19. Wedding Day

134 8 3
                                    

"Huah capek … untung besok minggu," monolog Chacha, kini perempuan itu tengah berbaring di sebuah kasur king size milik Juyeon. Hari ini adalah hari pernikahan Chacha dan Juyeon dan setelah hari yang panjang dan melelahkan akhirnya Chacha bisa beristirahat. Tapi tak sepenuhnya beristirahat sih karena perempuan itu belum mandi, baju pengantin yang ribet dan make up tebal masih menempel di wajah perempuan itu. Ah badan Chacha rasanya sangat pegal.

"Gila, gue udah nikah aja," monolog Chacha lagi, banyak keluarga Chacha yang terkejut dengan kabar pernikahan Chacha yang sangat buru-buru. Untungnya tak ada yang julid parah sama membuat gosip aneh sih, tapi gosip dan julid tipis-tipis tetap ada lah. Chacha sih tak mau ambil pusing ya, toh juga dia yang akan menjalani semua ini dan yang paling penting ia menikah dengan Juyeon kan secara baik-baik. Ya … walaupun tanpa perasaan sih. Untuk keluarga Chacha, semua keluarga besar datang, Chacha sendiri yang membiayai walaupun pake kartu yang Juyeon beri sih, tapi kan kartu itu sudah menjadi haknya. Sebenarnya keluarga Juyeon bersikeras membiayai kedatangan keluarga Chacha, tapi Chacha dengan segala kehalusan dan kelembutannya menolak kemauan keluarga itu. Ia tak ingin terlalu banyak berhutang budi pada keluarga Juyeon, toh juga ia sudah mendapat banyak dari pria itu, kecuali hatinya sih. Keluarga besar Chacha tinggal di hotel kecuali orang tua serta adik-adiknya, lagi-lagi ibu Juyeon bilang sih tinggal di rumah mereka saja, tapi lagi-lagi Chacha menolak karena mereka sangat banyak. Walaupun akan muat di rumah Juyeon tetap saja nanti akan berisik, sebagai gantinya ibu Juyeon pun menyuruh beberapa orang untuk menemani keluarga Chacha di hotel sehingga mereka mudah jika butuh apa-apa. Pun hotel itu sangat dekat dari rumah orang tua Juyeon, ibu Juyeon bahkan membooking hotel itu satu minggu khusus untuk keluarga Chacha agar mereka bisa nyaman. Chacha benar-benar tak tahu harus berterima kasih seperti apa pada keluarga Juyeon yang telah memperlakukan keluarganya dengan sungguh baik. Tapi Chacha juga meminta pada keluarganya agar tak membicarakan keluarga Juyeon di kampung nantinya, kalaupun ditanya orang nantinya jawab saja Juyeon juga orang biasa. Chacha benar-benar tak ingin menjadi pusat perhatian. 

"Mandi sana." Chacha menoleh saat mendengar suara Juyeon, pria itu baru saja keluar dari kamar mandi. Ah gila, aroma sabun yang digunakan pria itu benar-benar memanjakan indra penciuman.

"Astaga Chacha! Otaknya bener-bener dah." Chacha auto menggelengkan kepala sebelum pikirannya semakin menjadi-jadi.

"Kenapa geleng-geleng gitu?"

"Ah nggak Bang eheheh." Juyeon hanya menggelengkan kepala melihat tingkah Chacha. Keheningan pun kembali muncul saat Chacha sibuk membersihkan make up-nya dan Juyeon yang sibuk dengan ponselnya.

"Eum … Bang."

"Eum?"

"Ini memang kamar Abang, tapi Abang boleh keluar bentar nggak? Bentar aja."

"Ngapain?" Astaga! Masa Juyeon nggak paham sih? Ini Chacha mau ganti baju Mas Juyeon, ya kali di depan Juyeon. Memang sih mereka udah nikah, tapi tetap aja mereka baru kenal, masih kayak orang asing. Pasangan yang udah pacaran lama dan saling mencintai aja katanya masih malu-malu kalo malam pertama. Apalagi mereka yang notabenenya masih kayak orang asing.

"Ini." Chacha memegang bajunya berharap Juyeon mengerti maksud perempuan itu. 

"Oh iya, abang ke balkon aja, mau cari angin dulu," ucap Juyeon kemudian pergi.

