37 | m e e t i n g

1.4K 88 9
                                    

•••

37• p e r t e m u a n

"Ngga mau Tama!" Taya menahan dirinya memeluk pintu mobil ketika Tama terus membujuknya agar masuk kedalam restoran yang ada didepannya.

"Tidak ada yang membahayakan," Tama berusaha menyentuh Taya tapi gadis itu terus menyentak tangannya.

Taya tetap tidak bergeming. Untuk apa dia dibawa ke pertemuan seperti ini. Terlebih kenapa laki-laki itu baru memberitahunya setelah keduanya ada ditempat. Taya tidak mau, benar-benar tidak mau.

Didalam nanti pasti akan banyak pertanyaan dari orang-orang tertuju padanya. Dan sumpah, dia tidak suka dengan hal itu. Mungkin sebagian orang akan menganggap jika sikap Taya itu terlalu berlebihan.

Tapi, orang-orang tidak akan mengerti situasi yang sedang Taya rasakan sebelum merasakannya bukan?

"Sayang ayo, kamu tidak perlu khawatir. Ada bunda sama ayah didalam." Jelas Tama selembut mungkin pada Taya yang terus menatapnya dengan sengit.

Taya berdecak, "Ya itu masalahnya, lagian buat apa sih bawa-bawa gue, nanti yang ada malu-maluin lagi." Sungutnya dengan menggebu-gebu.

Tama menatap Taya dengan tajam, "Kenapa berbicara seperti itu? Atas dasar apa kamu menganggap jika keberadaanmu akan membuatku malu?"

Taya menelan ludahnya dengan susah payah ketika mendengar perkataan Tama yang terdengar tidak bersahabat. Mendadak dia menyesali ucapannya sendiri. Tapi kan tidak salah juga pemikiran Taya yang bisa seperti itu.

Karena rata-rata orang yang memiliki hubungan dengan kasta yang berbeda akan ada banyak pertentangan terjadi didalamnya. Setidaknya hal itu pernah muncul dalam risetnya untuk karyanya hingga Taya mengetahuinya.

"Ya, ngga ada salahnya kan kalau gue tau diri," Jawab Taya dengan berusaha terlihat setenang mungkin. Berbeda dengan hatinya yang mendadak resah.

"Ngga akan, aku janji. Didalam sana tidak akan terjadi hal-hal aneh. Aku bisa menjaminnya kalau kamu mau." Tama menggenggam tangan Taya yang mencengkram pintu mobilnya. Untung saja gadisnya itu tidak menghempaskannya lagi.

Tama tahu jika keluarganya yang ini tidak banyak komentar. Mereka tidak akan ikut campur karena semuanya memiliki kapasitas masing-masing hingga tidak akan ikut campur apalagi mengenai hal pribadi.

"Gampang buat lo ngomong kaya begitu. Beda lagi sama gue yang nantinya ngalamin."

Tama menghela nafas perlahan membuat Taya memalingkan wajahnya setelah melihatnya. Dia berpikir, apakah kelakuannya ini terlalu berlebihan. Tapi kan Taya hanya antisipasi saja. Hatinya yang selembut sutra ini harus dibentengi kuat-kuat.

Taya akhirnya luluh juga. Setelah segala bujukan dan wajah melasnya Tama tunjukkan membuat Taya tidak tega menyerah juga. Lagian ini masih hari baiknya, Taya tidak boleh terlarut dalam emosinya.

Saat menginjakkan kakinya didalam restoran, mata Taya langsung mengedar untuk memperlihatkan seisinya. Desain interior terlihat unik. Antara tradisional dan juga modern dipadukan padankan dengan indah. Pasti tangan ahli yang melakukannya karena semuanya terlihat sangat memukau.

Taya merasa jika kaki dan tangannya mulai mendingin ketika dia mendapati sebuah meja makan yang dikelilingi orang-orang yang tengah berbincang satu sama lain.

Terjebak Konglomerat ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang