9. melawan.

7.1K 783 64
                                    

Junkyu kalah, ia tak bisa jika Haruto terus menjauhinya, selama satu minggu ini Junkyu terus membujuk agar adiknya mau untuk sekedar bertemu namun Haruto selalu menolak, ia juga mendapatkan laporan jika Haruto tak mau makan dan terus memuntahkan obat yang sudah diberikan, Junkyu khawatir dengan itu ia menurunkan egonya untuk mengikuti keinginan adik kesayangannya.

Yaitu pergi ke kamar Jihoon tanpa menyentuh dan menyiksa si Park, kata Haruto apapun yang terjadi Junkyu tak boleh menggunakan kekerasan.

Ceklek!

Dengan membawa nampan yang berisikan makanan, minuman serta obat yang harus di minum, Junkyu menyimpannya diatas nakas, pemuda itu sedikit keheranan sebab Jihoon tak memberikan reaksi ketakutan seperti 5 hari yang lalu dimana saat melihat Junkyu pemuda manis itu langsung menangis kencang dan berteriak histeris, begitu ketakutan bahkan sampai tak sadarkan diri.

Namun kini, Jihoon malah terdiam sambil terus melukis diatas canvas, duduk di balkon kamar menikmati angin di sore hari.

"Makan!" Perintah Junkyu melipat tangan didepan dada, tubuhnya bersandar pada pintu balkon tak jauh dari Jihoon duduk.

"Park Jihoon, cepat makan aku tak punya banyak waktu untuk mengurus orang gila sepertimu!"

Tapi, lagi-lagi Jihoon tak menggubris, namun dapat Junkyu lihat tangan Jihoon yang tengah mengukur diatas canvas semakin menekan kuas, cat yang semula teratur mengikuti gambar kini semakin terlihat acak. Tanpa diduga Jihoon melemparkan semua alat lukisnya, semuanya tanpa terkecuali kini ia lemparkan kearah bawah.

Si Park berbalik, tak ada lagi tatapan penuh ketakutan, Jihoon menatap Junkyu dengan sorot mata penuh kekosongan dan Junkyu juga melihat ada sedikit dendam disana.

Apa-apaan ini, kenapa Jihoon begitu berani melihatnya dengan tatapan kurang ajar itu?!

"Turunkan pandanganmu!" Perintah Junkyu tak digubris sama sekali, Jihoon tak menurunkan pandangan, pemuda manis itu malah dengan sengaja menyenggol bahu lebar milik si dominan.

"Ada apa dengannya? Kenapa dia tak takut lagi padaku?!" Kata Junkyu dengan suara keras, namun sama sekali tak membuat Jihoon gentar. Jihoon malah tengah asik menyantap makanannya, tak menghiraukan si Kim yang kini sudah berdiri tak jauh darinya.

Glek!

Air setengah gelas habis, Jihoon mengambil obat yang harus ia konsumsi, itu adalah obat yang jangan pernah Jihoon lewatkan.

Glek!

"Sudah, sekarang lo keluar!"

"Kau memerintah ku anak sialan?!" Bentak Junkyu tersulut api amarah, si Kim kini mengambil langkah lebar tangannya mencengkram erat rahang si manis namun Jihoon menepis tangan si dominan.

"Haruto gak ngijinin lo untuk nyentuh gue!" Katanya menatap tajam Junkyu.

Junkyu tertawa sumbang, jadi Jihoon bertindak kurang ajar karena pemuda itu berpikir Haruto akan selalu membelanya?sialan, Jihoon memanfaatkan Haruto jika terus seperti ini.

"Jangan karena Haruto berada dipihakmu, kau merasa besar kepala dan memiliki hak untuk melawanku!" Sentak Junkyu sekali lagi, pemuda itu kembali mencengkram rahang si Park namun kalau ini Jihoon bukan lagi menepisnya melainkan menendang tubuh si Kim mengakibatkan tubuhnya mundur beberapa langkah.

Bugh!

Satu tendangan kembali dilayangkan pada tubuh si Kim, kini Junkyu tersungkur memegang sebelah pipinya.

"Kau--"

Bugh!

"Jihoon udah mati kalau lo lupa, lo udah bunuh dia dan sekarang gak akan ada lagi Jihoon yang tunduk sama lo, Om Junkyu bajingan!"

Only Mine [SELESAI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang