1 | u s e d t o

6.7K 239 9
                                    

•••

1 • s u d a h  t e r b i a s a

"Taya ayo pulang." Seorang gadis yang masih mengenakan  seragam sekolah tengah menggoyang-goyangkan tangan seorang gadis yang berstatus sebagai temannya.

Demi apa pun, dia sudah kesal menunggu matenya yang asik dengan tulisannya. Jika saja dia berani untuk pulang sendiri, dia tidak akan menunggu di kelas dengan suasana yang menyeramkan seperti ini.

Nattaya Gema Pratista, gadis yang kerap di panggil Taya itu masih sibuk dengan tulisannya, tidak menghiraukan sahabatnya yang terus merengek. Dari awal dia sudah menyuruhnya untuk pulang terlebih dahulu tapi gadis itu malah berkata ingin menemaninya.

Jadi itu resikonya bukan.

Taya tidak mengalihkan pandangannya sedikitpun dari layar laptop, "Sabar Mita." Jarinya tidak berhenti menari di atas keyboard. Idenya saat ini sedang mengalir dengan lancar dan jaya. Tidak ada seorang pun yang bisa mengganggunya jika sedang seperti ini.

Gadis yang di panggil Mita itu mencebikkan bibirnya, dia mendudukkan bokongnya di samping laptop dengan aksesoris serba coklat milik Taya. Tidak hanya laptop saja, bahkan tas, jam tangan, kaus kaki, hingga pelengkapan menulisnya saja berwarna coklat. Brown is her favorite color.

Tapi itu sesuai lah dengan kepribadiannya.

Taya akhirnya selesai juga setelah menulis sepuluh ribu kata dalam satu jam. Begitulah Taya, jika otaknya sedang berjalan lancar dia tidak akan berhenti untuk mengetik. Bahkan dia pernah menyelesaikan lima puluh ribu kata dalam waktu satu jam. Sangat gila bukan?

Taya melakukannya karena dia mengejar target dalam waktu dua bulan untuk menyelesaikan ceritanya. Dia mengikuti sebuah lomba di satu platform yang hadiahnya lumayan besar. Ada kesempatan, kenapa Taya harus melewatkannya, bukan begitu?

Dan kerja kerasnya terbayarkan ketika Taya keluar sebagai juara pertama. Hadiahnya sebesar sepuluh juta, cukup besar bukan. Taya tidak menggunakan nama aslinya. Nama tengahnya yaitu Gema dia pakai, membuat orang-orang tahu sebagai penulis dari karyanya.

Yang mengetahui hal itu hanya sahabatnya saja alias Paramita Ayu Wardani. Anak bungsu dari keluarga Wardani yang sudah tidak asing lagi di telinga masyarakat Indonesia karena kekayaannya. Wardani Company, sebuah perusahaan pertambangan minyak terletak di Kalimantan.

Entah bagaimana bisa caranya seorang anak dari kalangan keluarga old money mau dan juga sudi berteman dengannya yang hanya hidup sebatang kara. Apakah keberuntungan untuk Taya? Ya, sepertinya begitu. Setidaknya masih ada satu orang yang peduli pada keberadaannya.

Dari dulu tidak ada yang mau berteman dengannya hanya karena dia tidak memiliki orang tua. Sangat tidak adil bukan, tapi itu lah hidup. Padahal dia juga tidak menginginkan hal itu terjadi pada hidupnya.

Tapi Taya bisa apa, selain menerima takdirnya yang sudah digariskan harus seperti ini.

Kembali lagi, untuk saat ini Taya sedikit mengurangi ketikannya karena dia harus fokus pada ujian akhir semester yang sebentar lagi akan berlangsung. Semuanya harus seimbang bukan. Dan Taya juga tidak suka jika kerja otaknya terbagi. Dia akan sulit untuk fokus.

Taya menoleh pada Mita yang sedang asik dengan ponselnya. Kaki perempuan itu ada di sampingnya di ayun-ayunkan membuat Taya segera menghentikannya.

"Ayo pulang aku udah selesai." Taya memasukkan barang-barangnya kedalam tasnya satu persatu.

Mita melompat dari meja lalu menatap pergerakan Taya yang punya ciri khas. Entah mengapa setiap pergerakan yang Taya lakukan itu terlihat rapi dan juga enak di pandang.

Terjebak Konglomerat ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang