•••
45• l e g a
Tama dan Rajendra telah mengganti pakaiannya dengan seragam dua petugas keamanan yang berhasil dibekuk. Untuk CCTV sudah ditangani Vilas. Jadi keduanya tidak perlu merasa khawatir untuk bertindak.
Rajendra melakukannya dengan terlatih. Belasan tahun silam dia pernah berada di situasi yang sama jadi tidak terlalu asing juga dengan kondisinya.
Tama mengeratkan topinya ketikan akan melewati bagian keamanan tempat biasanya petugas yang mereka curi bajunya berjaga. Ada satu orang di sana yang melihat keduanya tanpa curiga sedikitpun.
"Tunggu disini, awasi jangan sampai ada yang lewat." Rajendra menahan tangan Tama untuk menunggunya di bagian lorong sebelum belokan menuju kamar dimana Taya berada.
"Baik," Tama menjawab dengan kaku. Dia sungguh tidak sabar untuk bertemu dengan Taya.
Rajendra berjalan dengan santai. Saat tiba didepan kamarnya, Rajendra terdiam sebentar. Menunggu Vilas diseberang sana yang tengah mengerjakan sesuatu bersama beberapa orangnya.
"Sekarang om," Suara Vilas dari earpiece kecil yang terpasang ditelinga terdengar.
"Tidak akan berbunyi bukan?"
"Tidak om."
Rajendra menekan angka pada kuncinya dengan hati-hati setelah Vilas mengatakannya sandinya.
Klik
Pintunya terbuka, "Kesini Tama," Rajendra memanggil Tama dengan earpiece.
Tidak lama Tama datang dengan langkah besar. Saat tiba didepan ayahnya, keduanya saling pandang lalu menganggukkan kepala. Keduanya masuk secara perlahan dan hati-hati. Takut yang didalam menyadari kehadiran keduanya.
Suasana didalam sangatlah gelap. Rajendra bersikap waspada. Dibelakangnya Tama pun berhati-hati dalam melangkah. Telinganya dia pasang dengan tajam untuk mendengar setiap bunyi yang dia dengar. Sekecil apapun itu.
Tama menahan tangan ayahnya ketika telinganya samar-samar mendengar suara tangisan. Hanya sebentar, sebelum menghilang kembali.
Ruangan tiba-tiba saja menyala dan seseorang muncul dari belakang keduanya berusaha menyerang menggunakan tongkat bisbol. Tama dengan sigap menendang perut orang itu hingga mundur beberapa langkah.
"Biar ayah tangani, cepat cari Nattaya!" Ucapan Rajendra membuat Tama yang akan menyerang orang itu urung. Setelah melihat ayahnya yang menganggukkan kepalanya dengan yakin membuat Tama mundur lalu lebih masuk kedalam untuk mencari Taya.
Pukulan dan juga erangan samar-samar dia dengar dari belakangnya dimana ayahnya tengah berkelahi.
Ada sebuah meja dengan komputer diatasnya membuat Tama berlari mendekat dan segera mengeceknya. Matanya langsung membulat begitu melihat rekaman dimana Taya terlihat meringkuk di lantai.
Pintu yang ada dibelakangnya langsung menjadi tujuannya. Tama berusaha membukanya tapi terkunci. Matanya mengedar, tidak ada apapun selain meja tadi.
Tama mundur beberapa langkah untuk ancang-ancang lalu mulai mencoba pintu yang sialnya sangat sulit sekali untuk dia dobrak. Dan pada percobaan kesepuluh akhirnya pintu itu berhasil dia buka dengan lebar.
KAMU SEDANG MEMBACA
Terjebak Konglomerat ✓
Novela JuvenilSemakin kau berlari maka akan semakin ku mengejarmu_ Gautama .... Nattaya Gema Pratista hanya seorang gadis biasa yang memiliki dan fokus dengan dunianya sendiri. Hidupnya tenang-tenang saja sebelum kedatangan orang-orang yang ingin menjalin hubunga...