•••12• k e s e p a k a t a n
“Tama,” Sarayu menatap sang anak yang sibuk dengan makanannya seraya tersenyum dengan hangat.
“Apa bunda?” Tama menghentikan kunyahannya lalu mendongak menatap wanita yang sudah melahirkannya delapan belas tahun yang lalu.
Sarayu menatap Tama dengan penuh kasih sayang. Tangannya terulur mengelus rambut sang anak dengan lembut. Meskipun usia Tama sudah beranjak dewasa tapi Sarayu menganggap jika anaknya masih menjadi jagoan kecilnya yang akan menangis jika satu hari saja tidak bertemu dengannya.
“Bunda membutuhkan sesuatu?” Tanya Tama lagi karena Sarayu tidak kunjung menjawab.
Sarayu mengelus kepala sang anak dengan lembut, “Kenalkan pacarmu sama bunda.” Tama terdiam. Mendadak pikirannya dipenuhi oleh gadisnya yang menggemaskan.
Tama mengulum senyum, “Bunda tau?”
Sarayu tersenyum lalu mencubit pipi Tama dengan gemas, “Tentu saja sayang, bunda tahu semua tentangmu. Bahkan bunda tahu warna pakaian dalam yang sedang kamu pakai.”
Tama menjauhkan tubuhnya, “Bunda..."
Sarayu tertawa melihat Tama yang merajuk, “Bercanda sayang.” Tama menghela nafas dengan lega. Dia kira memang Sarayu mengetahuinya dengan memasang CCTV diam-diam di apartemennya. Pikiran dan tindakan bundanya itu sangat sulit untuk ditebak. Bahkan terkesan random.
“Jadi?” Sarayu mengangkat sebelah alisnya dengan pandangan jahilnya pada Tama.
“Apanya yang jadi,” Tama kembali memakan ramen nya yang masih tersisa cukup banyak.
Sarayu menumpukan kedua tangannya di atas meja, “Bawa pacarmu, bilang padanya jika bunda ingin berkenalan.”
Tama menghentikan makannya, “Soon.” Lalu kembali lagi makan.
“Harus pokoknya. Bunda maksa.” Sarayu menatap Tama dengan mata yang memicing.
“Iya bunda iya.” Tama memilih untuk mengiyakan saja daripada Sarayu terus mendesaknya.
Ibu dan anak itu kembali fokus pada makanannya hingga habis. Setelah selesai, mereka keluar dari restoran. Tama berniat untuk mengantarkan sang bunda tapi Sarayu menolaknya karena sudah ada supir suaminya yang menunggu.
“Bunda yakin, Tama anterin dulu ya,” Tama menggenggam tangan Sarayu yang halus.
Jika ada orang yang melihat keduanya pasti dianggap sebagai adik kakak. Meskipun umur Sarayu tidak lagi muda tapi kecantikan dan tubuhnya terjaga dengan sempurna membuatnya terlihat awet muda. Terkadang Tama bertanya-tanya apakah wanita didepannya ini adalah orang yang telah melahirkannya saking terlihat mudanya.
Valentino Garavani bow long sleeve berwarna putih membalut dengan indah di tubuh mungil Sarayu. Memancarkan aura yang membuat orang-orang tidak akan mengalihkan pandangan hanya dalam sekali tatap.
Sarayu mengelus rambut Tama lalu mendongak karena perbedaan tinggi keduanya yang cukup jomplang, “Memangnya kamu mau anterin ke kantor?”
Tama terdiam sejenak lalu menggelengkan kepalanya dengan cepat. Tentu saja tidak mau.
“Nah kan, bunda harus ke kantor dulu tadi ayah kamu titip sesuatu.” Sarayu masuk ke dalam mobil setelah supir membukakan pintunya. Tama sempatkan untuk mengecup pipi sang bunda.
Setelah memastikan mobil yang membawa sang bunda pergi, Tama masuk ke dalam mobilnya. Dia berniat untuk ke rumah Taya. Dari kemarin dia belum mendapatkan kabar darinya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Terjebak Konglomerat ✓
Teen FictionSemakin kau berlari maka akan semakin ku mengejarmu_ Gautama .... Nattaya Gema Pratista hanya seorang gadis biasa yang memiliki dan fokus dengan dunianya sendiri. Hidupnya tenang-tenang saja sebelum kedatangan orang-orang yang ingin menjalin hubunga...