════════ ⋆𓆩♡𓆪⋆ ════════
Hari libur panjang. Di mana hari yang membingungkan bagi seorang manusia jarang keluar rumah seperti Mingyu. Ia justru lebih menyukai sekolah daripada libur —berbanding terbalik dengan Wonwoo.
Tiga minggu bukanlah waktu yang sebentar. Anak sekolah baru menjalani satu minggu. Masih ada dua minggu. Harus apa Mingyu menjalani dua minggu ini?
Wonwoo? Ia sibuk bekerja. Tak ada waktu senggang karena ia bekerja full day. Dia benar-benar workaholic. Merasa susah jika ia tak bekerja.
"Lagi istirahat?"
Mingyu yang berada di belakang Wonwoo itu mengejutkan batin kekasihnya. Pria berkacamata yang tengah beristirahat dari kerjanya itu mendecak kesal karena Mingyu.
"Ngagetin. Iya, aku lagi istirahat. Why?" Ia mendongak agar dapat melihat wajah dominannya.
"Kita jarang ziarah ke makam keluarga kamu. So, aku ngajak kamu ziarah. Ga keberatan kan?"
Ajakan tiba-tiba dari Mingyu membuat Wonwoo terkejut –ia lupa tak pernah ziarah akhir ini. "I forgot. Udah berapa bulan ga ziarah lagi?" Ia beranjak dari duduknya. "Ayo."
Lelaki dengan julukan Mahen itu terkekeh kecil. "Wanna bring brigadeiro?"
"Udah mati. Gausah beli lagi. Hemat duit."
════════ ⋆𓆩♡𓆪⋆ ════════
Bukan momen yang tepat untuk ziarah. Karena cuaca gerimis dengan angin kencang. Tetapi, mengingat mereka yang jarang ziarah, harus berani melawan cuaca.
Ada empat makam berjejer. Dengan salah satunya masih sangat baru. Belum usang seperti tiga makam lainnya. Siapa lagi jika bukan makam mantan ayah Wonwoo?
Satu makam itu, mereka lewati. Buat apa berziarah ke orang yang mereka benci? Doa Wonwoo hanya untuk Bunda, Nenek, dan Kakeknya. Bukan untuk lelaki gila itu.
"Bunda, maafin Wonwoo yang jarang ziarah." Ia mengusap nisan makam milik bunda Wonwoo.
Kali ini Wonwoo bisa menahan tangisnya. Biasanya, ia akan menitikkan air mata setiap menatap nisan keluarganya yang berjejer itu. Kali ini ia bisa menjadi tegar.
Andai aku tahu makam orang tua ku, Mingyu menatap Wonwoo dengan berbinar-binar. Tatapannya sangat tulus.
Sementara yang ditatapnya, tak menyadari hal ini. Ia asyik bermonolog sendiri. Menatap satu persatu tiga nisan orang tersayangnya. "Kangen kumpul bareng."
"Kangen bunda main piano. Kangen nenek buat sup. Kangen main bareng kakek. Kangen kalian semua kecuali makam baru itu."
Ah, Mingyu hampir saja keceplosan tertawa karena kalimat terakhir Wonwoo. Ini hampir aja ketawa, kalo ketawa apa engga marah sebulan? Ia menggerutu pada dirinya sendiri.
"Oh ya, Wonwoo bawa pacar Wonwoo. Namanya Mingyu. Nenek pasti seneng aku bisa dapetin Wonwoo. Dia baik. Beda sama Wonwoo ya-"
"Engga nek. Wonwoo anak baik kok. Mingyu bangga sama Wonwoo."
Andai yang ngomong bunda, Wonwoo ikut berandai. Ia sangat ingin mendengar bunda mengatakan hal yang Mingyu katakan. Vibes nya sudah tentu berbeda.
KAMU SEDANG MEMBACA
ELYSIAN | Minwon
FanfictionELYSIAN (adj.) tenang, sempurna, cantik Definisi seorang Jeon Wonwoo di mata Kim Mingyu. Dia adalah elysian, sebuah kata bermakna indah yang cocok untuk si berandal Wonwoo. Tenang, sempurna, dan cantik. Sayangnya, orang-orang berasumsi bahwa Wonwoo...