22. Sumpah

6.7K 778 156
                                        

Setelah melihat pintu yang ditutup, Haruto memiringkan kepalanya pemuda itu tertawa kecil namun tak lama tawa berganti menjadi tangisan lirih hingga berakhir dengan wajah penuh amarah, Haruto mengamuk menarik kedua tangannya yang terikat.

Jeongwoo, Jeongwoo dan Jeongwoo .

Hanya itu yang ada didalam otaknya, Haruto menginginkan Jeongwoo saat ini, ia hanya ingin Jeongwoo dan Jeongwoo.

"Jwoooo.." Haruto bergumam tak jelas dengan mulut tersumpal kain, pemuda itu samar-samar melihat Jeongwoo yang berdiri didepannya terlihat melambaikan tangan dengan senyum yang Haruto rindukan.

Tubuh Haruto semakin memberontak, ikatan pada tangannya terlepas namun tali-tali masih terikat dikedua pergelangan tangannya.

"Jwooo..."

Haruto bergumam, mengikuti langkah Jeongwoo, ia tak sadar kemana kakinya kali ini melangkah, yang Haruto ikuti hanya langkah Jeongwoo.

Kedua tangan Haruto berusaha untuk menggapai tangan Jeongwoo.

Haruto terus berjalan naik pada ujung pembatas balkon, pemuda itu melihat Jeongwoo yang terus mengulurkan tangan padanya

Hingga detik berikutnya Haruto merasakan tubuhnya melayang, ia berhasil menggapai tangan Jeongwoo dan Haruto jatuh didalam dekapan pemuda yang sangat ia cinta.


*********

"Berada dibelakang ku" perintah Yoshi ketika Jihoon akan lebih dulu melangkah masuk kedalam rumah Junkyu, tatapan Yoshi tampak begitu datar berbeda dengan kedua saudaranya dan Jihyo yang menebar senyum pada para bodyguard yang berjaga.

Jihoon hanya menurut, pemuda itu berada dibelakang Yoshi dengan memegang tangan Jihyo, sungguh kenapa Jihoon harus merasa canggung seperti ini? Ini bukan pertama kali untuk Jihoon datang ke mansion ini.

"Syukurlah kau datang, bos membutuhkan mu"

Langkah mereka terhenti ketika didepan sana ada Asahi yang berlari akan menarik tangan Jihoon namun Yoshi telah lebih dulu menatap pemuda Hamada itu tajam hingga membuat Asahi memberhentikan langkahnya.

"Apakah dengan cara seperti keluarga yang disebut terpandang menyambut tamunya?"

"Yoshi-"

Yoshi menggenggam tangan Jihyo yang ada dibelakang tubuhnya, menyuruh ibunya untuk diam dan tak ikut campur, ia ingin melihat bagaimana wujud dari seseorang yang selalu dibangga-banggakan oleh ibunya dan awak media.

"Apakah aku harus membungkuk hormat dan menyembahmu?"

Dari arah anak tangga suara dingin mengintrupsi mereka, disana Junkyu berdiri dengan wajah penuh keangkuhan, matanya menatap tajam pada sang lawan bicara.

"Bukankah memang harusnya seperti itu?"

Terdengar menyebalkan dan Junkyu mulai terpancing emosi.

"Jihoon kemari dan masuk kamar mu!" Sentak Junkyu menatap tajam pada sang empu.

"Turunkan pandanganmu, jangan menatap adikku dengan wajah iblismu!" Bentak Yoshi tak kalah keras, rahang pemuda Jepang itu terlihat mengeras dengan seringai licik yang telah puas berhasil membuat Junkyu semakin tersulut api amarah.

"Siapa kau berani memerintahku?!" Bentak Junkyu melangkah mendekat, berdiri tepat didepan Yoshi.

Keduanya sama-sama mempertahankan wajah penuh keangkuhan, mata mereka menyiratkan tatapan tajam yang membuat seisi ruangan tiba-tiba terasa dingin dan mencekam.

Didalam hati Jihyo terus merutuki tindakan putranya yang gegabah.

"Patuhlah padaku atau aku akan melenyapkan ayahmu!"

Only Mine [SELESAI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang