21. JC's House

144 9 0
                                    

Seminggu telah berlalu, nggak terasa sih, udah satu minggu aja sejak Chacha dan Juyeon menikah. Keluarga Chacha seminggu di Jakarta setelah pernikahan perempuan itu. Tapi Chacha tidak bisa menghabiskan banyak waktu dengan mereka karena ia harus bekerja. Untuk yang kesekian kalinya Chacha sangat berterima kasih pada orang tua Juyeon yang begitu memperhatikan keluarganya. Orang tua Juyeon menyediakan tour guide sehingga setiap harinya keluarga Chacha dibawa jalan-jalan. Ya minimal keliling Jakarta dulu lah. Chacha juga langsung memberi uang pada orang tuanya. Kalau ini sepenuhnya uang Chacha, semua uang tabungannya ditambah dengan uang gajinya bekerja dengan Juyeon beberapa waktu ini. Ia bahkan sampai berpesan pada sang ibu agar membeli apa yang ia mau, tinggal beli saja, tak perlu pikir, kalau kurang tinggal bilang Chacha lagi. Memang uang Chacha tak sebanyak itu, tapi ia tak masalah kalaupun habis jika itu untuk orang tua dan adiknya. Memang tujuan hidup perempuan itu hanya kebahagiaan kedua orang tua serta adiknya, tak ada yang lain.

Kini Chacha sudah tinggal bersama Juyeon di sebuah rumah yang tak jauh dari kantor Sangyeon. Juyeon bilang sih sengaja beli di situ agar Chacha tak jauh kalau ke kantor, napas Chacha hampir tercekik sih saat tahu harga rumah itu. Tidak, Juyeon tidak memberitahu Chacha soal harga rumah, tapi Chacha yang tak sengaja melihat dokumen transaksinya. Padahal Juyeon punya apartemen loh, apartemen pria itu juga sangat bagus. Memang rumah mereka sekarang jauh lebih bagus, tapi menurut Chacha sayang aja gitu. Too much information rumah mereka bukan tipe rumah seperti rumah kakek maupun orang tua Juyeon yang besar dan megah, tapi tak kecil juga. Ya … ada empat kamar untuk orang rumah dan empat kamar tamu, kamar mandi di setiap kamar adalah hal wajib ya. Lengkap dengan taman depan dan belakang plus kolam renang, soalnya Juyeon sangat suka berenang. Tak lupa juga rumah itu dikelilingi tembok tinggi. Begitulah gambaran rumah Juyeon dan Chacha yang tak begitu besar, jadi bisa dibayangkan kan bagaimana rumah orang tua pria itu? 

Chacha senang saat Juyeon membawa Yongyi bersama mereka sehingga Chacha tak akan kesepian. Sebenarnya Chacha tidak begitu suka memegang anjing, tapi karena Juyeon selalu memandikan Yongyi dan kata mama Lee hewan kecil itu punya jadwal rutin ke salon hewan peliharaan jadi Chacha kini tak segan-segan memeluk Yongyi bak boneka. Mereka belum lama kenal tapi rasanya waktu yang singkat ini memberi Chacha dan Juyeon kesempatan untuk lebih kenal satu sama lain bahkan sampai tentang hal seperti hewan peliharaan Juyeon. Lantas bagaimana soal perasaan? Entahlah, Chacha sendiri memilih untuk tak mau ambil pusing soal hal itu daripada ia lelah sendiri. Jujur saja tak ada yang berubah tentang Juyeon, ia tetap seperti Juyeon yang Chacha kenal saat pertama kali bertemu di kantor Sangyeon. Mungkin kalau bisa dibilang Chacha yang merasakan banyak perubahan, biasanya Chacha tidur sendiri, tapi kini ada seorang pria yang berstatus sebagai suaminya yang tidur seranjang dengan perempuan itu. Biasanya Chacha bangun pagi langsung mandi dan siap-siap ke kantor, kini ia bangun lebih awal dan menyiapkan sarapan bahkan sampai bekal Juyeon. Sebenarnya Juyeon bilang akan menggunakan ART saja, tapi Chacha menolak. Entahlah, Chacha hanya merasa tak terbiasa saja, sebagai kesepakatan akhir Juyeon tetap mempekerjakan ART tapi hanya untuk membersihkan rumah, ia tak ingin Chacha malah jadi lelah setelah menikah dengan dirinya padahal selama ini santai-santai saja. Chacha pun setuju mengingat rumah mereka besar kalau menurut standar Chacha, membayangkannya saja sudah membuat Chacha gila kalau harus membersihkan rumah itu sendirian. Lagian Juyeon sih, bilangnya rumah yang ia beli tak begitu besar, tapi bagi Chacha ini sangat besar. Mereka hanya tinggal bertiga dengan Yongyi loh, ini Juyeon tak ada rencana ingin membuat keluarga besar kan makanya membeli rumah sebesar ini? 

