════════ ⋆𓆩♡𓆪⋆ ════════
"Thank you tumpangannya ya. Hati-hati di jalan, maaf ngerepotin," ujar Mingyu sembari turun dari motor butut Wonwoo.
"Diem."
Mingyu terkekeh dengan balasan dari Wonwoo. "Mau beli Brigadeiro sama Lava Cake?" Mingyu menawarkan sebelum Wonwoo benar-benar menancapkan gasnya.
Tawaran Mingyu cukup menarik bagi Wonwoo. Namun sayang, ia menolak. "Kerja lebih menarik. Cokelatnya kapan-kapan." Ia hendak menancapkan gasnya.
"Hati-hati."
Sepeninggalnya Wonwoo, Mingyu dapat melihat seorang wanita paruh baya mendatanginya sembari berucap, "astaga Mahen, kamu bolos, nak?" Dia adalah Mama.
Begitu tahu dia adalah Mama nya, Mingyu seketika bingung ingin beralasan apalagi. "Eh, Mama." Ia bingung harus bagaimana.
"Kamu habis darimana sama anak tadi? Jujur nak sama Mama," tanya Mama. Ia bukan memarahinya, hanya terkejut juga khawatir anak angkatnya itu kenapa-napa.
"Maafin Mahen, Ma. Nanti Mahen cerita. Balik ke rumah dulu ya?" Mingyu menenangkan Mama nya. Beliau mengangguk setuju. Lagipula tak baik berada di depan toko dilihat banyak orang.
════════ ⋆𓆩♡𓆪⋆ ════════
Sore itu, hujan kembali turun dengan lebat. Ada dua suasana berbeda dalam satu langit yang sama. Dua suasana, yang pertama suasana dalam rumah Mingyu. Penuh kehangatan, Mingyu menetap di dalam rumah dengan menonton televisi bersama keluarga hangatnya. Mama menyajikan cokelat panas untuk menikmati suasana hujan diluar.
Suasana kedu yakni Wonwoo yang tak mempedulikan hujan diluar tempat kerjanya. Ia sibuk dengan mesin kendaraan yang rusak. Bajunya kotor bahkan sesekali ia kena umpatan oleh pemilik kendaraannya. Umpatan itu sama sekali tidak membanting mental Wonwoo. Ia lelah, tapi bagaimana dia bisa makan tanpa gaji dari kerjaannya?
"Ah, ga becus lo! Udah udah, lo balik aja sana ke rumah. Jangan pernah balik lagi. Bengkel gue jadi ancur gara-gara lo. Pergi sana!" bentak atasan atau pemilik bengkel itu.
"Loh, gajinya aja belum dikasih udah main pecat orang? Minimal uangnya dikasih dulu baru gue pergi!" Bentakan Wonwoo tak kalah kasarnya dari si pemilik bengkel.
Dengan raut wajah tegas nan galaknya, si pemilik menyodorkan uang ke dada bidang Wonwoo hingga ia kesakitan. "Ambil noh, dasar matre."
Sialan, gue kerja di mana lagi? Kemarin dipecat sekarang dipecat, bajingan emang, Wonwoo menggaruk kepalanya dengan kasar.
Ia tahu saat ini hujan deras melanda daerahnya. Apalagi kawasan rumahnya dikenal sebagai daerah tempat 'iblis' berkumpul. Semua kejahatan jadi satu di sini.
Namun, bukan Wonwoo namanya jika tidak nekat. Ia sudah biasa tawuran, jadi kejahatan seperti itu tak berlaku baginya. Ia kebal, sepertinya.
Hujan terus mengguyur tubuh Wonwoo dengan lebatnya. Beruntungnya bagi Wonwoo tidak membawa HP, jika ia membawa, bukankah akan rusak dan ia harus membeli yang baru? Untuk makan aja mati-matian kerja dimana-mana.
Kepalanya semakin berkunang-kunang. Ia mudah terkena sakit jika hujan-hujanan. Belum lagi jarak rumahnya masih cukup jauh.
Sebuah gang yang terkenal jarang dilalui, harus ia lewati agar jarak menuju rumahnya lebih dekat. Ia tak mempedulikan bahaya apa yang mengintai.
KAMU SEDANG MEMBACA
ELYSIAN | Minwon
FanfictionELYSIAN (adj.) tenang, sempurna, cantik Definisi seorang Jeon Wonwoo di mata Kim Mingyu. Dia adalah elysian, sebuah kata bermakna indah yang cocok untuk si berandal Wonwoo. Tenang, sempurna, dan cantik. Sayangnya, orang-orang berasumsi bahwa Wonwoo...