala rasa sakit ia lupakan sejenak demi bisa meronta. Ia memukul dada Taehyung dengan kuat, mendorong suaminya menjauh sampai jarinya memutih, tapi ia tahu bahwa itu tidak berpengaruh sedikit pun padanya.

“Jangan... Jangan... Pukul. Sakit, Kak Taehyung. Sakit sekali. Aku mohon jangan dorong.” menangis dan menangis lagi. Suara tangisan yang begitu pilu, membuat Taehyung meraih kedua tangan Tzuyu dan menautkan diatas kepala wanita itu. Tapi karena Tzuyu lagi-lagi tidak bisa diam dan terus saja melawan. Taehyung bangkit dan mengangkangi tubuhnya.

༄ᵗᵃᵉᵗᶻᵘ; KanyaahTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang