•••
15• s a l a h
Taya keluar dari rumahnya ketika mendengar suara klakson mobil dari luar. Tidak lupa juga sebelumnya mengunci pintu dan juga pagar rumahnya. Taya masuk ke dalam mobil dan langsung meringis memejamkan matanya ketika Mita memeluknya dengan erat.
Mita menggoyangkan tubuh Taya dengan gemas, "Kangen banget tau,"
"Iya." Taya menepuk-nepuk pundak Mita sekaligus minta untuk melepaskan pelukannya yang erat. Taya sesak dibuatnya.
"Ih Taya gak kangen sama Mita." Mita melepaskan pelukannya membuat Taya bernafas lega lalu memiringkan badannya. Menatap Mita yang mencebikkan bibirnya. Hah, masih pagi tapi sudah membuat drama.
"Sama Mita, cepetan jalan, nanti kita telat." Mita tersenyum lebar sampai memperlihatkan giginya. Kemudian menghidupkan mobilnya meninggalkan rumah Taya menuju sekolah.
Taya menghidupkan ponselnya yang dari semalam lupa untuk dia nyalakan. Dan boom. Notifikasi dari Tama lah yang paling mendominasi. Dia tidak berniat untuk membalas, toh di sekolah nanti juga pasti mereka bertemu.
"Taya tahu ngga, waktu di Kalimantan banyak yang minta temenan sama Mita." Mita mulai sesi curhatnya membuat atensi Taya beralih pada temannya. Memasukkan lagi ponselnya ke dalam saku cardigannya.
Taya menganggukkan kepalanya, "Terus?"
"Tapi Mita ngga suka, mereka mau deket sama aku ada maksudnya doang," Taya tidak heran, zaman sekarang memang seperti itu. Orang-orang seperti itu memang semakin banyak. Ingin dekat tapi hanya untuk memanfaatkan. Untungnya Taya tidak seperti itu. Iya kan?
"Taya," Panggil Mita membuat Taya menaikkan sebelah alisnya karena Mita bertanya dengan raut serius. Dia dibuat degdegan melihatnya.
"Apa?"
Mita terlihat ragu untuk berbicara, "Em, Taya beneran udah jadian sama Tama?" Mita tidak berani untuk menoleh, matanya fokus ke depan. Tangannya mencengkram setir dengan kuat.
"Hm."
Mita menoleh dengan cepat, "Beneran?" Nada suaranya berubah semangat. Bukannya tadi gadis itu terlihat takut. Kenapa sekarang malah sebaliknya.
Taya menaikkan sebelah bahunya, "Mungkin," Dirinya juga tidak tahu yang pasti apa hubungan seperti apa yang mereka jalin. Taya hanya mengikuti arus saja.
Traffic light berwarna merah menyala membuat Mita memiringkan tubuhnya, "Ih kok mungkin sih, jadi yang bener yang mana?" Mita bertanya dengan suara yang menuntut.
"Ya, itu."
Mita kembali melajukan mobilnya setelah mobil di belakang membunyikan klakson, "Taya kok jadi nyebelin,"
"Ya gak tau." Hening kembali menyelimuti keduanya. Taya sibuk dengan lamunannya sedangkan Mita fokus berkendara.
Untungnya gerbang sekolah sudah terlihat.
"Taya, itu Tama bukan sih?" Taya melihat kemana Mita menunjuk. Dan benar saja.
Terlihat Tama berdiri dengan menyandar di mobilnya. Sialan, posisi seperti itu membuat laki-laki itu mendapat nilai lebih. Seragam sekolah yang terbalut cardigan membuat tubuhnya tercetak dengan jelas.
Mata keduanya berpandangan. Segera Taya menundukkan kepalanya, kenapa juga dia harus menatapnya, malu kan jadinya.
Mita mematikan mesin mobil ketika telah mendapatkan tempat parkir. Lagi-lagi Taya mengumpat ketika melihat dimana Mita memarkirkan mobilnya. Dari sekian banyaknya tempat kenapa harus disini.
KAMU SEDANG MEMBACA
Terjebak Konglomerat ✓
Teen FictionSemakin kau berlari maka akan semakin ku mengejarmu_ Gautama .... Nattaya Gema Pratista hanya seorang gadis biasa yang memiliki dan fokus dengan dunianya sendiri. Hidupnya tenang-tenang saja sebelum kedatangan orang-orang yang ingin menjalin hubunga...