•••
58• g a i r a h
Tama keluar dari gedung dengan keadaan yang terlihat berbeda dengan waktu dia masuk.
Jejak-jejak keringat di pelipisnya, rambutnya yang sedikit berantakan dan jangan lupakan darah yang sebagian kering dikedua tangannya.
Tama melangkahkan kakinya menuju mobilnya berada, Hito yang berada dibelakangnya menyerahkan sebuah paper bag berisi pakaian baru. Baju yang saat ini Tama pakai terdapat noda darah sehingga tidak memungkinkan untuknya pulang dengan keadaan seperti itu.
“Kamu bisa pulang, biar disini saya yang urus.” Hito menatap Tama tanpa ekspresi dengan kedua tangan yang bertaut di belakang tubuhnya.
“Maaf ngerepotin kak.” Tama menepuk pundak Hito.
“Itu sudah menjadi tugas saya.”
Hito membungkukkan badannya ketika Tama masuk kedalam mobilnya. Setelah mobil menghilang, laki-laki dengan bekas luka memanjang dari sudut mata sampai rahang itu masuk kedalam gedung lagi untuk membereskan kekacauannya.
Begitu dilantai tiga gedung, Hito mendapati tubuh Bimantara yang tergeletak mengenaskan dengan wajah yang terluka paling parah karena sudah sulit dilihat aslinya. Tubuhnya babak-belur, tidak ada yang terlewat.
Tama benar-benar merealisasikan perkataannya yang tidak akan memberi ampun pada Bimantara. Hanya saja dia tidak sampai membunuhnya meskipun keinginan itu sangat besar.
Jika pun sadar, Bimantara tidak akan berdiri dengan normal setelah apa yang telah dilakukan Tama padanya.
Datang dua orang yang langsung mengangkat tubuh Bimantara.
“Simpan tubuhnya di depan rumah sakit biasa.” Hito memerintahkan temannya untuk membawa tubuh Bimantara.
“Bersikaplah biasa, jangan sampai ada yang curiga. Tempatkan beberapa orang untuk berjaga-jaga, nanti saya menyusul.” ujar Hito dengan tenang.
“Baik.” jawab kedua orang itu serempak membuat Hito menganggukkan kepalanya.
Begitu mobil van yang membawa Bimantara menghilang, Hito membalikkan badannya. Dia menarik satu persatu pagar yang sudah ditumbuhi tanaman-tanaman liar setinggi tiga meter itu. Kemudian memasang rantai untuk menguncinya.
Hito mengemudikan mobilnya dengan kecepatan tinggi meninggalkan gedung.
°
°Tama telah mengganti pakaiannya. Saat ini dia berada di lift untuk turun kelantai dasar. Untuk mengganti pakaiannya Tama memang sengaja melakukannya di apartemen.
Jika dirumah dia tidak ingin mengambil risiko karena bisa saja Taya bangun.
Tama membersihkan tubuhnya sedetail mungkin takut-takut ada yang terlewat hingga dia membutuhkan sedikit waktu untuk melakukannya.
Saat ini jarum jam sudah menunjukkan pukul dua dini hari.
Diperjalanan, Tama mengetuk-ngetuk jari-jarinya diatas kemudi. Sesekali memiringkan kepalanya. Mengingat apa yang dilakukannya tadi membuatnya senyum-senyum sendiri.
Rasanya begitu puas. Kenapa tidak dari dulu Tama melakukannya. Kalau tahu rasanya begitu menakjubkan tidak akan pernah dia ragu dan takut.
Menginjak lagi gasnya semakin dalam, untuk segera tiba dirumahnya, dia sudah tidak sabar untuk mendekap tubuh Tayanya.
Ketika sampai dirumah, Tama langsung melangkahkan kakinya ke kamar dimana Taya berada.
Membuka pintu perlahan, Tama mendapati Taya yang tidur dengan posisi seperti awal membuatnya mengerutkan kening. Tidak biasanya, padahal yang dia tahu jika tidur Taya tidak pernah berdiam dalam satu posisi seperti itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Terjebak Konglomerat ✓
Teen FictionSemakin kau berlari maka akan semakin ku mengejarmu_ Gautama .... Nattaya Gema Pratista hanya seorang gadis biasa yang memiliki dan fokus dengan dunianya sendiri. Hidupnya tenang-tenang saja sebelum kedatangan orang-orang yang ingin menjalin hubunga...