episode tiga puluh dua

128 33 7
                                    

Ini adalah hari ketiga Yeri dirawat di rumah sakit yang baru setelah Yeri meminta Jaehyun untuk memindahkannya ke rumah sakit lain. Kondisi Yeri saat ini semakin membaik setelah sebelumnya kondisi perempuan itu melemah dan kehabisan banyak darah sebab pendarahan yang dia alami dan mengakibatkan perempuan itu keguguran. Sejak dibawa oleh Jaehyun ke rumah sakit, dokter sudah mengatakan bahwa kondisi kandungan Yeri sangat lemah, ditambah lagi sejak mengetahui bahwa dirinya hamil, Yeri mengalami stress.

"Terima kasih sudah merawatku dengan baik." 

"Hanya terima kasih?" canda Jaehyun kemudian memasukkan sepotong kimbab ke dalam mulutnya. Lelaki itu jadi ikut tergiur melihat kimbab yang Ibu Jung buatkan untuk Yeri. Ibu hanya membuatkan makanan untuk Yeri, bukan dirinya. 

"Nanti aku akan bayar biaya rumah sakit dan upahmu menjagaku di sini." jawab Yeri merespons candaan Jaehyun dengan serius. 

Tawa Jaehyun menggelegar di seluruh ruang inap. Jawaban yang Yeri berikan membuat lelaki itu tertawa. "Ya terserahmu saja." 

"Tidak. Aku sudah kenyang." Yeri menggelengkan wajah saat Jaehyun akan menyuapinya kimbab lagi. Ibu Jung menitipkan begitu banyak makanan rumahan padanya dan membuat Yeri sedikit tidak enak pada Jaehyun karena titipan makanan itu bertuliskan hanya untuk Yeri. "Kau saja yang habiskan."

Tanpa menunggu lama, lelaki itu benar-benar menghabiskan sisa kimbab, bulgogi, serta sup rumput laut. 

Selama Jaehyun menghabiskan makanan membuat Yeri meringis. Lelaki tampan di hapadannya ini terlihat sangat kasihan ketika makan. Bahkan lelaki itu juga sampai menggulung kedua lengan kaosnya saat menyantap makanan. 

"Dari mana kau mendapatkan topi itu?" tanya Yeri baru menyadari bahwa Jaehyun tiba-tiba menggunakan topi. 

"Oh ini... Sungchan yang meninggalkannya tadi. Ini miliknya. Dia berkata tidak enak jika masuk ke kamar pasien yang bukan menjadi pasiennya."

Yeri hanya manggut-manggut mendengar penjelasan Jaehyun. Omong-omong tentang Sungchan, adik Jaehyun itu tadi memang datang menjenguk Yeri. Bahkan dari pertama Yeri sampai di sini, pemuda itu memberikan penjelasan yang lebih detail dan mudah dipahami oleh Yeri sebagai kaum awam di bidang medis. Walaupun dokter lain juga sudah memberikannya penjelasan, tetapi apa yang Sungchan jelaskan padanya lebih dimengerti. 

"I'm full

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"I'm full." kata Jaehyun setelah membereskan semua peralatan makan dan kembali duduk di samping kasur pasien Yeri. 

Yeri mengulum senyum. Bagaimana tidak full? Yeri hanya memakan empat potong kimbab sementara enam potong lainnya dan ditambah makanan lain dihabiskan oleh lelaki itu? "Kau istirahatlah dulu. Aku baik-baik saja." 

"Aku senang melihat kau sudah lebih baik." ucap Jaehyun dengan penuh bangga. "Jangan menangis lagi. Aku ingin menangis juga jadinya." lelaki itu berdiri di samping tempat tidur Yeri kemudian merapikan rambut Yeri yang berantakan. "Apa kau tidak memiliki ikat rambut?" tanya Jaehyun saat lelaki itu bersiap untuk mengikat rambut Yeri. 

"Biarkan saja," kata Yeri sebagai jawaban bahwa dia tidak memiliki ikat rambut. "Jangan terlalu dekat, aku belum keramas sejak dirawat." 

Larangan adalah perintah. Jaehyun malah mendekat dan mencium kepala Yeri. "Ini bau..." ucap Jaehyun dengan nada menggantung, "...wangi. Rambutmu masih wangi, Yeriya!"

Yeri berdecak. "Terserahmu saja." 

Senyum Jaehyun terbit melihat Yeri yang terlihat lelah dengannya. Siapa yang tidak senang melihat perempuan yang tiga hari lalu histeris sebab kehilangan kandungannya karena ulah keluarganya sendiri namun sekarang sudah bisa berdecak sebal padanya? Jaehyun sakit hati mendengar apa yang Yeri ceritakan padanya dan meminta agar dipindahkan dari rumah sakit milik keluarga Kim. 


***

Dering ponsel Jaehyun membuat Yeri membuka mata sebab benda elektronik itu telah berbunyi berulang kali tetapi Jaehyun tidak kunjung terbangun dari tidurnya. 

"Halo." dengan tertatih, Yeri menghampiri ponsel itu dan menjawab panggilan masuk. 

"Tante Jung? Jaehyun sedang tidur."

"Omo." dari nada bicaranya, Nyonya Jung tampak terkejut karena Yeri yang menjawab panggilan itu. "Apakah kau sudah membaik, Yeriya?"

"Sudah. Apakah ada sesuatu?"

Kemudian Nyonya Jung terdiam untuk beberapa saat hingga Yeri mengira bahwa panggilannya terputus. "Halo, tante.."

"Ah ya... Tolong bangunkan Jaehyun, aku ingin berbicara dengannya."

Tidak perlu waktu lama untuk Yeri membangunkan Jaehyun sebab lelaki itu sudah membuka matanya sejak Yeri berdiri di sampingnya. 

Sebelum melanjutkan obrolan di telpon, Jaehyun membantu Yeri untuk kembali ke tempat tidur sebab dari raut wajah Yeri, Jaehyun dapat melihat wanita itu sedang menahan sakit. 

"Halo ibu, ada apa?"

"Kim Heesung meninggal."

"Mwo?" reflek lelaki itu melirik Yeri yang baru saja memejamkan mata. "Apakah aku salah dengar?"

"Tidak. Kau tidak salah dengar."

Kini Jaehyun berjalan menjauh dari tempat tidur, dia menuju jendela besar yang menampilkan pemandangan kota Seoul di malam hari. "Kim Heesung ditembak. Setelah dia membuat seorang pemuda... Ah, dia kekasihnya Yeri. Kim Heesung membuat kekasihnya Yeri dideportasi."

"Sepertinya Yeri tidak mengetahui hal ini?"

Jaehyun mengangguk. "Ya. Dia tidak memegang ponsel sejak dirawat di rumah sakit."

"Yerim akan terkejut jika dia mengetahui ini, kau yang akan memberi tahunya apa bagaimana? Apakah Ibu harus menghubungi Seulgi?"

"Aku akan melakukannya, Bu. Ibu istirahat saja. Selamat malam."

Kini Jaehyun berjalan mendekat ke arah tempat tidur Yeri. Lelaki itu memerhatikan Yeri yang sudah memejamkan mata dengan damai. Apakah Jaehyun akan memberitahunya sekarang atau besok?

Tangan lelaki itu terulur--mengusap kepala Yeri dengan penuh kasih sayang.

"Ah... Kau terbangun? Maafkan aku." ucap Jaehyun merasa bersalah ketika perempuan itu  membuka matanya. 

"Iya, it's okay." 

Jaehyun kembali menarik kursi dan duduk di samping tempat tidur. 

"Ada apa? Kau baik-baik saja? Apakah Bibi Jung memintamu untuk pulang?"

"Tidak." jawab Jaehyun pelan. 

"Lalu ada apa? Kau terlihat berbeda?"

Lelaki itu menarik napas panjang. "Ibu berkata bahwa Paman Kim telah tiada."

"Papa?"

Jaehyun mengangguk.

"Papaku? Papa Kim?" 

"Iya. Papamu, Kim Heesung."


Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Nov 03 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

UNCOVER [JAEHYUN YERI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang