episode satu

478 38 3
                                    

Langit jingga kota Seoul menjadi saksi bisu Yeri di dalam perjalanannya mengantar Minhyun ke bandara. Dari kediaman keluarga Kim, Yeri tidak sekalipun melepas genggamannya dengan Minhyun.

Lelaki yang berstatus kekasihnya ini akan berangkat menuju Shanghai untuk keperluan bisnis keluarga karena Minhyun adalah warga negara Tiongkok. Yeri mengenal Minhyun karena kekasihnya ini adalah sepupu dari Joohyun yang merupakan kakak iparnya.

Ini adalah kali pertama Minhyun pergi dengan jangka waktu cukup lama dan hal ini lah membuat Yeri gusar. Dia bahkan belum melakukan itu selama hubungannya dengan Minhyun.

"Aku akan sering mengunjungimu ke Seoul. Kau juga bisa mengunjungiku ke Shanghai jika kau mau."

Yeri tidak merespons Minhyun. Jika dia bersuara, maka tangisnya akan keluar.

Mobil yang membawa mereka berhenti di terminal salah satu maskapai kenamaan Korea Selatan. Minhyun keluar terlebih dahulu, membantu supir mengeluarkan barang-barangnya.

"Kau tidak ingin turun?"

"Ya sekarang." jawab Yeri lemah.

Yeri benar-benar harus mengontrol dirinya agar tidak menangis di depan Minhyun. Padahal Minhyun sudah mengetahui bahwa kekasihnya ini sedang menahan tangis.

Minhyun merangkul Yeri selama perjalanan menuju area dalam bandada. Sesekali tangannya mengusap pundak Yeri.

"Jaga dirimu baik-baik."

Tatapan lembut Minhyun dibalas tangisan oleh Yeri. Ah! Yeri tidak bisa membendung air matanya lagi yang kini sudah menganak sungai di pipinya.

Minhyun segera memeluk kekasihnya ini dengan pelukan hangat dan disambut Yeri dengan pelukan erat.

"Oppa. Hati-hati."

"Take care of yourself."

Sebuah kecupan singkat mengakhiri mereka.

***

"Kenapa sangat buru-buru? Tunggulah jika dia hamil. Bagaimana jika dia tidak bisa hamil?"

Nyonya Bong Kyungsul atau akrab dipanggil Nenek Jung membuat keluarganya menatap ke arahnya. Perempuan berusia senja itu baru saja sampai di Seoul dari Daegu. Kedatangan Nenek Jung untuk merespons kabar pernikahan Jaehyun.

Nenek Jung memang bermulut pedas, maka dari itu Park Haesun—Ibu Jung—memaksa Ayah Jung agar dia tidak tinggal serumah dengan mertuanya.

Untung saja saat ini kekasih Jaehyun tidak bersama Jaehyun. Bisa-bisa Umji sakit hati mendengar ucapan Nenek padanya.

Ibu Jung memberi isyarat pada suaminya agar segera mengalihkan pembicaraan, dia tidak nyaman.

"Sungchan." panggil Nenek kepada cucu termudanya itu. "Bagaimana magangmu? Apakah semuanya berjalan dengan lancar?"

"Lancar."

"Bagus. Carilah wanita yang sepantaran denganmu di sana. Dokter. Atau kau mau aku carikan wanita?"

Dengan cepat Sungchan menggeleng. "Tidak perlu repot-repot, Nek." tolak Sungchan halus. Lelaki berusia dua puluh dua tahun itu menghembuskan napas lega.

"Dan kau Jaehyun." Nenek menatap tajam Jaehyun. "Aku belum memberi kau izin menikah dengan perempuan itu. Ya terserahmu, jika kau tetap menikah itu risiko yang harus kau tanggung sendiri jika sesuatu yang buruk terjadi."

"Ibu!" Ayah Jung memperingatkan Ibunda tercintanya ini. Lama-lama dia juga muak dengan perempuan yang melahirkannya.

Nenek Jung bangkit dari sofa, menenteng tas bermerek keluaran terbaru. Di usianya ini, Nenek Jung masih gemar berbelanja ke luar negeri mencari koleksi tas mewah terbaru.

Diikuti oleh dua maid dan seorang asisten, Nenek Jung masuk ke dalam kamarnya.

"Bagaimana dengan keluarganya Umji? Apakah kau sudah bertemu mereka lagi" tanya Ayah Jung setelah menyeruput kopi miliknya. "Aku akan mengurus Ibu, jangan pedulikan omongannya. Menikahlah dengan Umji segera."

Jaehyun mengangguk, "Aku akan menemui mereka lagi, Ayah. Mungkin di akhir pekan ini."

Hubungan Jaehyun dan Umji sudah terjalin selama tiga tahun. Keduanya bertemu di perayaan anniversary agensi entertainment tempat Umji berkerja. Jaehyun dan Umji memiliki kepribadian yang saling melengkapi satu sama lain. Namun belakangan keduanya sepakat untuk membawa hubungan mereka ke jenjang yang lebih serius. 

"Ayah, aku akan kembali ke unitku."

***

Sepulangnya dari bandara, Yeri mengunjungi sebuah toserba karena dia harus membeli pembalut. Hawa menstruasi dan kepergian Minhyun ke Shanghai benar-benar double kill bagi Yeri. Moodnya menjadi turun dan membuat perempuan itu mudah menangis. 

Yeri turun dari mobil, segera masuk ke dalam toserba. Perempuan itu mengambil dua pack pembalut dengan kemasan berwarna pink. Karena toserba itu sepi, Yeri tidak perlu menunggu lama untuk mendapat gilirannya.

Perempuan itu kemudian keluar dari toserba, menuju mobilnya yang terparkir di seberang jalan. Merasa jalanan lengang, Yeri malah berlari menuju mobil hingga dia hampir tertabrak sepeda yang melintas secara tiba-tiba.

Suara benda yang berbenturan langsung membuat jantung Yeri berdegup kencang. Dia menoleh ke arah orang yang mengendarai sepeda dan kini orang itu terkapar di atas aspal.

Tanpa memerdulikan belanjaannya yang berhamburan, Yeri segera menghampiri orang itu.

"Kau baik-baik saja?" 

Yeri tidak bisa menyembunyikan raut kekhawatirannya terhadap orang ini. Dia membantu orang itu duduk. 

"Astaga! Kau berdarah!" 

Yeri panik bukan main. Orang itu terluka di lutut dan sikunya.

"Kau juga berdarah." ucap orang itu dengan nada bercanda ketika melihat sebungkus pembalut yang terlempar di dekatnya. "It's okay. Ini hanya luka kecil." 

Mata Yeri membulat saat orang itu malah melirik pembalutnya dengan lirikan jahil. "Kau harus aku obati. Aku takut kau kenapa-napa. Aku akan panggilkan ambulance."

Namun orang itu malah tertawa. "Aku tidak apa-apa." dia kemudian segera bangkit berdiri. Dia juga menginjak-nginjak aspal dengan kasar menggunakan kedua kakinya, memberi bukti bahwa dia benar-benar baik-baik saja. 

"Biarkan aku mengobati lukamu. Lagi pula, aku yang salah. Aku yang berlari tanpa melihat sekeliling. Ayo aku bantu."

Yeri kembali masuk ke dalam toserba, dia membeli peralatan rawat luka untuk orang itu. Sementara orang yang jatuh tadi kini dia duduk di depan toserba menunggu Yeri.

"Biasanya ini akan terasa perih." ucap Yeri sebelum kapas yang berisi cairan berwarna oranye itu menyentuh luka berdarah. Yeri sesekali melirik orang itu yang tampak biasa saja ketika dia membersihkan lukanya. "Apa kau menipuku?" tanya Yeri curiga. 

"Sangat tidak waras jika aku menimpumu, Nona. Kau mau aku bereaksi seperti apa?" orang itu kemudian menarik kapas itu, lalu membersihkan lukanya sendiri. "Terima kasih atas kebaikanmu. Lain kali, hati-hati di jalan."



UNCOVER [JAEHYUN YERI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang