🎧Putus atau Terus—JudikaTzuyu mengoleskan krim ke perut dan tangannya yang menggembung, memerah dan melepuh karena siraman teh panas itu. Sesak menghampiri dadanya melihat betapa menyedihkan saat ini dirinya di depan cermin.
Berulangkali menarik nafas panjang, berpikir—apakah mengadu adalah jalan terbaik? Apa yang akan Taehyung lakukan kalau Tzuyu mengadu? Dan apakah Tzuyu memberitahu kebenarannya? Karena semua akan semakin kacau kalau sampai mama mertuanya tahu.
Ceklek!
Tzuyu buru-buru menutup perutnya dan menyembunyikan tangannya yang terluka di belakang punggungnya. Matanya dan mata tajam Taehyung bertatapan beberapa detik. Dan pria itu tidak menemukan kejanggalan yang Tzuyu sembunyikan. Tidak sedikit pun. Dan benar, Tzuyu tidak memiliki nyali mengadukannya, sejak dulu dia begini. Tidak sekalipun berani.
“Kak—” Tzuyu tersenyum hangat menyambut sang suami yang masih mendiaminya sejak kemarin malam. Taehyung tidak menjawab sapaan ramah itu, dia hanya mencari sesuatu di kotak obat dalam lacinya, membawa minyak urut dan bantal kecil.
“Aku mau memijat kaki Yerin, kakinya bengkak.” ujarnya acuh tak acuh membuat Tzuyu lagi-lagi terdiam. Sebelum Taehyung keluar, Tzuyu berlari dan menggeleng kencang meraih lengan itu.
“Tidak, tidak! Aku mohon jangan lakukan ini, Kak Taehyung. Jangan lakukan ini.” suara wanita itu serak diredam oleh air mata yang ia tahan.
Tatapan mata tajam Taehyung serta hentakan keras membuat tangan Tzuyu lepas dari lengan suaminya. “Sekarang apalagi Tzuyu? Kau cemburu? Kau benar-benar cemburu hanya karena aku memijat kaki Yerin yang bengkak karena kehamilannya? Dia bahkan tidak bisa melihat lututnya lagi dan aku tidak bisa membantunya saat dia mengandung anakku?”
Air mata meleleh di mata Tzuyu, entah mengapa ia takut sekarang. Ia sangat takut dengan inisiatif Taehyung yang ini. “Jangan lakukan ini, kak. Tolong, jangan lakukan ini. Aku akan mengurut kaki Yerin, aku akan melakukan apa pun padanya, memijat kakinya atau membersihkan segala hal yang ia kotori tidak masalah, asal jangan memijat kakinya.” dan entah Taehyung mengerti ketakutan itu, ketakutan seorang istri pada suaminya dan wanita lain.
“Kau benar-benar keterlaluan, apa kau tahu itu? Apa seperti ini dirimu sesungguhnya? Kau tidak perlu takut kalau kau cukup percaya pada dirimu sendiri, kau pikir aku akan mengkhianatimu? Apa kau tidak mempercayai aku Tzuyu? Kau tidak mempercayai aku mampu menangani wanita lain? Apa kau berpikir aku selicik itu?”
Bibir Tzuyu bergetar karena tangisan yang ia tahan mencekiknya kencang. Tatapan Taehyung padanya malam ini, tatapan kekecewaan yang tidak pernah diarahkan padanya selama 10 tahun akhirnya dilakukan terang-terangan. Ketidaksukaan pada istrinya itu terlihat sangat menyeramkan, sangat menyeramkan dipandang serendah dan sekecewa itu oleh suamimu sendiri.
Aku hanya tidak mempercayai Yerin, Kak Taehyung. Aku tidak pernah lagi percaya padanya.
“Kini kau harus mengetahui alasan Tuhan tidak memberi aku keturunan dalam rahimmu, kau tidak pernah pantas menjadi ibu. Kau cemburu pada bayimu sendiri, ah...” Taehyung menggeleng dengan pahit dimatanya seolah menyadari bahwa yang dikandung Yerin juga bukan bayi istrinya ini.
“Kau cemburu pada jabang bayi. Pada bayi yang bahkan masih dalam kandungan ibunya. Dan koreksi itu pada perilakumu saat ini. Kau tahu Tzuyu, kalau seandainya kau bisa, aku pasti akan mengurut kakimu sama seperti yang aku lakukan pada Yerin.”
Petir menyambar di kepala Tzuyu, petir tidak terlihat itu lebih menyakitinya. Petir disekitar hujan memberi hawa dingin walaupun menyeramkan. Tapi kali ini hanya ada rasa terbakar, kesakitan dan panas. Taehyung lagi-lagi membanting pintu entah untuk yang keberapa kali dalam bulan ini.