17. Kenyataan Pahit

103 6 1
                                    

"Ya … nggak sih."

"Terserah kamu dong, abang nggak ada ngelarang apa-apa. Yang penting kalo kamu mau ini itu kasih tau abang, abang otomatis iyain aja sih, tapi minimal abang tau gitu kamu ngapain."

"Ooo … ok deh."

"Jadi gimana? Mau ngabarin atau nggak?"

"Belum tau, liat nanti deh," ucap Chacha kemudian memanyunkan bibir tampak berpikir sehingga Juyeon tersenyum.

"Lucu banget sih."

"Hah? Apa yang lucu?"

"Kamu."

Eh? Apa? Apa tadi? Juyeon bilang Chacha lucu? Chacha nggak salah denger? Ya ampun pria yang satu ini kenapa hobi banget sih buat jantung Chacha auto sprint. Chacha tak menanggapi perkataan Juyeon, bingung juga mau nanggapinnya gimana.

***
Selama orang tuanya di Jakarta ibu Chacha selalu membuat bekal untuk anaknya itu. Hari ini wanita paruh baya itulah bahkan membuatkan bekal untuk Elly dan Yein. Chacha pernah bercerita bahwa ibunya Yein pernah membuatkannya membuatkan bekal untuk dirinya jadi tak ada salahnya juga membuatkan bekal untuk kakak Chacha di divisinya itu.

Saat makan Chacha kembali kepikiran dengan pertanyaannya pada Juyeon waktu itu. Apakah ia akan memberitahu temannya soal pernikahan ini? Pastinya mereka terkejut sih karena ini sangat tiba-tiba dan Chacha juga tak ada cerita sedikit pun tentang hubungannya(?) dengan Juyeon.

"Kenapa melamun gitu? Mikirin apa lo?" tanya Yein membuyarkan lamunan Chacha.

"Hah? Nggak kok Kak, eehhe." Chacha pun cepat-cepat menghabiskan makanannya dan lebih dahulu keluar dari pantry. Ia memang selalu lebih dahulu keluar dari pantry untuk menonton selama jam istirahat. Ya istilahnya untuk me-recharge energi sebelum kembali bekerja lah.

"Chacha." Chacha menoleh saat ada yang menepuk bahunya sehingga perempuan itu melepaskan headset lalu menoleh.

"Eh Kak Eunseo?"

"Ikut gue, gue mau ngomong."

"Bentar lagi jam istirahat habis Kak, lama nggak?" Eunseo menghela napas, ia kemudian menemui atasan Chacha.

"Chanhee, pinjam Chachanya dulu ya."

"Jangan lo apa-apain."

"Iya iya santai aja."

"Bang Chanhee aku izin bentar ya."

"Ok." Eunseo pun langsung membawa Chacha ke ruangan Sangyeon, kebetulan pria itu tak masuk ke kantor hari ini.

"Lo beneran mau nikah sama Juyeon?" Chacha hanya mengangguk, Eunseo menghela napas mendapat jawaban mengecewakan itu. Kenapa harus Juyeon sih? Eunseo sudah lama menyukai pria itu tapi kenapa malah Chacha? Kenapa malah orang yang baru Juyeon kenal? Padahal sebelumnya jelas-jelas Juyeon bilang tak mau menikah.

"Sekali lagi gue tanya, lo pake pelet apa sampe-sampe Juyeon mau nikah sama lo?" Kali ini Chacha yang menghela napas, ini kenapa Eunseo terus bersikeras kalau Chacha menggunakan pelet sih? Chacha juga nggak mau aneh-aneh kali hidup, dia cuman pengen hidup dengan tenang, nggak usah yang gimana-gimana.

"Terserah Kak Eunseo ya mau ngomong apa, kalo memang ada buktinya aku pake pelet silahkan. Tapi yang jelas aku nggak ada pake apa-apa, nggak ada kerjaan banget tau nggak."

"Asal lo tau, gue suka sama Juyeon dari lama, tapi kenapa malah lo yang jadi sama dia? Sumpah ya, gue nggak habis pikir banget." Weh, jangan gini dong, jangan buat Chacha jadi merasa bersalah dong, itu urusan Eunseo dan Juyeon. Pun, sudah rahasia umum di kalangan teman Juyeon kalau pria itu secara terang-terangan menunjukkan bahwa ia tak ada perasaan pada Eunseo. Jadi Chacha nggak ada dong ngerebut Juyeon dari Eunseo. Tapi kenapa di sini Chacha malah keliatan kayak jadi penjahat coba? Yang bener aja, Chacha cuma pengen hidup tenang loh.

