Pagi sepertinya cerah, tidak ada tanda-tanda akan mendung, walau begitu tetap saja Bellona akan bangun kesiangan, bahkan sangat siang, security sekolah sudah hampir bosan dengan klakson mobil Bellona yang meminta dibukakan pagar yang padahal sudah harus ditutup dan tidak ada yang boleh masuk lagi, tapi karna seolah sekolah ini milik ayahnya Bellona dan teman-temannya bebas melakukan apa saja.
“ Teettt…tettt..” Bunyi klakson mobil hitam mewah milik Bellona.“Paaaakkk!! Buka, jangan pelit dong!” Teriak Bellona memerintah.
“Baik neng, ya elah lain kali biasain jangan telat lagi, mentang-mentang anak orang kaya” balas pak satpam judes.Belloma melaju cepat kearah parkir, dan lansung berlari menuju kelasnya yang berada jauh dari tempat parkir, saking cepatnya tanpa sadar Bellona menabrak Chatra yang datang dari arah berlawanan sambil membawa tugas murid lain.
“Braaak…” semua buku yang dibawa Chatra berserakan ke lantai, Bellona terjatuh hingga lututnya bergesekan ke lantai sekolah.
“Awww” teriak Bellona kesakitan.
“Lu kalo lari lihat-lihat dong, bisa ga sih lu itu ga nabrak kalo lagi jalan atau lari” bentak Chatra kesal.
“Lu lagi, lu lagi, eh kalo bawa barang usahakan tu mata ga ke tutup, sakit ni kaki gue” balas Belloma juga kesal.
“Salah sendiri juga punya mata ga dipake!” Balas Chatra lagi.“Eh sudah-sudah, apa yang kalian ributkan!?” Suara guru yang menghentikan debat mereka.
“Dia bu, jalan gak pake mata” jawab Bellona.
“Eh lu lah lari-lari ga jelas” balas Chatra.
“Udah-udah, kalian berdua sama-sama salah, Bellona kamu telat kan!? Chatra kumpulkan lagi bukunya dan segera ke kelas, Bellona kamu juga” jelas guru itu tanpa memperpanjang masalah
Bellona dan Chatra pun kembali ke kelas mereka masing-masing dengan wajah yang masih kesal dengan apa yang terjadi. Bukannya ke kelas
Bellona malah kekantin dan bertemu dengan Darel dan teman-temannya yang sedang nongkrong tanpa rasa bersalah kepada guru yang sedang mengajar dikelasnya.“Huss, Bellona tu” bisik Iden.
“Hei, Bellona, kusut banget tu muka, baru juga pagi” Darel yang langsung berdiri dan menyapa Bellona.
“Iya, ini gara-gara salah satu murid kelas lu, kaki gue jadi lecet” jelas Bellona dengan nada kesal
“Siapa!?, yang berani-berani bikin lu kaya gini, eh Emil, minta P3K sama ibu kantin gi!” Darel langsung menyuruh Emilio.
“Ye, baru tau gue ibu kantin anggota PMR juga” balas Emilio mengejek
“Udah sana, bentar ya, gue obatin” Darel menghibur Bellona sembari memerintah Emilio.Emilio pun mendengar perintah dari Darel dan segera mengambil P3K untuk mengobati kaki Bellona yang terluka, kesempatan lagi untuk Darel dan teman-temannya mendapatkan simpati dari Bellona dan teman-temannya walau masih jadi misteri siapa yang sebenarnya sudah membuat Darel jatuh cinta antara Bellona dan Quennie, untuk Kiyoko dia sudah pasti dia memilih Emilio.
Tidak lama setelah itu Qennie dan Kiyoko datang dengan sangat khawatir, mereka juga bolos karna tau bahwa Bellona sedang bermasalah.“Hii ayang Emil?” Sapa Kiyoko ke
Emilio.“Eh temen lu luka, malah nanyain Emilio” jawab Bellona kesel.
“Alah lebay lu, palingan ini juga salah diri lu sendiri pake nabrak orang segala” balas Kiyoko.
“Lu kenapa sih Bell, masih nabrak orang yang sama, hati-hati lu kecantol” ejek Quennie.
“Ni obatnya, buat calon pacarnya Darel Dharmendra Arga” kata Emilio sambil memberi kota P3K kepada Darel.
“Udah sini, biar gue aja yang obatin” pinta Quennie.
Selain Bellona, Quennie juga sudah menyukai Emilio hanya saja tidak ada yang tau kebenaran itu, kecuali Kiyoko yang selalu mendengar curhatan mereka berdua.
“Aww, pelan-pelan Quenn, iklash ga lu!?” Kata Bellona yang kakinya sedang diobati Quennie.
“Ya udah gue pengen ke kelas, bentar lagi juga istirahat, calon pacar jaga mata biar nya ketabrak lagi” kata Darel menggoda sambil pergi meninggalkan mereka.
“Bye-bye ayang Emil” sambung Kiyoko.
Selesai mengobati kaki Bellona, mereka bertiga langsung meninggalkan kantin dan kembali ke kelas, waktunya pergantian jam jadi Bellona bisa masuk kelas tanpa mendapatkan hukuman karna terlambat, sudah biasa hal seperti itu, murid lain yang mengetahui hal ini pun agak enggan untuk mengadu karna takut berurusan dengan mereka bertiga, jika saja ada yang mengadu ulah mereka keguru atau kepsek maka akan sangat singkat usia mereka disekolah, apalagi murid-murid yang memang mengandalkan biaya beasiswa dari sumbangan orang tua mereka.“Apa lo lihat-lihat, mau berakhir lu!?” Kata Bellona membalas tatapan siswa yang melihatnya masuk tanpa rasa bersalah atas keterlambatannya.
“Eh, hari ini gue ga ikut ngumpul ya, gue mau jalan sama Emil, udah lama kita ga jalan berdua” jelas Kiyoko saat mereka sedang berada di parkiran
Memang sudah biasa jika pulang sekolah mereka langsung pergi keluyuran dan tidak langsung pulang kerumah, lagian tidak ada yang mencari mereka dirumah, orang tua mereka kan memang orang-orang yang sibuk, tapi hari ini Kiyoko tidak ikut karna dia sudah memiliki janji dengan Emilio untuk jalan berdua.Sore sudah menyapa tanpa disadari oleh manusia yang menyibukan diri dengan hal duniawi, begitupun dengan Quennie dan Bellona serta ada Iden yang Darel yang mendadak ingin mengikuti mereka tadi, jika ditanya mengapa alasannya tetap sama, Darel ingin mendapat simpati dari Quennie dan Bellona, dan kali ini sangat special karna Darel ingin menyampaikan sesuatu yang akan menjadi hal terindahnya di SMA dan
membuat kisah ini menjadi lengkap.“Wait!, gue mau bilang sesuatu sama lu Bell” kata Darel sambil menarik lengan Bellona.
“Hmm?” Bellona bingung.“Berhubung kita lagi berempat, ada Quennie dan Iden juga, gue mau bilang” Darel malu-malu.
“Alah langsung aja kali Rel” semangat Iden.
Quennie yang hanya diam dan tidak mengerti apa yang akan dilakukan oleh Darel kepada Bellona, walau sebenarnya ada perasaan yang tidak jelas yang sedang dihadapinya yaitu gejolak antara hati dan otak nya, hati yang memaksa untuk membiarkan semua terjadi dan otak yang memaksa untuk berfikir bahwa apa yang dilakukan Darel tidak boleh terjadi.
“Hmmmm Bell!? Mau ngak lu jadi pacar gue?” Kata Darel malu-malu.“Hah!?, gue, heh, gimana Quenn,..Quenn!?” Bellona yang kelihatan bingung ada apa dengan Quennie.
“Heh, sorry gue kepikiran sesuatu, iya lo harus terima dong” jawab Quennie yang sedikit ragu.
“Gue terima lu Rel, karna sahabat gue juga bilang iya” jawab Bellona malu-malu.
“Yes, akhir nya gue sama lu jadian juga” teriak Darel sambil meraih tangan BellonaMereka melanjutkan perjalanan mereka, Darel dan Bellona yang sedari tadi tidak berhenti menunjukan bahwa mereka sedang dimabuk asmara yang sangat besar, seolah mall yang mereka kelilingi ini milik berdua, dua remaja yang baru saling menerima memang agak sulit dipisahkan bahkan untuk diajak bicara sebentar saja, Qennie dan Iden saja harus berteriak memanggil nama mereka. Tapi inilah awal yang nantinya akan berakhir, tidak tau kapan tapi pasti akan berakhir dengan berbagai macam alasan yang masih tersembunyi dibalik skenario alam.

KAMU SEDANG MEMBACA
For a While
RomantizmManusia akan merasa sangat kehilangan jika dirinya telah terlalu berlebihan dalam mencintai, semua akan terasa direnggut bila cinta itu sendiri telah terlalu merasuki benak nadi manusia itu sendiri, bahkan merekan akan lupa jika apa yang mereka cin...