Seperti kesepakatan tadi sore, malam ini Juyeon dan Chacha jalan-jalan ke sebuah mall ternama di kota Jakarta. Itu loh mall yang isinya barang branded semua, Chacha pernah sekali ke sana pas awal-awal tiba di Jakarta dan perempuan itu hanya bisa menertawakan dirinya yang sama sekali tidak relate dengan barang branded bahkan orang-orang di tempat itu. Demi apa pun Chacha sangat bahagia sekarang, Juyeon menggandeng tangannya membuat Chacha merasa disayang. Ya … walaupun Chacha tahu ini hanyalah kebahagiaan fana, tapi tak apalah, yang penting Chacha bahagia.
"Makasih banyak ya Bang," ucap Chacha full senyum, mata perempuan itu bahkan hampir hilang saking lebarnya senyuman yang ia pamerkan. Juyeon tersenyum kemudian mengacak pelan pucuk kepala Chacha. Weh Chacha paling tak bisa seperti ini, ia tak mau mencintai Juyeon terlalu dalam di saat pria itu bahkan tak ada perasaan padanya.
"Kita beli parfum dulu yok, parfum abang udah mau habis," ucap Juyeon dan Chacha tentu saja hanya menurut.
"Gila, nggak nyangka banget gue bisa masuk ke tempat ini," batin Chacha sembari memandangi tempat tersebut. Chacha sudah berusaha tampak biasa saja sih, nyatanya rasa kagum perempuan itu tak bisa ia sembunyikan. Ia tak menyangka akan sampai di titik ini, kadang Chacha berpikir, sampai kapan kira-kira ia bisa seperti ini. Apa kira-kira yang akan terjadi ke depannya.
"Kamu nggak mau coba parfumnya?" tanya Juyeon dan lagi-lagi Chacha tersentak kaget, padahal Juyeon hanya berbicara dengan lembut loh. Terkadang Juyeon penasaran, apa Chacha punya trauma sampai-sampai ia mudah terkejut seperti itu?
"Parfum yang kemarin dari Abang masih ada," jawab Chacha, itu loh, parfum yang Juyeon kasih pas di mobil.
"Kamu suka?"
"Suka, suka banget malahan," jawab Chacha antusias.
"Tapi lebih suka Abang sih, nggak tau kalo Abang sukanya siapa," batin Chacha, ya kali dia berani bertanya seperti itu.
"Saya mau dua ya," ucap Juyeon pada pegawai toko dan pegawai tersebut membungkuskan dua parfum tersebut.
"Buat kamu satu, sebenarnya mau pake bareng juga nggak papa sih. Tapi siapa tau kamu suka bawa parfum kemana-mana kan." Mata Chacha berbinar mendengar ucapan Juyeon, kenapa pria ini baik sekali sih? Chacha bahagia banget, asli.
"Makasih banyak Bang," ucap Chacha, lagi-lagi Juyeon hanya tersenyum dan mengacak pelan pucuk kepala Chacha. Memang sih yang diacak pucuk kepala, tapi yang berantakan hati Chacha lho Bang, nggak kuat dia yang begituan.
"Di sini ada bakery enak, kita ke sana ayo," ucap Juyeon setelah keluar dari toko parfum tadi. Mata Chacha berkaca-kaca mendengar ucapan Juyeon. Ya ampun, Juyeon benar-benar membuat Chacha merasa disayang, dicinta.
"Eh kenapa nangis?" tanya Juyeon saat cairan bening berhasil membasahi pipi perempuan itu. Chacha menggeleng sambil tersenyum.
"Nggak, nggak papa, aku cuman bahagia aja, aku senang banget, aku merasa disayang," ucap Chacha dengan memelankan kalimat terakhirnya. Takutnya Juyeon salah paham dan berpikir kalau Chacha mengharapkan dirinya. Ya walaupun sebenarnya Chacha berharap sih.
"Abang bakal selalu berusaha nyayangin kamu." Chacha tak dapat mengendalikan ekspresinya saat mendengar ucapan Juyeon. Perasaan Chacha sudah berbicara dengan pelan, tapi ternyata masih bisa didengar oleh Juyeon. Wajah Chacha memerah karena malu.
"Lucu banget sih, ya udah ayo," ucap Juyeon dan Chacha pun menurut. Tangan Chacha tak pernah lepas dari genggaman Juyeon. Ah gila! Sepertinya tangan Juyeon akan menjadi candu Chacha setelah ini, tangan besar pria itu benar-benar membuat hati Chacha berdebar. Ya ampun, tidak salah kan kalau Chacha begitu mendamba pada pria yang berstatus sebagai suaminya ini?
Mereka pun memilih tempat di dekat kaca sehingga bisa melihat ke keluar. Sebenarnya tadi Juyeon mau pesan ruang VIP sih, tapi Chacha minta di sini saja, ia ingin menikmati dua keindahan sekaligus. Pertama keindahan tempat tersebut, kedua keindahan gemerlap kota yang terlihat dari balik kaca. Ah iya! Seharusnya tiga, satu lagi keindahan pria yang ada di hadapannya. Chacha bahkan tak akan pernah lelah memuja dan mengagumi pria yang ada di hadapannya ini. Menurut Chacha Juyeon itu mengagumkan 350 derajat, kenapa tidak 360? Chacha mau menggenapkan 360 kalau Juyeon sudah benar-benar menjadi miliknya, hehe.
"Enak?" tanya Juyeon retoris, dari ekspresinya saja Juyeon sebenarnya tahu kalau Chacha sangat menyukai apa yang ia makan.
"Eum! Enak banget, rasa kopinya buat nggak eneg, Abang coba deh," ucap Chacha menawarkan suapan pada Juyeon. Kalau boleh jujur Chacha takut sih, takut Juyeon merasa Chacha terlalu lancang. Untungnya tidak, pria itu tersenyum kemudian menerima suapan dari Chacha.
"Gimana? Enak 'kan?" tanya Chacha antusias.
"Enak," jawab Juyeon, lagi dan lagi Chacha tersenyum. Sungguh, Chacha sungguh bahagia malam ini.
Setelah puas mencoba beberapa makanan di bakery tersebut sepasang suami istri itu kembali berkeliling. Chacha tak ada niat membeli apa-apa karena berjalan dengan Juyeon seperti ini saja sudah membuat Chacha senang bukan main.
"Belum larut malam, drive night yok, mau nggak?"
"Serius?" Chacha senang bukan main mendengar ajakan Juyeon. Pria ini kenapa sih tiba-tiba baiknya minta ampun? Kan Chacha jadi enak.
"Serius dong, ngapain coba abang bercanda."
"Hehe, ayo," ucap Chacha kemudian mereka pun keluar dari mall.
Juyeon melajukan mobilnya dengan kecepatan sedang. Chacha membuka sedikit kaca mobil membuat angin yang berhembus pelan menerpa wajahnya yang tak lelah menunjukkan senyuman bahagia. Lagu One Direction yang berjudul Perfect membuat momen saat ini menjadi sungguh lengkap. Demi apa pun ini adalah salah satu unofficial wishlist Chacha. Menikmati malam dengan pasangan, melihat cantik gemerlap kota, dan memakai apa pun yang ia suka. Sebelum menikah dengan Juyeon, Chacha kalau keluar dengan teman-temannya punya banyak pertimbangan sebelum memakai sesuatu. Ia sangat menyukai rok-rok lucu, tapi ia tak berani memakai pakaian semacam itu jika naik kendaraan umum. Tapi kalau bersama Juyeon kan Chacha merasa lebih aman, jadi ia berani memakai pakaian seperti apa pun. Juyeon juga tak pernah mengomentari apa yang Chacha pakai karena menurut pria itu Chacha sangat pintar memahami situasi, tak perlu diajari deh.
"Bang."
"Eum," balas Juyeon tanpa mengalihkan pandangannya dari jalan. Duh, side profil Juyeon juga tak kalah gilanya. Tak peduli berapa kali Chacha melihat Juyeon, ia akan selalu memuji wajah rupawan suaminya itu. Seratus kali Chacha melihat Juyeon, seratus kali pula ia memujanya. Entah saking bahagianya atau sekalian kesempatan, Chacha full senyum menggenggam tangan Juyeon membuat pria itu memandangi sekilas dan tersenyum.
"Makasih banyak ya Bang, Abang baik banget," ucap Chacha, Juyeon tersenyum mendengar ucapan perempuan tersebut lalu mencium tangan Chacha yang tengah menggenggam salah satu tangannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Istri Bayaran || The Boyz Lee Juyeon
FanficJuyeon butuh Pacar, Chacha butuh uang. Best deal, bukan? Eh tapi kok malah nikah?