•••
30• s a a t n y a
Taya mematut dirinya didepan cermin. Penampilannya sungguh terlihat berbeda. Dia seperti melihat sosok lain, hampir mengira jika itu bukan dirinya. Riasan mahal memang tidak pernah berbohong.
Sore ini Mita datang ke rumahnya bersama dua orang make-up artist yang terkenal karena sering dipakai para selebritis ternama tanah air. Tadinya Taya tidak berniat untuk memoles wajahnya dengan riasan, tapi Mita tidak membiarkannya.
Katanya untuk malam ini Taya harus tampil dengan memukau agar Tama tidak bisa melirik siapapun selain dirinya. Memang aneh pemikiran Mita itu, Taya sampai tidak habis pikir.
"Ih bajunya bagus banget ya." Mita keluar dari kamar mandi dengan gaun yang terlihat indah. Tea length dress dengan panjang selutut berwarna gold yang membalut tubuh Mita membuatnya terlihat memukau.
"Baju kamu juga bagus." Taya mengacungkan jempolnya seraya tersenyum.
"Ayo kak, sekarang giliran rambutnya untuk ditata." Make-up artist yang telah selesai membereskan peralatan make-upnya kali ini bicara. Saking fokusnya dengan wajahnya, Taya lupa jika rambutnya masih dicepol asal.
Taya duduk lagi dan membiarkan rambutnya di otak-atik. Sesekali matanya melirik Mita yang sama-sama tengah ditata rambutnya.
"Aduh, malam ini kalian pasti bakal jadi pusat perhatian ini." Make-up artist yang menangani Mita yang berbicara membuat gadis itu tersenyum malu-malu.
"Kakak bisa aja deh, kan aku jadi malu dengernya." Mita berdiri lalu menatap pantulan dirinya didepan cermin dengan bergerak ke kanan dan ke kiri. Rambutnya terlihat sangat cantik setelah ditata.
"Memang bener kok kenyataannya. Kalian seperti princess. Eh, ngomong-ngomong prince nya udah ada belum nih?" Kali ini make-up artist Taya yang berbicara.
Mita melirik Taya dengan senyuman jahil, "Aku sih belum kak, tapi kalau yang itu sudah ada pastinya."
"Apasih Ta," Taya memalingkan wajahnya lalu terdengar bunyi yang berasal dari ponselnya membuatnya beranjak untuk mengambilnya diatas meja.
Taya melihat notifikasi pesan dari Tama yang menanyakan apakah dirinya mau dijemput atau tidak. Karena disini sudah ada Mita, Taya membalas jika laki-laki itu tidak perlu menjemputnya. Ribet dan juga memakan waktu.
"Taya, Tama ngga jemput kan?" Mita mengambil sling bag lalu memasukkan ponsel kedalamnya.
Taya menggelengkan kepalanya, "Ngga, kan sama kamu berangkatnya."
Taya mendudukkan dirinya di sofa setelah kedua make-up artist itu pergi dari rumahnya. Belum apa-apa juga Taya sudah merasa lelah. Membayangkan acaranya yang sudah pasti banyak orang. Acara seperti itu sangat tidak cocok untuk orang seperti dirinya.
Menghembuskan nafasnya perlahan, Taya menengok dan melihat Mita yang baru keluar dari kamar mandi. Gadis itu mendadak ingin buang air besar. Memang bukan main Mita ini.
"Ayo aku udah selesai." Mita mengulurkan tangannya pada Taya.
Taya belum menerima uluran tangan Mita, dia malah menatap gadis itu dengan mata yang memicing, "Udah cuci tangan kan?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Terjebak Konglomerat ✓
Teen FictionSemakin kau berlari maka akan semakin ku mengejarmu_ Gautama .... Nattaya Gema Pratista hanya seorang gadis biasa yang memiliki dan fokus dengan dunianya sendiri. Hidupnya tenang-tenang saja sebelum kedatangan orang-orang yang ingin menjalin hubunga...