"Kak, mungkin kakak lebih bisa ngobrolin ini sama Bang Juyeon ya. Aku nggak tahu menahu urusan kakak sama Bang Juyeon. Aku juga nggak mau ikut campur, maaf banget Kak," ucap Chacha, ia hendak pergi namun Eunseo menahan tangan perempuan itu.

"Lo yakin Juyeon nikahin lo tanpa alasan? Lo nggak curiga kenapa Juyeon pengen nikahin lo yang notabenenya baru dia kenal?" Ya Chacha tahu, tapi ya kali dia ngasih tau Eunseo soal kesepakatannya dengan Juyeon, bisa bahaya.

"Apa pun alasannya terserah Bang Juyeon Kak, aku udah siap sama apa yang terjadi ke depannya." Sok iya, sebenarnya Chacha siap nggak siap sih, tapi dia udah ngambil langkah ini jadi dia nggak bakal mundur. Apalagi tanggal pernikahan mereka udah ditentuin, ya kali Chacha mundur. Itu namanya dia nggak tanggung jawab dong. Eunseo tersenyum miring membuat Chacha bingung, apa yang sedang dipikirkan perempuan itu?

"Ya udah terserah lo, banyak-banyak berdoa aja semoga dia nggak datang."

"Kalo nggak ada yang mau dibicarain lagi aku pergi ya Kak," ucap Chacha kemudian langsung pergi. Tapi kini otak perempuan itu terus kepikiran dengan ucapan Eunseo tadi. Maksudnya apa? Dia siapa? Ya ampun beban pikiran Chacha kan jadi tambah.

Di saat Chacha kepikiran dengan ucapan Eunseo, sang oknum justru kini sedang menangis. Eunseo tak habis pikir saja dengan kenyataan yang tengah ia hadapi, ia sudah berusaha menjadi yang terbaik, mencintai Juyeon secara ugal-ugalan, melakukan apa saja untuk mendapat hati pria itu. Tapi apa? Apa yang Eunseo dapat? Kenyataan pahit, selama ini Eunseo tak pernah menyerah terlepas dari Juyeon yang selalu bilang ia tak ada perasaan padanya. Tapi Eunseo tak pernah menduga kalau Juyeon akan memilih yang lain yang bahkan baru ia kenal. Untung ruangan Sangyeon kedap suara jadi tak ada yang akan mendengar Eunseo menangis histeris tampak putus asa seperti itu. Hidupnya seolah tak ada harapan lagi.

[Halo?]

[Bang Sangyeon ~~~] Eunseo masih menangis, apa-apa Eunseo memang selalu mengadu pada Sangyeon. Ia dan Sangyeon sama-sama anak tunggal membuat kedua orang itu tampak seperti kakak beradik satu rahim.

[Lah? Kenapa lo? Siapa yang nyakitin lo? Siapa yang berani buat lo nangis?] Sangyeon sangat menyayangi Eunseo, ia tak akan membiarkan siapapun menyakiti adiknya itu.

[Juyeon, Juyeon nyakitin gue Bang, dia beneran nikah.] Tangis Eunseo semakin menjadi-jadi, Sangyeon yang berada di seberang sana menghela napas. Kalau ini lain cerita, Sangyeon tak bisa berbuat apa-apa kalo tentang ini.

[Ya ampun Eunseo, kan dari dulu Juyeon udah bilang kalo dia nggak bisa balas perasaan lo.]

[Tapi kenapa harus Chacha? Kenapa harus orang yang baru dia kenal? Padahal gue udah bertahun-tahun suka sama dia. Dunia nggak adil banget, Juyeon jahat banget Bang.] Duh, gimana ya, Sangyeon bener-bener nggak bisa kalo yang ini. Itu keputusan Juyeon, dia yang tahu diri dia. Pun Juyeon adalah teman baik Sangyeon, ia tak mau memaksa pria itu untuk membalas perasaan Eunseo walaupun Eunseo sepupunya.

[Seo, udah ya, jangan buang-buang waktu kayak gini. Lo pantas dapat yang jauh lebih baik. Ada orang yang bener-bener sayang sama lo, perasaan nggak bisa dipaksa Seo, jangan siksa diri lo dengan cara kayak gini.]

[Tapi gue mau Juyeon ~~~]

Istri Bayaran || The Boyz Lee Juyeon Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang