Chacha terbangun saat alarmnya berdering, sebenarnya alarm itu tak ada guna di weekend sih, hanya saja Chacha terlanjur membuatnya setiap hari sehingga di weekend ia akan bangun untuk mematikan alarm dan kembali tidur. Namun kali ini Chacha tak kembali tidur, mata perempuan itu justru terbuka lebar saat menyadari ia bukan di kamarnya. Perempuan itu dengan cepat membuka selimut dan menghela napas lega saat bajunya masih terpasang dengan lengkap.
"Ya ampun, gue ngapain aja tadi malam?" Chacha panik, ia takut dirinya bertingkah aneh-aneh tadi malam.
"Gimana keluarnya ini? Malu banget." Chacha melihat ke sekeliling dan tak ada Juyeon. Perempuan itu lantas merapikan tempat tidur pria tersebut.
"Bahkan aroma selimutnya aja Juyeon banget," ucap Chacha pelan, tak bisa dipungkiri, Chacha sangat menyukai aroma pria itu. Ah, Chacha yakin tak hanya dirinya, pasti banyak wanita di luar sana yang juga tergila-gila dengan aroma Juyeon. Perempuan itu kemudian ke kamar mandi sekedar mencuci wajah lalu keluar kamar untuk mencari keberadaan sang tuan rumah. Namun atensi Chacha teralihkan saat melihat anjing kecil berlarian di ruang tamu. Chacha langsung mendekati anjing tersebut.
"Hy … nama kamu siapa? Kamu lucu banget sih, gemesin banget tau nggak," ucap Chacha, ia berjongkok dan menyentuh pelan anjing yang tampak lari ke sana-sini itu.
"Lucu banget sih." Chacha tak menggendong anjing tersebut, ia hanya membiarkannya bermain karena takut anjing itu terkejut dengan orang baru.
"Namanya Yongyi." Chacha auto berdiri saat mendengar suara Juyeon.
"Astaga!" Chacha refleks menelan ludah saat melihat tampilan Juyeon, bagaimana tidak, pria itu hanya mengenakan celana selutut dan baju tanpa lengan. Ya Chacha makin gila lah, Chacha yakin perempuan lain pun akan gila melihat tampilan Juyeon yang seperti itu.
"Ah iya, hy Yongyi," ucap Chacha menyapa anjing tersebut, tiba-tiba Chacha merasa sangat canggung apalagi mengingat ia tadi malam minum lumayan banyak daripada biasanya.
"Kamu udah lama bangun?"
"Eum … baru aja Bang."
"Ya udah mandi dulu sana, semua alat mandi ada di kamar mandi, baju kamu ada di paper bag yang ada di meja dekat kasur."
"Iya Bang," ucap Chacha kemudian langsung menuju kamar Juyeon, ia membuka paper bag tersebut dan ya … semua baru.
"Eh?" Chacha menelan ludah saat mengetahui Juyeon juga membelinya dalaman, ini … ini maksudnya Juyeon yang beli? Ah pasti nggak mungkin, Chacha berusaha membuang pikiran tersebut. Ya walaupun Chacha tetap kepikiran sih bahkan saat mandi hingga kini sudah di ruang makan Chacha masih memikirkan hal tersebut. Siapa yang membeli baju beserta dalaman itu? Kalau iya Juyeon, kenapa ukurannya sangat pas? Apa iya kebetulan? Kalau bukan yang beli lantas siapa? Ya ampun rasanya pengen nanya tapi nggak enak juga, tapi Chacha terus kepikiran, masa bahan pikiran Chacha nambah lagi sih?
"Kenapa nggak makan? Makanannya nggak enak?" Lamunan Chacha buyar saat mendengar suara Juyeon.
"Ha? Nggak Bang, enak kok."
"Abisin dulu makanannya baru kita ngobrol," ucap Juyeon dan Chacha hanya mengangguk.
Kini kedua orang itu telah berada di ruang tamu, Juyeon masih asik dengan ponselnya sedangkan Chacha diam memandangi Yongyi yang asik berlari ke sana-sini. Banyak sih yang ingin Chacha bicarakan, tapi masalahnya ia terlalu takut untuk membuka pembicaraan, apalagi Juyeon tampak sangat asik dengan ponselnya.
"Bang," panggil Chacha dengan sangat pelan, sangat pelan sampai Chacha sendiri tak yakin Juyeon mendengarnya.
"Eum?" Eh? Ternyata dengar, syukurlah.
"Maaf, tadi malam aku banyak tingkah ya?"
"Kata siapa?"
"Astaga! Ya ampun Chacha, ingat, nggak boleh bawa perasaan, kamu lagi kerja." Chacha berusaha mengendalikan perasaannya apalagi saat Juyeon menatapnya, ya ampun Chacha rasanya bisa gila jika seperti ini terus.
"Ya … aku nggak ingat apa-apa, takutnya aku banyak tingkah," ucap Chacha sambil menunduk, ia terlalu malu sekarang.
"Nggak kok, tapi nggak lama setelah di mobil kamu langsung tidur, mana tidurnya kayak orang pingsan. Dibangunin juga nggak bisa, abang bingung gimana mau bawa kamu pulang ke kost-an dengan keadaan kayak gitu, jadi abang bawa ke apartemen abang aja. Tenang aja, nggak ada apa-apa, kamu asli cuman tidur, kamu juga tidur sendiri kok." Chacha sedikit lega mendengar ucapan Juyeon, tak mungkin kan pria itu berbohong. Eh tapi bagaimana kalau pria itu berbohong? Ah Chacha pusing sendiri dengan pikirannya.
"Beneran kan Bang aku nggak ada banyak tingkah?" tanya Chacha lagi dan Juyeon mengangguk sehingga Chacha menghela napas lega.
"Soal tadi malam pas abang cium kamu abang minta maaf. Kamu bisa minta ganti rugi." Eh tunggu, kenapa Chacha jadi merasa seperti wanita bayaran ya? Apa-apa dibayar.
"Ya udah nggak papa Bang," ucap Chacha, ia juga terlalu malu untuk meminta ganti rugi akan hal tersebut. Lagipula Chacha juga menyukainya, eh?
"Boleh tanya satu hal lagi?"
"Mau tanya sepuasnya juga boleh."
"Baju ini yang beli siapa?"
"Abang."
"Eh?"
"Iya, sama dalamannya juga. Tebak-tebak aja sih ukurannya, nggak pas ya? Kekecilan apa kebesaran?" Heh! Pertanyaannya kenapa jadi sedetail itu sih? Wajah Chacha jadi memerah dan panas saking malunya.
"Ah nggak gitu, makasih Bang. Kalo gitu aku izin pulang ya," ucap Chacha kemudian berdiri, ia juga tak enak berlama-lama di apartemen Juyeon. Pun ia tak bebas, apa-apa segan, ia merindukan kost-annya sekarang.
"Ya udah ayo Abang anter," ucap Juyeon dan Chacha pun menurut.
"Yongyi, aku pulang dulu ya, see you," ucap Chacha kemudian mereka berangkat.
Setelah mengantar Chacha Juyeon langsung menuju rumahnya karena permintaan sang ibu. Juyeon memang lebih sering di apartemennya, ia hanya pulang sesekali dan sangat jarang sang ibu memintanya segera pulang apalagi siang-siang seperti ini. Apa terjadi sesuatu? Juyeon langsung menepis pikiran-pikiran aneh di otaknya, mama Lee juga tadi tampak santai saja kok meminta Juyeon pulang. Jadi seharusnya tak ada apa-apa ya. Suasana siang di rumah keluarga Lee itu tampak sepi. Juyeon mencari keberadaan sang ibu yang ternyata ada di taman belakang.
"Ma," ucap Juyeon lantas mencium tangan Mama Lee.
"Papa mana Ma?" tanya Juyeon mengambil cookies yang tersaji. Too much information cookies itu buatan mama Lee, wanita paruh baya itu memang sangat senang memasak.
"Biasa, mancing," jawab sang ibu dan Juyeon mengangguk tanda mengerti.
"Gimana hubungan kamu sama Chacha?" Duh perasaan Juyeon auto nggak enak, ini dia nggak disuruh buat nikah sama Chacha secepatnya 'kan?
"Ya … nggak gimana-gimana Ma, fine-fine aja," jawab Juyeon dan mama Lee mengangguk dengan ekspresi yang entah kenapa sulit untuk Juyeon pahami. Perasaan pria itu jadi tak enak, entah kalimat apa ya yang selanjutnya akan keluar dari mulut ibunya itu.
"Kamu serius sama dia?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Istri Bayaran || The Boyz Lee Juyeon
FanfictionJuyeon butuh Pacar, Chacha butuh uang. Best deal, bukan? Eh tapi kok malah nikah?