22. JC's House (II)

112 10 1
                                    

Chacha membulatkan mata mendengar pertanyaan Juyeon dan perempuan itu pun baru sadar kalau perkataan Juyeon benar. Chacha memang selalu seperti itu sih, ia selalu melepas bra sebelum tidur dan pagi-pagi langsung memakainya sebelum beraktivitas. Tapi tadi pikiran Chacha kan ke Juyeon jadi lupa deh.

"Eh? Ehehe, aku pergi dulu," ucap Chacha namun Juyeon masih menahan tangan perempuan itu membuat wajah Chacha memanas dan merah saking malunya.

"Nggak papa sih, kan abang suami kamu, toh di rumah ini juga cuma kita berdua. Kamu juga pasti paham mesti gimana kalo ada tamu, kalo sama abang mah fine-fine aja." Heh, Lee Juyeon, bisa-bisanya dia berbicara dengan santai di saat Chacha malunya sudah setengah mati.

"Ehehe, aku ke kamar ya Bang."

"Ya udah sana," ucap Juyeon lengkap dengan senyumnya, Chacha berjalan cepat menuju kamar, demi apa pun perempuan itu sangat malu sekarang. Padahal kan suaminya, kenapa harus malu sih Chacha? Juyeon saja masih senyum-senyum melihat perempuan itu, entahlah tapi menurut Juyeon Chacha itu lucu.

"Ya ampun Chacha, ceroboh banget sih." Chacha meremat selimut mengomeli dirinya sendiri. Chacha berusaha kembali tidur dan bersikap seolah tidak terjadi apa-apa, tapi nyatanya tidak bisa sehingga Chacha memilih untuk menyibukkan diri berharap ia lupa kejadian tadi. Padahal nggak papa loh Chacha, itu suamimu, sah secara agama dan negara, walaupun dia nggak ada perasaan sih. Chacha membereskan kamar kemudian mandi.

"Kapan ya langit Jakarta ini bisa bersih? Jadi kangen langit biru di kampung," monolog Chacha sembari memandangi matahari yang mulai menunjukkan dirinya yang telah siap memberi kehangatan kepada seluruh mahluk hidup. Nyatanya sekarang ini bukan sekedar kehangatan sih, tapi panas parah. Sebelum menikah dengan Juyeon Chacha selalu membeli makan di warteg depan kantor, dengan jarak sedekat itu saja Chacha selalu mengeluh betapa panasnya cuaca.

"Mau balik kampung?" Chacha tersentak kaget mendengar suara Juyeon, sadar atau tidak tapi Chacha refleks menelan ludah melihat tampilan Juyeon yang tak menggunakan atasan. Ditambah lagi badan pria itu tampak mengkilat karena masih keringatan.

"Astaga Bang, jangan buat otakku makin nggak beres deh," batin Chacha, ia hanya bisa berharap ekspresinya tak aneh-aneh.

"Nggak ah, cuman kepikiran aja, kapan kira-kira langit di Jakarta ini bisa bersih." Chacha jujur kok, walaupun dia bilang kangen kampung tapi untuk saat ini ia tak ingin pulang karena orang-orang pasti akan heboh bertanya soal pernikahannya yang tiba-tiba.

"Atau mau liburan aja? Ke tempat yang langitnya cantik gitu?"

"Ha? Ahaha nggak." Nggak nolak sih sebenarnya, tapi gimana ya, Chacha nggak enakan, trus kan mereka sama-sama kerja, Chacha juga belum ada cutinya.

"Ok, by the way kamu udah mandi ya?" tanya Juyeon dan Chacha mengangguk.

"Padahal tadi mau ngajak mandi bareng."

"Eh!" Chacha terkejut mendengar ucapan Juyeon, bisa-bisanya. Juyeon hanya tersenyum kemudian masuk ke kamar mandi. Pokoknya Juyeon sangat senang mengusili Chacha, soalnya lucu. Tapi sebenarnya kalo Chacha tadi mau Juyeon senang sih. Jujur saja Juyeon cukup pangling melihat tampilan Chacha tadi. Memang hanya menggunakan celana di atas lutut dan baju kaos yang hampir menutupi celananya. Tapi Juyeon seolah melihat sisi lain perempuan itu karena biasanya ia sudah melihat Chacha dalam mode pakaian kerja. Jujur saja beberapa hari ini kalau malam Juyeon tak begitu memperhatikan Chacha apalagi terkadang ia pulang malam. Jadi baru pagi ini ia benar-benar melihat perempuan itu memakai baju rumahan yang membuat pikiran Juyeon jadi kemana-mana.

"Astaga Juyeon, nggak usah aneh-aneh," batin pria itu, ia lantas membersihkan diri. Kembali ke Chacha, perempuan itu masih berusaha mempertahankan kewarasannya setelah mendengar ucapan Juyeon tadi.

"Ternyata bukan cuma masa depan gue yang dipertaruhin, tapi juga kewarasan," batin Chacha, ya gimana nggak, dia berusaha ngingatin hatinya biar jangan terpesona sama Juyeon. Tapi Juyeon malah gitu. Iya, memang iya, Juyeon memang bilang kalo dia mau berusaha numbuhin perasaan buat Chacha. Tapi menurut Chacha untuk satu minggu ini tanda-tanda itu belum ada dan itu wajar sih, kan semua butuh waktu. Makanya Chacha juga nggak mau secepatnya itu jatuh semakin dalam ke Juyeon, dia nggak mau ceroboh, dia masih pengen hidup dengan waras.

"Mending buat sarapan dulu, eh siapin baju dulu," batin Chacha kemudian menyiapkan pakaian Juyeon lalu beranjak ke dapur. Tak banyak yang dimasak perempuan itu, hanya nasi goreng, itu pun sudah hebat sih untuk takaran seorang Chacha. Ia saja sebenarnya tidak menyangka akan mau memasak tanpa beban, padahal sebelumnya Chacha paling ogah-ogahan kalau disuruh memasak. Di rumah bisa perempuan itu langsung bersih-bersih atau merapikan setiap sudut rumah di saat yang lain sibuk memasak, yang penting Chacha tak menyentuh masakan deh. Kalau soal piring kotor dan yang lain serahkan semua pada Chacha, ia sama sekali tak masalah. Tapi sekarang ia justru selalu memasak tanpa keberatan, memang ia tak begitu pintar memasak, tapi perempuan itu juga berusaha, ia belajar, melihat resep di internet, serta meminta Juyeon untuk jujur dan objektif akan masakannya agar ia bisa lebih baik.

"Wuih wangi." Tepat saat Chacha menyajikan makanan Juyeon datang, alih-alih wangi nasi goreng, justru aroma tubuh Juyeon yang langsung memenuhi indra penciuman Chacha. Juyeon sangat wangi, rasa-rasanya Chacha ingin memeluk pria itu. Tapi sayang, mereka hanya status pasangan suami-istri, tak ada rasa di sana, jadi Chacha juga harus jaga sikap.

"Ayo makan Bang," ucap Chacha dan Juyeon pun menurut, lantas mereka makan bersama.

"Hari ini kamu mau kemana?" tanya Juyeon di sela-sela makan.

"Eum ... nggak ada sih, mau stay di rumah aja, mau main sama Yongyi paling."

"Main sama Yongyi terus, main sama abang kapan?"

"Hah?"

"Nggak ada, ya udah abisin tuh makan kamu, abang udah siap. Abang mau keluar bentar, paling siang balik."

"Ok, siang mau dimasakin apa?"

"Nggak usah, nanti abang beli aja, kamu nanti kabarin aja mau makan apa." Eh? Ini serius? Chacha terharu loh dengernya.

"Siap Bos!" Chacha menjawab dengan penuh semangat membuat Juyeon tertawa kecil, perempuan ini lucu.

"Ya udah abang pergi dulu ya."

"Ok, have fun Bang," ucap Chacha dan Juyeon pun pergi. Chacha tak tahu Juyeon akan pergi ke mana dan ia juga tak enakan mau menaya pria itu. Setelah makan Chacha membereskan semuanya kemudian rebahan di sofa di ruang keluarga. Tak ada Juyeon seperti ini Chacha auto kembali mode jomblo, perempuan itu hanya asik melihat-lihat media sosialnya.

"Yongyi sini," ucap Chacha saat melihat Yongyi, ia pun kembali berselancar di media sosial hingga berjam-jam sampai akhirnya tertidur.

Istri Bayaran || The Boyz Lee Juyeon Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang