24 | w o r d s

2K 90 12
                                    

•••

24• p e r k a t a a n

Tadinya Mita ingin pulang tapi Taya menahan tangannya seraya menggelengkan kepalanya, "Kok mau pulang?" Lirih Taya seraya melirik ketiga laki-laki yang asik berbincang di sofa dengan iPad ditangan masing-masing. Entah apa yang ketiganya bahas yang pasti wajah-wajahnya terlihat serius.

Jika Mita pulang bisa dipastikan jika dirinya akan kebosanan. Dan Taya tidak ingin itu terjadi. Lagian kenapa juga Tama meninggalkan ponselnya dikamarnya.

"Gak asik, ada manusia gila." Mita sengaja mengencangkan suaranya membuat salah satu diantara ketiga laki-laki itu merasa tersindir.

Taya menepuk tangan Mita yang setia menggenggam tangannya yang diinfus, "Heh, jangan begitu bahasanya."

"Alah, Taya juga suka misuh-misuh sama Tama, ngaku aja." Mita memicingkan matanya seraya menatap Taya dengan tajam membuat yang ditatap meringis.

"Bentar-bentar, aku kayanya ada yang lupa deh." Mita berpikir dengan keras ketika mengingat jika ada hal penting yang dilupakannya.

"Apa?"

Mita mengangkat satu tangannya kearah Taya, "Sebentar Taya, aku mikir dulu." Semakin mengerutkan keningnya pertanda jika gadis itu berpikir dengan keras.

Taya hanya bisa menggelengkan kepalanya melihat kelakuan Mita. Mengalihkan pandangannya, mata Taya malah terpaku pada pemandangan dimana Tama yang terlihat serius dengan kacamata yang bertengger di hidung mancungnya yang seperti perosotan.

Saat datang dengan kedua temannya tadi, Tama sudah meminta izin padanya jika dirinya akan melakukan diskusi. Taya bertanya-tanya, kenapa harus disini jika pembahasan yang ketiganya bahas terlihat serius. Tapi kalimat itu hanya bisa dia tanyakan dalam hatinya saja.

Mita menggoyangkan tangan Taya membuat lamunan gadis itu buyar, "Aku inget Taya, tadi sebelum kesini mami nitip makanan karena ngga akan sempet buat jenguk kamu. Mami harus ikut papi ke Surabaya. Dan aku lupa makanannya ku tinggal di mobil saking buru-buru nya." Ujarnya dengan panjang lebar.

"Nanti aja kamu ambilnya,"

"Ih gak bisa, aku harus ambil sekarang. Bisa-bisa mami marah kalau tahu makanannya basi karena aku lupa buat kasih ke kamu." Mita melepaskan genggaman tangannya lalu berdiri dan langsung berjalan keluar membuat Taya tidak sempat menahannya.

Selang beberapa detik Taya melihat satu dari teman Tama berdiri lalu keluar. Meskipun wajah kembaran itu berbeda, tapi Taya suka salah memanggil namanya.

Tama meletakkan iPad-nya ketika pembahasan ketiganya telah selesai. Bukan hanya sekedar diskusi biasa, lebih ke sharing mengenai sebuah tugas yang diberikan kakek Pandya pada ketiganya. Sebenarnya ketiganya hari ini akan pergi ke Royale, tapi karena rencananya sedikit berubah maka ketiganya memilih untuk melakukan pembahasan di rumah sakit saja.

Kakek Pandya memberikan sebuah soal dimana ketiga laki-laki itu harus memecahkan materinya tanpa campur tangan siapapun. Ya, tidak jauh dari urusan bisnis dan juga manajemen.

Ketiga laki-laki itu bahkan belum memasuki dunia perkuliahan tapi kakek Pandya sudah memberikan sebuah misi yang katanya tes ombak.

Terjebak Konglomerat ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang