“Papa ada dimana, Bibi?” tanya Haerin melihat Tzuyu diam di ranjang Minju. Hari sudah gelap dan ayah mereka belum kembali. Biasanya papa sudah kembali sebelum jam makan malam dan makan bersama mereka, tapi papa belum pulang.
Dan mama tampak diam saja seharian ini. Tepatnya setelah mereka pulang sekolah, mama banyak melamun dan diam. Sekarang anak-anak sudah hendak tidur, dalam remang cuaca. Haerin ada di kasur atas dan Minju di bawah, sedangkan Jun dapat single bed. Mereka sudah memakai selimut masing-masing dan piyama, Tzuyu mengurus semuanya dengan baik.
“Papa... Di kantor sedang banyak pekerjaan, jadi sementara semuanya harus bersama mama 3 hari ini—kalau ada apapun, beritahu mama saja ya. Karena papa punya kantor baru, papa harus menyelesaikan banyak tugas, jadi Jun, Haerin dan Minju jangan khawatir ya, nak.”
“Pasti papa lelah kan, ma?” tanya Jun dan menatap mata mamanya yang teduh dalam cahaya remang. Tzuyu tersenyum menenangkan dan mengangguk. “Maka dari itu kalau nanti papa telepon atau pulang, kalian bertiga harus berjanji untuk tidak membuat papa pusing dan jangan teriak-teriak saat di dekat papa. Harus mendengarkan apa yang papa suruh, oke?”
Ketiganya menatap Tzuyu dengan kompak sebelum mengangguk.
“Pasti bibi juga lelah tidak ada papa, kan?” Haerin polos bertanya. Mereka bertatapan dan gadis sulungnya itu penuh perhatian. “Bibi melakukan semuanya sendirian, padahal jika ada papa, papa yang membantu dan bibi akan mengobrol banyak dengan papa.”
Tzuyu melamun lagi, mengerti akhirnya bahwa Haerin sangat memperhatikan segalanya. Dia anak yang sangat manis. “Mama hanya merindukan papa.” senyumnya.
Minju bangkit dan meletakkan kepalanya di pangkuan paha mama, menjadikannya bantalan untuk tidur. “Kalau begitu suruh papa telepon mama saja. Papa pasti akan senang juga.” Tzuyu tidak pernah membayangkan tujuh tahun lalu bahwa dia akan memiliki ketiga anak dengan hati yang luas seperti ini. Betapa semua rencana Tuhan tidak terduga.
Tzuyu mengelus lembut rambut Minju dan bersandar pada tembok. Tzuyu mengambil ponsel di meja sebelah tempat tidur dan langsung menghubungi Taehyung. Anak-anak menatap penuh harap, mereka juga sudah kesepian tidak ada papa walaupun masih sehari. Papa selalu menemani mama untuk mengantarkan mereka tidur, tapi hanya ada mama sendirian disini dan itu membuat mereka merasa kehilangan.
Tidak diangkat, sampai tiga kali.
“Papa pasti sudah tidur.” Tzuyu berusaha menghibur anak-anak dan dirinya. Ya, pasti tidur. “Besok saat pulang sekolah, kita akan telepon papa. Dan kalian bebas menceritakan apa saja, semoga papa sedang tidak sibuk ya. Sekarang anak-anak mama harus tidur karena besok harus berangkat sekolah.” dikecupnya Minju dan meletakkan kepala putrinya yang sudah mengantuk itu di bantal. Lalu bangkit dan mengecup kening putranya yang tersenyum memberinya semangat, lalu terakhir Haerin yang menatapnya dalam diam.
Tzuyu hendak pergi ke tombol lampu untuk mematikan lampu dan keluar kamar, tapi Haerin malah menggenggam jemarinya. “Bibi, terimakasih banyak ya.”
Tzuyu tersenyum hangat, hatinya senang. “Untuk apa, nak?”
“Terimakasih sudah mau menjadi mamanya Haerin.” bibir Tzuyu melengkung terharu lalu dia menunduk untuk mengecup kening Haerin sekali lagi. “Sama-sama putriku.”
🌷
Tzuyu mendapatkan pesan foto dari nomor yang tidak dikenal dan foto itu menunjukkan suaminya sedang makan malam bersama seorang wanita disamping Pantai di malam hari.
Sepertinya foto itu baru saja diambil. Tapi mengapa tidak mengangkat telepon? Tzuyu bertanya-tanya. Dia mengusahakan dirinya untuk tidak berpikiran buruk sekalipun gambar itu menunjukkan adanya kecurangan.