════════ ⋆𓆩♡𓆪⋆ ════════
Beberapa bulan kemudian
Wonwoo berdiri di depan rak buku. Terpampang jelas macam-macam buku panduan ujian di sana. Mulai dari ujian kelulusan, ujian sekolah, hingga ujian masuk kuliah.
Dengan seragam dengan bet kelas XII MIPA 1, ia mantap mengambil beberapa buku. Tak peduli uangnya habis, yang penting ia membutuhkan buku-buku ini. Buku untuk ujian sekolah.
Ada satu buku yang sebenarnya tidak ingin ia beli. Tapi, karena ini permintaan (calon) mertuanya, apakah baik ditolak? Tentu tidak. Ia harus membelinya.
Buku apa? Buku psikologi pernikahan. Benar-benar malu jika ia membeli ini dalam keadaan masih memakai seragam. Apa kata orang nanti? Pasti mengira ia menghamili wanita padahal nyatanya suka dengan wanita saja tidak.
"Ututu, menantu yang baik deh. Hahaha." Hoshi tertawa terbahak melihat buku itu.
Wonwoo memandang sengit temannya itu. "Diem, bangsat." Ia meletakkan buku itu dibagian pojok bawah keranjang. Jujur, ia malu.
"Iye iye. Good luck deh bro." Hoshi menepuk pundak Wonwoo, mendoakan yang terbaik untuk temannya itu.
Mendengarnya, justru membuat Wonwoo lesu. "We'll separate." Ucapannya benar-benar terlihat takut akan kehilangan.
Itu membuat Hoshi nampak kemenangan karena berhasil membuat Wonwoo mengakui bahwa sahabatnya adalah dirinya.
"Who said?" Ia justru melemparkan pertanyaan membingungkan ini.
"Who said we'll separate? Kita bakal satu kampus. Pegang omongan gue. Ujian masuk kuliah besok, pilihan kampus gue sama kayak lo sama suami lo itu." Ia mengangkat tangannya dan menautkan jari kelingkingnya dengan milik Wonwoo.
"But, we're different. Jurusan kita beda."
Hoshi muak dengan Wonwoo kalau sudah mode seperti ini. Manjanya sangat khas dengan pacarnya itu. Tapi bedanya, Wonwoo ini sedikit keras kepala.
Entah keberanian mana, Hoshi memegang kedua pundak temannya itu. Bahkan ia lupa kalau mereka datang ke sini bersama pacar Wonwoo yang sekarang entah terjebak di rak buku mana.
"Mau kita beda jurusan, beda gedung, kalo emang kita temenan, ga mungkin bakal kepisah. Inget, temen gue satu-satunya dari dulu cuma lo. Gue ga mungkin bakal ninggalin lo cuma karena masalah kuliah."
Beda, Hoshi kalau mode serius, ternyata mampu membuat Wonwoo ketakutan. Apalagi nada bicaranya datar dengan ekspresi tegas dominan nya. Ini kalinya seorang Wonwoo takut dengan Hoshi.
"Ehem."
Aura dominan Hoshi mendadak menciut begitu tahu suara deheman dari Mingyu di belakangnya. Tangannya menjauh dari pundak Wonwoo. Mau dia dominan, auranya bakal kalah kuat dengan aura milik Mingyu.
Mingyu tersenyum kecil. "Ngapain kalian berdua?" Pertanyaannya membuat Hoshi terus kebingungan. Ia panik.
"Ah eh, engga kok. Ga ngapa-ngapain." Ia menggelengkan wajahnya, dengan tangannya yang membentuk huruf X tanda benar-benar tak ada apa-apa diantara mereka berdua.
"Nothing happened, babe. It's my fault. Aku cuma overthinking, so Hoshi nenangin aku." Wonwoo angkat bicara, ia tahu kalau temannya sedang panik.
"Yailah, c'mon dude, you can't jealous with his friends. You're his husband. Ngapain juga Hoshi ngedeketin Wonwoo." Hao menyenggol lengan kekar Mingyu sembari terkekeh.
Mau se greenflag apapun seorang Mingyu, jika kekasihnya dekat dengan laki-laki dominan ataupun perempuan lain, ia tak segan-segan melabrak habis-habisan orang itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
ELYSIAN | Minwon
FanfictionELYSIAN (adj.) tenang, sempurna, cantik Definisi seorang Jeon Wonwoo di mata Kim Mingyu. Dia adalah elysian, sebuah kata bermakna indah yang cocok untuk si berandal Wonwoo. Tenang, sempurna, dan cantik. Sayangnya, orang-orang berasumsi bahwa Wonwoo...