10. Bitch

2.1K 137 5
                                    

════════ ⋆𓆩♡𓆪⋆ ════════

Wonu
boleh, semangat babe

Bubble chat itu dibaca dengan senang oleh Mingyu. Ia jarang melihat Wonwoo bersikap manis seperti ini. Jarang bukan berarti tidak pernah. Wonwoo juga pernah bersikap romantis, tentunya bukan di sekolah.

Ia berpamitan ke Wonwoo untuk kerja kelompok dengan teman-temannya, ada dua teman perempuannya yang Wonwoo kenal dekat sekali dengan Mingyu. Bahkan rumornya Mingyu menyukai salah satu dari dua perempuan itu. Hanya rumor.

Wonwoo jealous? Tentu saja.

Tanpa babibu lagi, Mingyu bersama teman satu kelompok lainnya, termasuk Hao, langsung berangkat menuju salah satu tempat yang dipakai untuk kerja kelompok. Yakni toko milik Mingyu.

Dua teman perempuan Wonwoo, yakni Sohye dan Hana, tentu membonceng laki-laki, yakni Hao dan Mingyu. Mereka hanya berempat, itu karena guru meminta kelompoknya depan dan belakang bangku. Kebetulan mereka berempat depan belakang duduknya.

Perginya mereka menuju ke toko, samar-samar dapat disaksikan oleh Wonwoo dari belakang. Ia mendengus kesal.

Gabisa, gue cemburu sama lo, Hye.

Dengan perasaan cemburu dan cukup kesal, Wonwoo berjalan sendirian menuju kosan terlebih dahulu. Ia yakin bahwa Mingyu akan mengantarkan temannya ke rumah dulu baru ke toko.

════════ ⋆𓆩♡𓆪⋆ ════════

"Anjir lo Han, ga abis pikir gue sama jalan pikir lo yang sempit itu."

Kerja kelompok baru saja berjalan lima belas menit, tetapi Hao sudah marah-marah semenjak tadi. Dan kali ini ia marah karena Hana yang tak sengaja mengotori kertas hasil kerja kelompok dengan cream dari kue yang ia beli.

Si pelaku sangat merasakan kesal karena tak terima kena omel dari Hao. "Alah, bacot bet sia." Ia dengan tenang membersihkan noda yang telah dibuatnya tanpa banyak berucap.

"Sia sia. Sia snowman? Udah lah, tuh liat! Lo bikin kertasnya kotor banget anjir." Lagi-lagi Hao menyudutkan Hana.

Hana yang kesal, memukul lengan Hao yang kebetulan duduk di sebelahnya. "Ulah digede-gedekeun. Aing pusing ngadangu ocehan sia." Dengan bahasa Sunda kasarnya, ia berusaha untuk sabar walau batinnya tidak.

Kalimat tersebut tidak bisa Hao pahami karena ia keturunan Tionghoa dan berbahasa Indonesia, bukan Sunda. Dan arti kalimatnya ialah "jangan dibesar-besarin. Gue pusing dengerin ocehan. Lo."

Sebuah keberuntangan bagi Hana karena Hao yang tak bisa berbahasa Sunda. Ia semakin mudah menghina Hao lewat bahasa daerahnya.

"Berisik banget sih kalian. Untung kita di pojok." Sohye menyudahi mereka yang tak bisa diam daritadi.

Kedua pelaku ini hanya terkekeh sembari mencibir satu sama lain. Sudah biasa mereka bertengkar, bahkan ketika di sekolah. Banyak yang tahu bagaimana kehebohan mereka berdua jika satu kelompok.

"Jadi, untuk alat dan bahan kita bagi gitu? Atau mau patungan buat beli semuanya? Gue ngikut pendapat lo aja sih, Ming," tanya Sohye. Ia cukup bingung akan pembagian tugas beli alat dan bahan.

"Hm, gimana kalo patungan aja? Lebih adil. Kalau perorangan nanti ada yang dapet mahal ada yang murah. Ga adil." Ini pendapat Mingyu. Karena ia ketua kelompok, tentu Sohye mengiyakan. Itu yang terbaik.

"Pesanan atas nama Hana?"

Mingyu cukup terkejut begitu yang mengantarkan pesanan ialah Wonwoo. Mingyu baru tahu jika Wonwoo sudah bekerja, ia kira masih di luar.

ELYSIAN | MinwonTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang