28. Sensitif

169 11 0
                                    

"Eum … gimana ya bilangnya? Udah ah lupain aja, anggap aja aku tadi nggak ada," ucap Chacha, ia hendak meninggalkan Juyeon tapi pria itu menahan tangan Chacha.

"Abang nanya kamu Chacha."

"Gimana ya?" Chacha bingung juga, Chacha merasa tak pantas menyebut kalau dirinya tak menyukai laki-laki yang merokok karena ayah perempuan itu juga merokok. Ia merasa tak pantas melarang ini itu pada Juyeon. Tapi akan lebih baik aja gitu kalo Juyeon nggak merokok. Cuman ya balik lagi, Chacha tak berani melarang pria itu. Untuk segala standar ini itu pada laki-laki pun Chacha tak berani membuat standar karena orang yang digadang-gadang sebagai cinta pertamanya yaitu sang ayah, alih-alih memberi kenangan manis yang membuat Chacha berani membuat standar justru memberi kenangan yang membuat Chacha merasa tak pantas dicintai. Pria paruh baya itu membuat Chacha jadi enggan berurusan dengan laki-laki, bahkan tak jarang Chacha mudah emosian ketika berhadapan dengan kaum Adam. Ia tak tahu seperti apa rasanya dicintai itu, ia bingung dan merasa tak pantas menginginkan laki-laki yang seperti ini itu. Makanya Chacha sebenarnya sekarang hidup hanya untuk mencari uang. Yang di otak perempuan itu hanya mencari uang, uang dan uang untuk membahagiakan orang tua dan adik-adiknya. Perempuan itu sama sekali tak memikirkan dirinya, Chacha bahkan tak ada memikirkan dirinya ke depan seperti apa, Chacha sudah pasrahan. Menikah dengan Juyeon sekarang ini benar-benar Chacha anggap sebagai pekerjaan, yang penting ia melakukan yang terbaik dan berusaha agar tak terbawa perasaan. Ia tak mau sakit hati sendiri. Duh, perkara rokok malah jadi curhat panjang lebar.

"Kamu nggak suka cowok yang ngerokok? Lihat abang," ucap Juyeon karena Chacha menunduk. Chacha menghela napas kemudian melihat Juyeon.

"Aku suka atau nggak, aku nggak ada hak buat ngelarang Abang ngelakuin apa yang Abang mau. Aku ke dalam dulu ya Bang," ucap Chacha kemudian langsung meninggalkan Juyeon, perempuan itu meletakkan Yongyi di ruangannya lalu masuk ke kamar mandi. Perempuan itu sontak menangis. Ah sial, gara-gara rokok saja pikiran Chacha auto kemana-mana. Ia langsung meratapi dan membenci dirinya yang menurut perempuan itu tak pantas dicintai, padahal ia juga ingin dicinta, ia juga ingin disayang.

Sementara itu Juyeon menghela napas melihat tingkah Chacha. Ia kembali mengantongi rokoknya, sebenarnya Juyeon bukan perokok sih, ia hanya sesekali merokok kalau sedang suntuk. Jujur Juyeon bingung pada Chacha sekarang, perempuan itu tampak sungguh sensitif. Tapi Juyeon juga tak tahu harus bagaimana menghadapi perempuan yang berstatus sebagai istrinya itu. Saat masuk kamar Juyeon mendapati Chacha sudah tidur dengan posisi membelakangi dirinya, perempuan itu memakai headset dengan volume yang sangat keras sampai-sampai Juyeon dapat mendengar lagu yang diputar perempuan itu. Too much information ini pertama kalinya Chacha seperti ini, Juyeon penasaran, apa ia sedang ada masalah? Apa ia sebenarnya tertekan selama ini bersama Juyeon? Tapi tampaknya selama ini Chacha baik-baik saja kok. Demi apa pun Juyeon bingung sekarang, semoga saja besok pagi semua kembali normal.

"Tidur yang nyenyak, jangan sedih-sedih," ucap Juyeon pelan, ia mengusap lembut rambut perempuan itu, hanya itu yang bisa Juyeon lakukan sekarang. Masih banyak batasan dan tembok di antara keduanya terlepas dari status suami istri yang mereka punya. Tanpa Juyeon ketahui tangis Chacha malah semakin menjadi-jadi saat pria itu mengusap rambutnya, perasaan Chacha semakin campur aduk.

***
Chacha bangun dan langsung melakukan rutinitasnya seolah tak terjadi apa-apa tadi malam. Bagaimanapun hidup harus terus berjalan. Perempuan itu mandi kemudian menyiapkan sarapan, kalau weekend seperti ini ia hanya menyiapkan teh beserta roti karena mereka biasa makan di luar atau memesan on-line. Chacha juga tak pernah membangunkan Juyeon kalau weekend, tapi entah naluri atau bagaimana pasti pria itu selalu bangun sendiri minimal saat Chacha tengah menyajikan sarapan.

"Pagi Cantik." Chacha yang tengah meletakkan roti terdiam saat Juyeon mengucapkan dua kalimat itu, ia bahkan sampai tak berani melihat Juyeon. Entah apa yang merasuki pria tersebut tiba-tiba berkata seperti itu. Juyeon memang suka mengusili Chacha, tapi tidak setiba-tiba ini dan pagi-pagi lagi.

"Sombong banget sama suami sendiri," ucap Juyeon karena Chacha tak kunjung menanggapi dirinya.

"Eh? Hehehe pagi juga Bang," ucap Chacha canggung, Juyeon tersenyum kemudian melebarkan lengannya membuat Chacha bingung.

"Sini, peluk Abang." Dengan otak yang seolah berhenti bekerja saking bingungnya Chacha mendekat dan menuruti ucapan Juyeon. Pria itu memeluk Chacha dengan erat kemudian mengecup pucuk kepalanya. Jantung Chacha berpacu kencang setelah aksi Juyeon itu, maksudnya apa coba tiba-tiba seperti ini? Dia kira Chacha kuat apa gimana sih? Chacha lemah woy Lee Juyeon, Chacha lemah parah soal yang beginian, memang mau tanggung jawab sama perasaan Chacha? Mana Juyeon cuma pake kutang lagi, jadi Chacha bisa dengan jelas ngerasain otot-otot perut pria itu. Apa nggak makin gila Chacha? Gila lah, ya kali nggak, yang bener aja.

"Makasih sarapannya, ayo sarapan," ucap Juyeon setelah melepas pelukannya, lidah Chacha terasa kelu untuk mengatakan sesuatu sehingga ia hanya mengangguk dan mereka pun sarapan. Juyeon melakukan hal tadi bukan tanpa alasan, mungkin tadi malam Chacha sudah berusaha menahan tangisannya tapi Juyeon masih bisa mendengar isakan perempuan itu. Juyeon tak tahu apa yang terjadi pada perempuan itu, ia hanya bisa berusaha agar Chacha tak sedih bersamanya. Tak bahagia minimal tak sampai menangis seperti yang tadi malam deh. Juyeon dengan senang hati menerima kalau Chacha ingin terbuka pada dirinya. Tapi tampaknya hal itu cukup susah sehingga yang bisa Juyeon lakukan hanyalah membuat perempuan itu nyaman. Untuk sekarang ini Juyeon melakukan itu semua hanya agar Chacha bisa hidup dengan baik bersama dirinya, tak ada yang lain.

"Jadi belanja hari ini? Atau mau beli online aja?" tanya pria itu saat ia sudah menyelesaikan sarapannya, berbeda dengan Chacha yang baru habis setengah.

"Jadi, mau langsung aja, maunya abis sarapan ini sih."

"Ok kalo gitu abang mau mandi dulu, mau mandi bareng?" Mata Chacha membulat mendengar pertanyaan Juyeon, ia langsung menggeleng dengan wajah panik. Juyeon tadi malam kena apa sih tiba-tiba kayak gini. Ini bener-bener nggak aman buat jantung dan juga kewarasan Chacha, asli.

"Ok, abang mandi dulu," ucap Juyeon meninggalkan Chacha yang masih tak percaya dengan apa yang baru saja terjadi.

***
Chacha benar-benar heran dengan Juyeon hari ini. Ini kali pertama Juyeon ikut berbelanja, biasanya pria itu hanya mengantar Chacha ke supermarket kemudian ia akan menunggu di cafe dan menjemput Chacha kalau sudah selesai. Tapi kali ini Juyeon ikut berbelanja, pria itu dengan setia mendorong troli mengikuti Chacha yang sibuk memilih belanjaan. Kehadiran Juyeon tentu membuat kehebohan, banyak kaum hawa yang senyum-senyum bahkan tebar pesona hingga menyapa Juyeon. Ya gimana ya, Juyeon gantengnya nggak karuan gitu, jelaslah kaum hawa banyak yang menggila. Lantas Chacha apa kabar?

Istri Bayaran || The Boyz Lee Juyeon Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang