"Santai aja, nggak usah gitu." Juyeon mah gampang bilang santai, Chachanya nggak bisa santai Bang, Abang bawa anak orang ke apartemen gitu ya Chacha kaget dong.
"Mau ganti baju lah, abang juga nggak akan bawa kamu keluar kayak gitu. Eh tapi kita beli baju aja dulu kali ya," ucap Juyeon kemudian langsung menancap gas menuju butik.
"Acara apa dulu nih? Biar aku tau milih baju." Mode bekerja Chacha sudah sepenuhnya aktif, ia tidak boleh dong membuat Juyeon rugi setelah mengeluarkan uang yang begitu banyak untuknya. Chacha harus melakukan yang terbaik.
"Acara santai aja, teman abang ada yang ngadain pool party."
"Abis beli baju balik ke kost-an aja dulu."
"Ngapain?"
"Ya kali aku nggak mandi, yang bener aja. Emang Abang nggak malu?"
"Di butik tersedia semua, butiknya langganan mama," ucap Juyeon dan Chacha hanya mengangguk tanda mengerti.
"By the way kamu beli apa tadi?" tanya Juyeon menyadari makanan yang dibeli perempuan itu tengah ia pegang.
"Oh, nggak ada," ucap Chacha, gimana ya, rasanya nggak penting aja nunjukin makanan itu ke Juyeon. Soalnya itu cuman martabak yang Chacha beli dengan promonya, buat Chacha itu the best deal, tapi buat Juyeon pasti dia nggak pernah makan yang begitu. Setidaknya pikiran Chacha begitu, ia dan Juyeon itu bagaikan langit dan bumi. Chacha terkadang tak habis pikir bisa di situasi seperti sekarang ini, tapi daripada pusing lebih baik disyukuri.
"Pelit banget."
"Hah?" Chacha terkejut dengan ucapan Juyeon, enak aja dia dibilang pelit, Chacha nggak ada pelit ya.
"Kamu pikir aromanya nggak kecium?" Ya ampun, bukannya Chacha pelit Bang. Tapi malu, Chacha malu banget asli, ya kalo orang se kaya Juyeon dikasih martabak murah?
"Bukannya pelit."
"Trus?"
"Ya … gimana ya?"
"Gimana? Kenapa?"
"Huh … ini tuh martabak murah, plus aku belinya pake promo, ya kali Abang makan martabak kayak gini. Jangankan yang begini, makan martabak aja mungkin Abang nggak pernah."
"Sepele."
"Eh bukan gitu, ini kan makanan murah. Ya kali cocok di lidah Abang, udah ah anggap aja nggak ada."
"Coba suapin abang."
"Ha?"
"Siapa tau cocok di lidah abang."
"Eh?"
"Besok kamu ke dokter THT ya, abang tf duitnya."
"Ih! Enak aja, telinga aku bagus ya, sembarangan."
"Ya makanya suapin abang."
"Yakin?"
"Abang nggak pernah main-main sama omongan abang."
"Ya udah deh, tapi kalo abis itu Abang sakit perut aku nggak tanggung jawab ya."
"Iya," ucap Juyeon, Chacha mengambil martabak menggunakan tisu kemudian menyuapi Juyeon sedangkan pria itu fokus pada jalanan.
"Ya ampun gantengnya, siapa ya nanti yang beruntung jadi pasangan cowok ganteng ini," batin Chacha.
"Gimana?" tanya Chacha, ia memperhatikan wajah Juyeon namun yang ia dapati hanyalah wajah datar dan alih-alih menjawab pertanyaan Chacha Juyeon hanya mengangguk. Kalo boleh jujur Juyeon nggak suka sih, dia pernah makan martabak kok, tapi memang bukan yang harganya ramah di kantong Chacha jadi jelas beda. Tapi pria itu tidak ingin menyakiti hati Chacha sehingga ia memilih untuk tidak menjawab apalagi tadi ia yang bersikeras meminta Chacha menyuapinya. Juyeon juga bingung sih kenapa tadi ia meminta hal itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Istri Bayaran || The Boyz Lee Juyeon
FanfictionJuyeon butuh Pacar, Chacha butuh uang. Best deal, bukan? Eh tapi kok malah nikah?