Untuk bagian memasak Chacha tak ingin ART yang melakukannya. Chacha juga tak tahu sih kenapa ia bersikeras untuk melakukan itu padahal ia adalah orang yang sangat malas memasak. Bahkan di rumahnya, papa Chacha sering mengomel dan menyebut mama Chacha terlalu memanjakan Chacha dan adik perempuannya karena mereka hampiri tidak pernah menyentuh dapur. Sampai sekarang rasanya berat sih harus bangun lebih pagi dan melakukan ini itu, tapi entah kenapa Chacha menikmati hal itu. Mungkin hati kecilnya ingin mendapatkan Juyeon. Ya … walaupun Chacha selalu berusaha menjaga kewarasannya dengan selalu mengingatkan hati dan otaknya bahwa ia dan Juyeon menikah tanpa perasaan, tapi hati mungil perempuan itu sebenarnya sangat menginginkan Juyeon. Diam-diam Chacha berharap ia dan Juyeon bisa menjadi pasangan normal yang saling mencintai satu sama lain. Apalagi sebelum menikah Juyeon pernah bilang kalau dia juga bakal berusaha buat buka hati sama Chacha kan, jadi nggak ada salahnya dong kalau Chacha berharap.

Chacha terbangun saat mendengar alarm ponselnya. Perempuan itu ingin kembali tidur mengingat ini adalah hari sabtu.

"Yah … bukan anak gadis lagi," keluh Chacha, eh tunggu, memang bukan gadis perawan lagi Cha?

"Lah? Bang Juyeon kemana? Baru jam lima loh," monolog Chacha saat menyadari Juyeon sudah tak ada di sampingnya. Di weekday Juyeon memang terbiasa  bangun sekitaran jam lima dan itu pun dibangunkan oleh Chacha. Padahal dulu ia selalu bangun sendiri, tapi entah sadar atau tidak sekarang Juyeon jadi manja pada Chacha. Yang dibangunkan lah, dasinya dipasangkan Chacha, pokoknya banyak deh, manja poll laki-laki yang satu ini. 

"Tidur aja kali lagi ya? Masih ngantuk," monolog Chacha, ia kembali menarik selimut namun pikirannya masih pada Juyeon sehingga ia keluar kamar. Samar-samar Chacha mendengar suara musik dari sebuah ruangan, Chacha mencari sumber suara itu dan ternyata Juyeon ada di sana. Di sebuah ruangan gym pribadi Juyeon, ini sih kali pertama Chacha melihat Juyeon di sana, kan beberapa hari ini weekday. Sadar atau tidak tapi Chacha menelan ludah saat melihat punggung polos Juyeon, perempuan itu bahkan hampir lupa berkedip kalau Juyeon tidak memanggilnya.

"Eh? Iya Bang? Kenapa?" Chacha tampak gelagapan seolah tertangkap basah melakukan tindakan kriminal, padahal kan Chacha cuma mengangumi tubuh suaminya. Suami loh, jadi wajar 'kan? Sah sah saja 'kan? Seharusnya iya sih.

"Kamu ngapain di situ? Sini gabung," ucap Juyeon, pria itu kemudian menjeda aktivitasnya.

"Ah nggak," ucap Chacha tapi sambil berjalan mendekat Juyeon.

"Ngapain bangun jam segini? Kan weekend?" Tadinya sih gitu, tapi gara-gara Juyeon nggak ada Chacha jadi kepikiran.

"Ah itu, nggak papa." Chacha gengsi lah ngomong kalo dia nyariin Juyeon. Sekali pun rasa suka dan kagum Chacha pada Juyeon hari demi hari semakin besar, untuk sekarang ia tak ingin pria itu mengetahuinya.

"Ya udah, kalau mau tidur silahkan tidur aja lagi, biasanya weekend juga malas-malasan 'kan?" Bener banget lagi, Chacha pun jadinya hanya mengangguk.

"Ya udah, aku ke kamar lagi deh Bang."

"Nggak mau ikut olahraga?" Apa sih, tadi disuruh tidur, sekarang diajak olahraga. Chacha ogah-ogahan Bang, males, asli deh.

"Nggak dulu Bang, balik ke kamar aja deh dulu."

"Ya udah terserah kamu," ucap Juyeon, Chacha pun hendak pergi namun Juyeon menahan tangan perempuan itu.

"Kenapa Bang?"

"Kamu nggak pake dalaman ya?"

Istri Bayaran || The Boyz Lee Juyeon Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang