34| The Sisters

457 48 92
                                    

Hari itu Haerin sangat bahagia. Semua yang disajikan Taehyung dan Tzuyu membuatnya bahagia. Dia dicintai dan diperhatikan dengan baik. Dia makan siang dengan papa dan Jun di meja yang sama. Tzuyu juga ada disana. Mereka juga bercanda saat makan. Tzuyu hanya diam sesekali tersenyum, tidak ingin membuat Haerin risih karena sejak tadi Haerin mengabaikan Tzuyu yang mengajaknya bicara. Tapi tidak sekali pun Tzuyu marah atau benci padanya.

Saat berpamitan pulang, Haerin menangis. Tapi Jun bilang akan datang lagi besok membawa Minju, mendengarnya Haerin marah. Tapi dia lebih memilih diam saat marah, karena sepertinya ancaman sang papa masih melekat dihatinya. Dia melepaskan tangan Jun dan tersenyum dengan terpaksa. Katanya, jika Jun ingin datang sendirian saja baru boleh datang kemari. Kalau ada Minju, Haerin tidak mau bertemu dengannya. Jun bilang bahwa tidak baik membenci orang lain, tapi sepertinya Haerin sudah kepalang basah membenci kembaran Jun itu.

Disinilah mereka sekarang di rumah nenek dan kakek, orangtua Tzuyu. Hari sudah menunjukkan pukul setengah 7. Nenek sedang merajut syal 3 warna karena sebentar lagi musim dingin akan datang. Sedangkan Minju tertidur dan bersandar di tubuh kakeknya yang sedang menonton TV, menemani nenek merajut. Taehyung memberi salam dengan kedua mertuanya. Tapi salam itu tidak diterima sedang Tzuyu menyuapi Jun makan. Taehyung sepertinya mendapat nasehat atas apa yang terjadi selama ini.

Pria itu menunduk dan semakin menunduk, wajah Papa Chou tegas seperti mengeluarkan semua dendamnya. Tidak peduli bahwa Minju masih tidur dalam pelukan kakeknya. Ibu mertuanya berbeda, mama tampak mengelus lengan suaminya agar tidak terlalu keras kepada menantunya, tapi papa tidak melembut. Tzuyu tidak mau mengganggu pembicaraan itu dan memilih berdiam diri bersama Jun yang masih disuapi saat makan malam. Mama menyuruh Tzuyu memberi makan Jun dulu baru boleh pulang, sebenarnya mereka harus makan malam bersama sebelum pulang akan tetapi Papa Chou keburu marah.

Dan 10 menit kemudian mungkin papa selesai menasehati suami Tzuyu. Terlihat dari mama yang tersenyum lembut mendatangi putri dan cucunya di meja makan. Ditangannya ada 3 syal berwarna biru, pink dan cokelat, sangat cantik dan tebal.

“Untuk Jun, Minju dan Haerin.” kata mama dengan senyuman hangat saat mata Tzuyu bertanya-tanya untuk siapa saja syal ini. Tapi setelah mengetahuinya, Tzuyu malah akan menangis. Mama memeluknya erat dan membisikkan sesuatu di telinganya. “Sekarang kau adalah mama dari tiga orang anak. Mama percaya bahwa dirimu akan mengatasinya dengan baik, selamat untuk keluarga barumu yang sekarang jauh lebih ramai. Mama bangga, mama berhasil membesarkan putri sekuat dirimu. Mama menyayangimu, Tzuyu.” Tzuyu masih menangis dan Jun tersenyum lembut meminum air putihnya. Dia tidak bingung, karena mama pernah mengajarkan bahwa air mata tidak selalu pertanda kesedihan. Air mata juga bisa mengalir saat hati senang, terjadi atau marah. Melihat kondisi mama yang memeluk nenek, mama pasti bahagia. Tidak mungkin mama sedih memeluk ibunya sendiri.

Seperti Jun yang selalu bahagia dekat dengan mamanya. Seperti itulah mama Tzuyu yang bahagia dekat dengan nenek Chou.

“Terimakasih mama... Aku tidak tahu harus berkata apa lagi. Ini sangat indah. Tzuyu sangat senang saat mama bisa menerima Haerin dengan baik, karena tidak semua orang bisa menerima anak yang bukan cucu kandungnya.”

Bahkan ada nenek yang tidak bisa menerima cucu kandungnya sendiri. Tzuyu merasa sesuatu menyakiti hatinya lagi mengingat siapa yang seperti itu.

“Papa juga akan segera memaafkan dirimu dan Taehyung, lambat laun papa juga akan menyayangi Haerin dan menerimanya dengan baik—kau tenang saja.”

Tzuyu tersenyum dan mengangguk, menghapus air matanya. Dilihatnya entah sejak kapan Minju sudah ada dalam pelukan Taehyung meskipun mereka bertiga masih disana dalam aura yang menegangkan.

“Satu pesan mama. Jadilah ibu yang adil dan bertanggung jawab. Jangan membuat Haerin merasa kasih sayangmu terbagi, dia akan menjadi anak baik dan menerimamu juga. Asal kau selalu sabar dan cinta padanya seperti dia juga berasal dari dalam perutmu.”

༄ᵗᵃᵉᵗᶻᵘ; KanyaahTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang