•••
54• k e n y a t a a n
Saat ini taya tengah duduk di meja yang berada di sebuah cafe dengan laptop menyala di depannya. Menampilkan ketikannya yang menunggu untuk dilanjutkan.
Meskipun pandangannya tertuju pada layar laptopnya, tapi pikirannya berkecamuk dengan ramainya. Semuanya berawal dari pertemuannya dengan Natala sebelum masuk ke dalam cafe.
Padahal sudah Taya tegaskan pada laki-laki itu jika dia tidak ingin keduanya untuk tidak bertemu lagi, tapi keinginannya itu tidak diidahkan sama sekali karena Natala nekat mendatanginya setelah membuntutinya seharian ini.
Setiap kalimat yang keluar dari mulut Natala terngiang-ngiang dalam pikirannya. Tidak bisa untuk dia abaikan, seolah ada pengingat yang dipasang agar taya tidak melupakan setiap katanya sedikit pun.
Taya terus mencoba menampik dan tidak percaya dengan perkataan Natala. Tapi wajahnya serius tidak menunjukkan kebohongan sedikitpun membuatnya tidak bisa abai apalagi ini menyangkut keluarganya. Dia tahu jika kakaknya itu tidak bohong.
Meskipun dulu keadaan keduanya kacau, tidak pernah keduanya untuk saling berbohong. Setidaknya satu nasihat dari ayahnya itu selalu diingatnya.
“Hei baby.” Rangkulan dibahunya membuat lamunan Taya buyar. Tidak repot-repot menengok karena dia sudah tahu satu-satunya orang yang berani menyentuhnya seperti ini hanya Gautama seorang.
“Kok ngga kaget?” Tama sengaja menarik kursi agar posisinya lebih dekat dengan Taya. Menggulung lengan kemejanya dan membuka dua kancing teratasnya.
“Ya emang ngga.”
“Kamu harusnya pura-pura biar aku senang.” Tangan Tama terulur untuk menyelipkan rambut Taya ke belakang telinganya.
"Ngga mau bohong." Mata Taya memindai pakaian formal yang dikenakan Tama meskipun saat ini sudah tidak menentu bentuknya. Laki-laki itu terlihat lelah dengan matanya yang sayu.
"Iya deh, nyerah aku sama kamu."
Taya tidak menjawab perkataan Tama, dia memilih untuk meletakkan lagi kedua tangannya di atas keyboard.
Melihat tidak ada tanggapan dari Taya juga wajahnya yang tidak menunjukkan ekspresi apapun membuat Tama bertanya-tanya, apakah dia telah melakukan kesalahan tanpa disadari. Tapi jika diingat-ingat, Tama tidak melakukan hal apapun yang membuat suasana hati pacarnya itu tidak bagus.
Sedangkan Taya meskipun pikirannya masih berisik, tapi setidaknya masih ada sisi kosong yang membuatnya bisa untuk meneruskan lagi pekerjaannya yang sempat tertunda.
Tidak ingin menganggu konsentrasi Taya, Tama memilih untuk memesan makanan. Kemudian mengeluarkan laptopnya dari tas untuk menyelesaikan pekerjaannya.
Untungnya cafe yang mereka datangi memang khusus bagi orang-orang berkegiatan seperti keduanya. Jadi tidak akan ada drama-drama dari pelanggan lain yang terlalu berisik lah atau apapun semacam itu.
Tidak terasa satu jam berlalu keduanya berkutat dengan pekerjaan masing-masing.
Meskipun terlihat fokus, tapi sesekali Tama akan melihat Taya yang kebanyakan hanya melamun. Terlihat sekali jika ada yang tidak beres dengannya. Tama harus mencari tahu apa yang sebenarnya terjadi.
Apakah kehadiran Natala yang membuat Taya seperti ini. Kalau iya, Tama menyesal karena tidak mencegah keduanya bertemu.
Jangan kalian pikir jika Tama tidak mengetahui apapun tentang Taya. Dia tahu apapun yang menyangkut dengan Tayanya termasuk kakaknya yang baru-baru ini menunjukkan kembali batang hidungnya. Informasi seperti itu sangat mudah untuk dia ketahui.
KAMU SEDANG MEMBACA
Terjebak Konglomerat ✓
Teen FictionSemakin kau berlari maka akan semakin ku mengejarmu_ Gautama .... Nattaya Gema Pratista hanya seorang gadis biasa yang memiliki dan fokus dengan dunianya sendiri. Hidupnya tenang-tenang saja sebelum kedatangan orang-orang yang ingin menjalin hubunga...