•••
34• k o n s e k u e n s i
Taya membuka matanya dengan cepat. Melirik jam di dinding menunjukkan pukul satu malam membuatnya mengerang. Kenapa dia harus terbangun sih, kalau seperti ini akan sulit lagi untuknya tidur.
Turun dari ranjang, Taya berjalan menuju keluar. Dia haus sekaligus perutnya terus berbunyi ingin diisi.
Saat diruang tengah, Taya berhenti berjalan dengan mata terpaku pada sosok yang tidur diatas sofanya yang sempit. Taya kita Tama sudah pulang.
Beberapa jam yang lalu memang Taya langsung melemparkan badannya ke kasur begitu tiba di kamarnya dan tertidur tanpa ingat apapun lagi. Hingga lupa dengan keberadaan Tama.
Tapi kan bisa saja laki-laki itu pulang, bukannya tidur ditempat yang tidak memuat seluruh tubuhnya seperti itu.
Taya berjalan mendekati Tama lalu menepuk-nepuk tangannya. Jika tidak dibangunkan, pagi nanti Tama pasti akan sakit badan. Bukannya peduli, hanya saja Taya tidak enak melihatnya.
Tama mengerjapkan matanya begitu merasa ada yang menepuk tangannya. Dengan kesadaran yang belum sepenuhnya terkumpul, Tama mendudukkan dirinya lalu menatap Taya yang jongkok disampingnya.
Tama mengangkat Taya lalu mendudukkannya disampingnya.
"Kenapa masih disini?" Taya bertanya seraya memperhatikan Tama yang sedang mengusap sudut matanya. Seharusnya Taya ilfil melihatnya, Tama jorok. Tapi kenapa dia merasa biasa saja.
"Hm, ketiduran." Suara Tama yang terdengar lebih serak juga dalam membuat Taya terbatuk kecil lalu mengalihkan pandangannya. Sialan, sekali. Masa mendengar suara seperti itu saja Taya sampai salah tingkah.
Taya berdiri membuat Tama menarik tangannya hingga duduk kembali.
"Apa? Gue haus mau ambil minum." Jelas Taya membuat Tama menganggukkan kepalanya lalu melepaskan cekalan tangannya.
Taya kembali berdiri lalu berjalan menuju dapur. Dia mengambil gelas dari kabinet lalu mengisi air dari dispenser. Taya duduk lalu meminumnya. Meskipun perutnya lapar, tapi malas sekali rasanya jika Taya harus masak.
Matanya melirik Tama yang datang menghampirinya. Tama mengambil gelas yang ada ditangannya yang sudah kosong lalu mengisinya lagi dengan air.
Tama menarik kursi lalu duduk disamping Taya yang terus memperhatikan setiap pergerakannya. Tama menopang kepalanya seraya memperhatikan Taya balik membuat keduanya saling berpandangan.
"Feeling better?"
Taya mengerjapkan matanya perlahan. Lalu pandangannya turun pada tangannya yang digenggam Tama dengan hangat yang menjalar sampai dadanya. Ingat, rasanya bukan tangannya.
"Iya. Maaf jika tadi gue ngga jelas banget," Taya mengalihkan pandangannya dengan jempol kakinya yang mengetuk-ngetuk.
"It's okay, I'm the one apologizing for putting you in a bad mood." Tama mengelus tangan Taya dengan jari jempolnya. Matanya terus menatap Taya dengan penuh sesal.
Taya menganggukkan kepalanya perlahan, "Udah ya, gue ngga mau lagi bahas yang tadi." Dia hanya tidak ingin mengingat perasaan beberapa jam yang lalu dia rasakan. Sangat tidak nyaman juga menyesakkan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Terjebak Konglomerat ✓
Teen FictionSemakin kau berlari maka akan semakin ku mengejarmu_ Gautama .... Nattaya Gema Pratista hanya seorang gadis biasa yang memiliki dan fokus dengan dunianya sendiri. Hidupnya tenang-tenang saja sebelum kedatangan orang-orang yang ingin menjalin hubunga...