Jihoon duduk termenung menatap kearah luar jendela, pikirannya kosong, mengingat kembali perkataan Junkyu yang begitu menusuk relung hatinya, kalimat itu terus terngiang-ngiang seolah menjadi alarm pengingat jika Jihoon memang anak yang tak diinginkan dan satu lagi tentang ibunya yang diperjual belikan apakah itu benar?
Hari sudah semakin larut namun kantuk tak juga menyerang, Jihoon malah terus terjaga, matanya sulit untuk terpejam padahal jam sudah menunjukkan 2 dini hari.
Ceklek!
"Sudah merasa lebih baik?"
Awalnya Jihoon abai, ia pikir itu Doyoung atau Asahi namun suara asing memecah lamunannya, perlahan Jihoon berbalik melihat dengan sendu pada seorang pemuda bertubuh ringkih tengah tersenyum teduh, menatapnya begitu dalam.
Siapa dia? Sudah 2 minggu lebih Jihoon berada di mansion ini namun belum pernah melihat wajah manis itu.
"Aku tanya, apa kau sudah merasa lebih baik?"
Matanya mengerjap kebingungan namun Jihoon hanya mengangguk samar, pemuda manis itu sedikit mundur tak ingin bersentuhan, Jihoon tak berani melanggar perintah si Kim dimana ia dilarang untuk bersentuhan dengan sembarang orang terkecuali yang sudah diijinkan oleh pemuda Kim itu.
"Kenapa terus melihatku seperti itu?"
"T-tidak, maaf.."
Jihoon menunduk, mengalihkan pandangan, ia telah dengan lancang terus menatap seorang pemuda manis yang memiliki kulit putih serta bibir ranum itu.
Sungguh meskipun dirinya seorang submisive namun Jihoon masih cukup terpesona dengan seorang pemuda yang terlihat cantik dan tampan secara bersamaan, Jihoon melihat bahkan dari ujung kaki pemuda manis didepannya terlihat sangat cantik, begitu terawat berbeda dengannya yang dipenuhi banyak bekas luka.
Sebuah uluran tangan membuat mata kecil itu kembali membulat, bibirnya sedikit terbuka, Jihoon terkejut namun ia menerima uluran tangan dengan senang hati.
"Perkenalkan aku Kim Haruto, adik dari Kim Junkyu, seseorang yang dilarang untuk ditemui oleh siapapun kecuali Jeongwoo dan Junkyu. Aku adalah orang yang sama dengan seseorang yang memainkan piano dua minggu yang lalu dan menjadi penyebab kau mendapatkan hukuman dari kakakku"
Mendengar itu Jihoon buru-buru saja menarik tangannya, jadi dia? Dia adalah orang yang seringkali dibicarakan oleh Doyoung dan Asahi, seseorang yang dilarang untuk dijumpai, katanya semua bodyguard dan maid serta anak buah Junkyu dilarang untuk sekedar melihat mata adik dari si Kim, namun kini Jihoon dengan lancang malah menyentuhnya.
"Tidak usah takut, jika ini keinginanku maka Junkyu tak mempunyai hak untuk marah"
Terkesan kurang ajar, bungsu Kim tak pernah mau memanggil si sulung dengan sebutan kakak.
"Park Jihoon-"
Jihoon mendongkak, menatap Haruto dengan tatapan terlihat waspada, ia takut, karena bagaimanapun darah keduanya sama, bisa saja Haruto sama kejamnya seperti Junkyu.
"-Jangan pernah merasa sendiri, jangan pernah merasa tidak ada yang menyayangimu, aku akan selalu ada dipihakmu dan jangan sungkan untuk memukul kakakku, jika kau tak berani maka kau bisa memberitahuku"
Dua tepukan pada bahunya membuat Jihoon tersadar, si manis tampak mengerjap pelan, tak ada satu katapun yang keluar dari bibirnya, Jihoon hanya menanggapi Haruto dengan senyuman, hingga pintu tertutup sempurna barulah Jihoon berani untuk bernafas, sialan aura keluarga Kim memang bisa mencekiknya.
*********
Lagi, lagi dan lagi, Junkyu tak pernah puas untuk menganggu Jihoon memanfaatkan kelemahan pemuda Park itu. Seperti pagi ini, tak seperti biasanya yang dibangunkan oleh Doyoung atau Asahi, pagi ini Jihoon dibangunkan dengan cara yang kurang mengenakan wajahnya di guyur oleh air dingin dan saat membuka mata wajahnya langsung di lempari banyak sekali kertas-kertas yang Jihoon tak tahu itu apa.
KAMU SEDANG MEMBACA
Only Mine [SELESAI]
Teen FictionJihoon seorang murid kelas 3 yang terjebak dengan pria berusia 28 tahun karena kecerobohan yang dilakukan olehnya, Kim Junkyu seseorang yang tak akan pernah melepaskan mangsanya. Kyuhoon. Junkyu: dom. Jihoon: sub ⚠️ Area terlarang 18+⚠️ 🚩