"Huft … untung paham," ucap Chacha, ia pun melepas setiap lapisan baju yang ia kenakan, untung bajunya tak ribet parah sehingga tak harus seperti di cerita-cerita minta tolong pada suami. Syukur kalau suaminya memang adalah pacarnya mungkin tak akan canggung, ya paling malu-malu kucing. Kalau Chacha dengan Juyeon? Duh mampus dong, Chacha juga tak enak jika harus meminta tolong pada sang ibu karena memang sudah larut malam. Semua orang sudah memasuki kamar masing-masing untuk beristirahat. Selesai dengan urusan baju pengantinnya, Chacha langsung lari ke kamar mandi, tak lupa perempuan itu membawa baju ganti.






Chacha sudah selesai mandi dan kini ia sudah berbaring di kasur king size Juyeon dengan pria itu tepat di sampingnya. Chacha menatap langit-langit kamar dengan tatapan bingung, tak tahu harus melakukan apa, rasanya Chacha benar-benar kaku. Apalagi membayangkan besok pagi, hadeh, entah kegiatan apa lagi yang akan terjadi besok. Acara pernikahan mereka memang privat, tapi ya minimal keluarga besar dari kedua belah pihak diundang jadi tetap saja banyak kegiatan ini itu. Ah membayangkannya saja Chacha sudah lelah sendiri. Biasanya sabtu dan minggu Chacha hanya akan diisi dengan kegiatan tidur karena perempuan itu lebih sering gereja sore. Tapi mulai sabtu pagi ini ia cepat bangun karena ini acara pernikahannya, besok pun harus bangun cepat dan untuk seterusnya Chacha harus bangun lebih awal karena kini ia sudah berstatus sebagai istri. Ia sudah punya kewajiban ini itu. Tak ada sabtu minggu bermalas-malasan lagi, tak ada weekday dimana Chacha bangun jam delapan, mandi, lalu berangkat kerja. Ke depannya hari-hari Chacha akan sibuk. Ah membayangkannya itu membuat Chacha rasanya ingin menangis. Sebenarnya Juyeon bilang sih akan menggunakan ART, tapi Chacha menolak dengan alasan nanti mereka hanya tinggal berdua jadi tak perlu ART. Bukannya bagaimana, tapi Chacha tak ingin orang lain tahu bagaimana canggungnya ia dengan Juyeon. Lebih tepatnya Chacha sih, Juyeon santai aja, Chacha yang banyak canggung dan gugup. Tanpa ia ketahui Juyeon gemas dengan perempuan itu saat ia mode akward. Juyeon tak tahu bagaimana menjelaskannya, tapi yang jelas Chacha lucu dan Juyeon suka, eh?

"Kenapa belum tidur?"

"Hah?" Chacha terkejut padahal suara Juyeon lembut, tapi dasarnya Chacha memang sangat mudah terkejut. Juyeon tertawa kecil melihat tingkah perempuan yang telah menjadi istrinya itu.

"Ya ampun ketawa aja gantengnya kebangetan," batin Chacha.

"Kamu memang selalu kagetan gini ya?" 

"Nggak tau, tapi aku memang gampang kaget, nggak tau sih kenapa," jawab Chacha, ia memang sangat mudah terkejut. Juyeon hanya tersenyum menanggapi jawaban perempuan itu.

"Kenapa belum tidur?"

"Abang kenapa belum tidur?"

"Abang main game, kamu ngapain? Dari tadi Abang perhatiin kayak banyak pikiran, lagi mikirin cicilan apa gimana?"

"Dih! Sembarangan, gini-gini aku nggak ada cicilan ya, enak aja." Lagi-lagi Juyeon tersenyum, ia sangat suka saat Chacha mode cerewet seperti ini.

"Trus mikirin apa? Malam pertama?" Juyeon menggoda Chacha tipis-tipis, kalau benar-benar tergoda sih urusan belakang.

"Nggak ada, udah ah aku mau tidur," ucap Chacha, namun baru saja ia hendak menarik selimut perempuan itu kembali menatap Juyeon seolah ingin menanyakan sesuatu pada pria itu.

"Apa?" tanya Juyeon yang paham dengan tatapan Chacha.

"Gimana perasaan Abang sekarang?"


Istri Bayaran || The Boyz Lee Juyeon Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang