Part IX

23 25 2
                                    


Semua masalah sudah dianggap berlalu oleh Bellona, air mata yang mungkin tidak ingin dia keringkan, harus dipaksa kering oleh nya, sudah cukup dalam waktu beberapa hari dia mengurung diri dengan rasa sakit itu, ini saat nya untuk mengatakan pada dunia bukan dia yang harus mengalah, bukan dia yang harus terpuruk walau bekas luka memaksa nya untuk mengingat kembali apa yang terjadi, harus dipaksa dia tepiskan semuanya, walau dia harus bertemu dengan si pencipta luka itu lagi.
Bellona siap menghadapi nya lagi walau jika dia harus bertemu dengan Quennie, Kiyoko dan yang lainnya itu bukan masalah, Bellona hanya perlu membuang muka jika bertemu dnegan mereka, apa yang harus Bellona khawatirkan akan hal itu.

“Bellona tunggu!” Panggil Iden.

“Iden!?, gue harus pergi ngapain sih itu anak ihh” kata Bellona cepat-cepat menjauhi Iden.

“Bellona tunggu, huft akhirnya dapat juga” kata Iden menarik tas Bellona.

“Kenapa, gue ga butuh penjelasan lagi ya, udah cukup semua udah berkhir, jangan pernah dekat-dekat lagi ga sudi gue dekat sama penghianat kaya kalian” jelas Bellona.

“Terserah elu kalo emang ga mau dekat sama penghianat itu lagi” kata Iden.

“Penghianat itu!? Bukankah lo  kaki tangan mereka?” kata Bellona.

“Bukan, gue sama seperti lo, korban mereka” jelas Iden.

“Gue ga paham, jadi elu dihianati juga!?” Tanya Bellona.

“Lebih tepat nya di tuduh, elu ga lihat luka di pipi gue, masih ada, akibat pukulan Darel, udah lah, udah telat gue mau masuk kelas, kalo elu ada waktu gue bakal ceritain ke lo” kata Iden.

“Ya udah lah nanti diatur, gue juga pengen ke kelas dulu” jawab Bellona.

Kelas yang biasa nya menjadi markas kedua setelah kantin tempat Bellona, Quennie dan Kiyoko bercanda kini menjadi tempat dengan suasa canggung, Bellona duduk di tempat biasa diantara Quennie dan Kiyoko, perasaan ingin menyapa tiba-tiba muncul didalam diri mereka bertida, tapi karna rasa canggung yang hanya tersisa kini seolah menepis itu semua agar tidak terjadi, Kiyoko dan Quennie berusaha mendekati Bellona lagi, namun Bellona sepertinya enggan untuk hanya menatap mereka sebentar saja, karna ada rasa sakit yang Bellona tidak bisa kendalikan jika melihat mereka berdua.

“Bell!? Kekantin bareng yuk” ajak Kiyoko.

Bellona hanya diam sambil membaca novel yang dia pinjam dari Chatra.

“Bell, udah beberapa hari ini lu ga masuk, kita tau kok alasan nya, jadi untuk yang sudah elu alami kita benar-benar menyesal, kita tau itu salah, tapi Bell, gue dan Kiyo lakuin itu hanya karna Persahabatan kita, jadi gue mohon Bell, kita tetap seperti dulu lagi” jelas Quennie.

Entah kenapa air mata Bellona tidak bisa ditahan, dengan wajah yang ditutupi oleh buku, Bellona berusaha menghapus air mata nya yang mengalir tanpa alasan ini, hati Bellona benar-benar sudah hancur dan tidak bisa di perbaiki lagi.

“Sudah cukup, gue ga mau nyakitin diri gue lagi hanya karna sebuah persahabatan yang gue hargai selama ini yang ternyata malah membalas gue dengan kepahitan, jangan alasan bahwa kita pernah menjadi sahabat agar kita bisa bersama lagi, itu tidak akan meluluh kan hati gue dan melupakan semua yang telah kalian lakukan” jelas Bellona dan melangkah pergi meninggalkan Kiyoko dan Quennie.

“Bell, lu ga bisa kaya gini, hanya karna satu kesalahan elu lupakan semuanya” kata Quennie menghentikan langkah Bellona.

“jika kesalahan itu adalah bukan penghianatan maka aku akan maafkan kalian atas dasar persahabatn kita, hmm sudah lah, kalian tau sendiri seberapa besar kesalahan kalian” kata Bellona dan benar-benar pergi meniggalkan Kiyoko dan Quennie.

“Hehhh gue ga tau lagi kita harus berbuat apa Quenn” kata Kiyoko mengeluh.

“Maafin gue Kiyo, ini semua gara-gara gue” balas Quennie.

“Sudahlah, ini bukan kesalahan kalian berdua, mungkin Bellona hanya perlu waktu untuk itu” kata Emilio yang tiba-tiba datang.

“Kapan Lo datang!?” Kata Kiyoko.

“Sejak tadi, tidak hanya kalian yang kehilangan Bellona, aku  juga kehilangan Iden, kami bahkan tidak bicara dikelas tadi, sepertinya kita semua sama-sama kehilangan dengan apa yang kita lakukan sendir” jelas Emilio sedih.

“Iya elu benar, sudahlah biarkan waktu yang menyembuhkan segala nya” balas Kiyoko singkat.

Ruangan dengan setiap sudut dipenuhi oleh buku-buku ini menjadi tempat baru bagi Bellona, selama jam istirahat dia hanya duduk disini sembari mebaca beberapa kata dari novel yang dia pinjamkan di Chatra, ingin rasanya Bellona ke kantin untuk mengisi perut nya yang lapar tapi tempat itu pasti ada Darel dan lainnya yang membuat Bellona mengingat semuanya, memang lebih baik jika Bellona tetap disini dan memilih kebiasaan yang tidak pernah dia lakukan sebelum nya.
“Lu disni, tumben!?” Tanya Chatra yang tiba-tiba datang.

“Eh, iya sekarang tempat ini jadi markas gue” balas Bellona.

“Sendirian!?” Tanya Chatra yang hanya basa basi sebenarnya Chatra tau jika Bellona dan teman-teman sedang ada sedikit masalah, tapi Chatra hanya ingin memastikan saja.

“Hhahah lu pasti nyariin teman gue kan, merka ga disini dan ga akan pernah, lagian mereka bukan teman gue lagi, sudahlah capek nangis terus” kata Bellona.

“Gue ga minta lu nangis, elu aja yang nangis, gimana novel nya, suka!?” Tanya Chatra.

“Hmmm keren, gue ga tau kalo novel yang elu pilih bisa sebagus ini, gue rasanya ingin membacanya berkali-kali” jelas Bellona.

“Cukup baca sekali dan ingat halaman mana yang membuat mu tersanjung, pahami itu maka kamu akan mengetahui dirimu” balas Chatra.

“Hmmm dimana kau dapatkan kata-kata itu?” Balas Bellona.

“Tidak aku hanya tau” balas Chatra singkat.

Tempat seluas lapangan ini menjadi tempat pertama kali Chatra dan Bellona bisa mengobrol dengan asyik disekolah tanpa diganggu oleh siapa pun, setidaknya dengan bicara dan mengeluarkan semua nya telah meluapkan sedikit rasa sakit yang sudah mengkekang dalam diri Bellona

“Quenn!?” Panggil Darel.

“Kenapa!? Maaf gue harus masuk kelas” balas Quennie.

“Quennie, gue tau lu masih ga bisa bicara sama gue, tapi gue mohon dengerin gue dulu, gue benar-benar  ga tau ternyata yang membuat ini semua menjadi begini adalah sahabat gue sendiri Iden” jelas Darel.

“Itu  belum terbukti Darel, gue tau waktu itu kepustusan diambil dalam keadaan yang memang kita semua tidak kendalikan, bahkan Bellona, tapi sayang nya luka itu terlanjur dtaruh sehingga tidak bisa dihapus, elu masih yakin Iden pelakunya!?” Balas  Quennie.

“Tapi  memang  itu kenyataan nya, gue tau elu dan Kiyoko benar-benar kehilangan Bellona, gue akan perbaiki semua nya Quenn, tapi gue mohon walau Bellona menghindar tapi setidaknya jangan elo juga” kata Darel.

“Suasana  kita belum membaik, semua orang disekolah ini sedang menganggap gue orang jahat, jika kita dekat maka gue ga tau akan bertambah sebesar apa kebencian Bellona kepada gue” balas Quenni.

Darel tidak membalas apapun, semua sekarang tersudutkan oleh keadaan, Quennie yang sekarang sedang diasingkan karna tersebarnay video itu membuatnya merasa benar-benar tersudutkan oleh perbuatan nya sendiri, jika boleh marah Quennie juga berhak untuk bersuara akan kesedihan nya kehilangan sahabat yang selalu mendukungnya selama ini, tapi Quennie tidak bisa berbuat apa-apa Bellona terlanjur pergi sebelum semua dijelaskan.

For a While Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang