•••
63•p e r p i s a h a n
Tama membuka matanya dan langsung tersenyum begitu mendapati Taya yang masih memejamkan matanya didalam pelukannya. Bulu-bulu matanya yang lentik membuatnya terlihat lebih cantik dengan mata tertutup seperti itu.
Setelah bermain di danau hingga hampir malam, Taya mengeluh kelelahan dan begitu tiba di rumah langsung memejamkan matanya tanpa makan, hanya sempat mengganti pakaiannya saja.
Jangan heran dari mana pakaiannya berada. Karena tentunya semuanya telah Tama persiapkan saat di perjalanan tadi.
"Morning," suara serak Taya membuat lamunan Tama buyar lalu menunduk untuk menatap wajah sang kekasih dengan senyuman diwajahnya.
"Too baby." Tama menunduk dan mengecup puncak hidung Taya lalu menggeseknya dengan gemas.
"Lapar." bibir Taya yang melengkung kebawah membuat Tama terkekeh, melepaskan pelukannya dan beranjak setelah mengecup bibirnya singkat.
"Suruh siapa semalam susah dibangunin." malam tadi memang Tama sempat mencoba membangunkan Taya yang tertidur seperti dibius saja.
Taya berdecak mendengarnya, "Kan cape."
"Ayo." Tama merentangkan kedua tangannya membuat Taya bangkit tanpa memperdulikanya dan berjalan menuju kamar mandi.
Tama menurunkan tangannya, berjalan keluar kamar menuju dapur. Langit diluar masih gelap membuat pekerja disini belum masak.
"Ada bahan makanan apa aja?" Taya datang sambil menggelung rambutnya asal agar tidak terlalu menghalangi.
Tama membukakan pintu kulkas dan memperlihatkannya pada Taya, "Lengkap."
"Mau yang langsung berat-berat apa?"Taya bertanya seraya menatap Tama.
"Aku sereal aja."
"Oke."
°
°"Nanti siang kita pulang ya," ujar Taya dengan menopang dagunya diatas sofa.
Keduanya saat ini berada disofa yang membelakangi jendela membuat Taya duduk terbalik untuk melihat pemandangan indah di pagi hari yang masih berembun. Cuaca di luar cukup mendung hingga membuat hari terasa masih gelap padahal jam sudah menunjukkan pukul delapan pagi.
"Ngga mau disini lama-lama?" Tama ikut menopang dagunya disamping Taya. Bedanya Tama menikmati pemandangan rupawan wajah kekasihnya.
"Mau, tapi aku ada tugas yang harus diberesin." Taya menoleh dan menempelkan pipinya pada sofa membuat keduanya berpandangan.
Tangan Tama terulur mengelus pipi Taya yang sedikit merah karena cuaca disini yang begitu dingin. Meskipun villa sudah dilengkapi penghangat tapi tetap saja hawa-hawa dingin masih terasa.
KAMU SEDANG MEMBACA
Terjebak Konglomerat ✓
JugendliteraturSemakin kau berlari maka akan semakin ku mengejarmu_ Gautama .... Nattaya Gema Pratista hanya seorang gadis biasa yang memiliki dan fokus dengan dunianya sendiri. Hidupnya tenang-tenang saja sebelum kedatangan orang-orang yang ingin menjalin hubunga...