•••
53• m e m u k a u
"Yang ini bagus ngga?" Taya memutar-mutar tubuhnya guna menunjukkan baju yang sedang dia coba.
"Tapi berlebihan ngga sih?" Taya mendudukkan dirinya disamping Tama yang sedari tadi tidak bergeming sedikitpun. Pandangannya terpaku pada Taya yang malam ini cantiknya bertumpah ruah hingga tidak bisa beralih.
"Cantik. Apapun yang kamu pakai selalu memukau. Tapi ini tangannya apa ngga terlalu terbuka ya?" Tangan Tama terulur menyentuh leher Taya lalu mengelusnya. Taya yang merasakan sentuhan itu dibuat merinding. Tapi bukannya melepaskan, Taya malah menikmatinya. Dasar.
"Lah, berlebihan banget mujinya." Taya memalingkan wajahnya yang tiba-tiba panas. Terlalu fokus pada kalimat pertama membuat Taya tidak terlalu mendengar perkataan Tama selanjutnya.
"Ngga berlebihan, memang itu kenyataannya."
"Masa?"
"Ngga percaya?"
Taya menganggukkan kepalanya seraya menatap Tama dengan tajam. Entahlah, setiap mendengar perkataan perkataan manis tentang dirinya yang keluar dari mulut Tama membuatnya tidak bisa bereaksi biasa saja.
Seperti kali ini, atas paksaan Tama malam ini keduanya akan dinner disebuah restoran ternama. Awalnya Taya menolak, tapi segala bujuk dan rayu pacarnya itu lakukan membuatnya luluh juga. Toh sekali-kali juga keinginannya Taya kabulkan.
Dan kini Taya dibuat kebingungan dengan baju yang akan dia pakai. Tadinya dia tidak mau ribet-ribet, tapi jika dipikir-pikir masa datang ke restoran ternama memakai baju asal-asalan. Kan tidak etis kalau seperti itu.
Sudah tiga gaun miliknya yang Taya coba tapi Tama tidak menyetujuinya. Ada yang terlalu terbukalah, terlalu pendek, atau alasan yang paling aneh terlalu banyak kancing yang menempel katanya. Padahal gaun dengan panjang selutut itu adalah favoritnya. Tapi ya sudah lah kalau Tama tidak menyukainya.
"Yang ini kan bajunya, ngga ada acara ganti-ganti baju lagi."
"Tangannya ngga ada yang lebih panjang?"
Demi Tuhan, Tama ini kenapa sih. Kenapa sekarang urusan pakaian juga sampai ribet seperti ini. Padahal sebelum-sebelumnya biasa saja.
"Aku pakai outer, ngga ada bantahan lagi. Ini gaun terakhir yang ada di lemari aku." Tidak lupa Taya mencubit tangan Tama yang tidak berhenti mengelus lehernya dengan gemas.
"Coba liat."
Taya berdiri lalu mengambil outer dari lemarinya dan memakainya langsung didepan Tama.
"Nih puas kamu?"
"Nah aku suka kalau begini." Taya hanya mendelik mendengarnya. Selanjutnya dia akan memoleskan sedikit riasan diwajahnya agar tidak terlalu pucat.
"Aku tunggu diluar mau angkat telpon." Tama berdiri seraya memperlihatkan layar ponselnya dimana panggilan dengan nama ayahnya tertera.
"Iya."
Setelah berkutat lima belas menit dengan wajahnya Taya berdiri lalu mematut lagi penampilannya didepan cermin. Tidak buruk. Untuk rambutnya dia biarkan digerai saja tanpa tambahan aksesoris. Sedangkan kakinya dia pasangkan ankle-strap heels yang tidak terlalu tinggi berwarna hitam. Terakhir dia memasang kalung miliknya agar tidak terlalu polos.
KAMU SEDANG MEMBACA
Terjebak Konglomerat ✓
Novela JuvenilSemakin kau berlari maka akan semakin ku mengejarmu_ Gautama .... Nattaya Gema Pratista hanya seorang gadis biasa yang memiliki dan fokus dengan dunianya sendiri. Hidupnya tenang-tenang saja sebelum kedatangan orang-orang yang ingin menjalin hubunga...