30. Sensitif (III)

171 13 3
                                    

Alih-alih menjawab, ibu Juyeon hanya tersenyum kemudian memeluk Chacha dan mengelus rambut perempuan itu. Pecah sudah, Chacha tak mampu menahan air matanya.

"Eh? Ada apa nih?" Pertanyaan Juyeon mengakhiri acara pelukan mertua dan menantu itu, Chacha cepat-cepat menghapus air matanya. Ah! Chacha kesal sendiri, padahal ia sudah berusaha menahan, tapi gagal juga.

"Kamu kenapa Sayang?" tanya ibu Juyeon dan Chacha hanya menggeleng sambil berusaha tersenyum.

"Juyeon, ini kamu ngapain istri kamu sampe gini? Jangan-jangan kamu buat dia tertekan batin ya?" Juyeon melongo, Juyeon yakin, ia sangat yakin selama ini ia bersikap baik pada Chacha. Kenapa malah jadi dituduh seperti ini sih?

"Nggak Ma, Bang Juyeon baik kok, baik banget malah. Kayaknya aku mau datang bulan deh makanya sensitif gini, maaf ya Ma."

"Ya ampun Sayang, ngapain minta maaf, ya udah nggak papa. Kalo nanti kamu datang bulan jangan segan-segan bilang ke Juyeon kalo butuh sesuatu, kalo dia nggak mau laporin ke mama, ok?" Chacha mengangguk sembari tersenyum menanggapi ibu Juyeon. Juyeon menghela napas lega melihat pemandangan ini, ia tak menyangka sang ibu akan sesayang ini pada Chacha. Tapi untuk Chacha jujur saja Juyeon masih penasaran, kira-kira perempuan itu kenapa, dari tadi malam loh dia menangis, hari ini ia juga tampak murung.

"By the way mama udah makan siang? Mama mau makan apa? Aku masakin." Mau bagaimanapun Chacha harus tetap bersikap profesional, cukup sekali tadi ia kelepasan.

"Eum … apa ya? Mama belum lapar-lapar banget sih, kita masak bareng aja sekalian nyiapin buat nanti malam."

"Aku ikut, aku mau bantu juga," ucap Juyeon, jujur Juyeon sedikit kecewa sih, rencananya dia bela-belain masak kan biar bisa memperbaiki situasi sama Chacha. Tapi ya udahlah, mamanya loh yang datang.

***

"Makasih banyak loh Ma, Mama datang malah jadi repot-repot gini," ucap Chacha saat mertuanya hendak pulang. Jam menunjukkan pukul enam saat wanita paruh baya itu hendak pulang. Juyeon sudah siap-siap mengantar sang ibu tapi wanita itu menolak karena ternyata Eric sudah datang menjemput.

"Kamu ini kayak sama siapa aja, lagian kalo mama tadi nggak datang pasti kamu capek banget. Juyeon aja tadi cuma ngerecokin." Juyeon hanya pasrah disebut seperti itu oleh sang ibu karena faktanya memang seperti itu. Juyeon hanya pegang-pegang sedikit, sisanya ya memandangi dua wanita itu memasak.

"Besok-besok pesan aja atau panggil orang buat kalo mau masak, kamu jangan mau capek."

"Hehehe nggak papa kok Ma, aku senang." Chacha nggak bohong kok, dia juga nggak tau tapi sejak menikah ia mulai senang memasak, padahal dulu perempuan itu ogah-ogahan di dapur. Bahkan sang ibu dulu sering bilang 'kalau masakan kamu gini yang ada kamu dipulangin tiga kali sehari sama suami kamu', waktu itu Chacha cuma nyengir dan nggak peduli. Ada aja dalihnya biar nggak masak, trus selalu bilang 'ya kan mumpung di rumah aku bisa makan masakan mama, kalo di kost nggak bisa'. Tapi ternyata sekarang Chacha mulai menyenangi aktivitasnya, walaupun sesekali saat pulang kantor Chacha rasa berat sih harus ini itu. Mau berhenti bekerja Chacha tak mau, padahal Juyeon bilang kalo mau stop juga nggak papa. Gimana ya, sekarang ini sebenarnya Chacha nggak mikirin duit lagi (tapi hidup dia sih taruhannya, perasaan dia, hati dia, bahkan sampai kejiwaannya), tapi Chacha juga nggak mau ceroboh. Ia dan Juyeon belum tahu bagaimana ke depannya, amit-amit nih, kalau misalnya ia berhenti bekerja dan mereka cerai. Bakal gimana hidup Chacha? Cari kerja sekarang itu susah, jadi ya dijalani aja.

"Ya udah kalo gitu, nah pas banget Eric datang," ucap mama Lee saat Eric datang.

"Oh iya bentar," ucap Chacha kemudian berlari ke dapur.

"Nih buat Eric," ucap Chacha memberi bingkisan, tadi mereka membuat kue, saat Chacha tahu Eric yang akan menjemput sang mertua perempuan itu langsung menyiapkan kue yang mereka buat untuk Eric.

"Tau aja kalo gue suka makan, makasih loh," ucap Eric menerima bingkisan tersebut.

"Sama-sama, sebenarnya buat bareng mama sih tadi." Mama Lee tersenyum melihat Chacha, kadang mama Lee penasaran ingin menanyakan Juyeon dimana bertemu perempuan sesopan Chacha.

"Ya udah kita balik ya," ucap mama Lee.

"Hati-hati Ma," ucap Juyeon dan Chacha kemudian secara bergantian menyalam wanita itu.

"Temen-temen Abang datang jam berapa?"

"Jam delapan, sekalian makan malam."

"Mbak Eunbi jadi datang?"

"Bentar aku tanya," ucap Juyeon kemudian menelepon Sangyeon.

"Katanya nggak, nggak papa kalo kamu nggak nyaman semua cowok, nggak usah keluar juga nggak papa. Senyaman kamu aja," ucap Juyeon setelah mengakhiri teleponnya dengan Sangyeon dan Chacha pun hanya mengangguk.

"Paling nanti makan bareng, nggak enak juga kalo nggak keluar."

"Ya udah, pokoknya senyaman kamu ya," ucap Juyeon dan Chacha mengangguk.

"Kalo gitu aku mau mandi dulu," ucap Chacha dan Juyeon pun mengangguk, biasanya ia akan mengusili Chacha tapi untuk kali ini suasananya tidak mendukung.



Setelah Chacha mandi gantian Juyeon yang mandi dan Chacha langsung menyiapkan baju pria itu. Kalau Chacha bilang sih kebiasaan, padahal ya Juyeon udah bilang nggak usah, tapi ya udahlah. Malam ini seperti biasa Juyeon dengan celana selutut dan baju tanpa lengannya, ternyata teman-teman pria itu juga datang dengan style rumahan. Chacha pikir bakal gimana-gimana, ternyata mereka makan malam abis itu minum di taman belakang. Chacha asli cuman ikut makan, nggak enak juga gabung. Tapi dia minta izin ke Juyeon buat minum, cuma minum dikit kok nggak sampe mabuk, tapi Chacha rasa ada baiknya meminta izin sang suami. Juyeon ngebolehin dong, bahkan ni dalam hati Juyeon diam-diam gemes sama Chacha yang minta izin ke dia buat minum. Sumpah ya kalau aja suasana mereka nggak lagi kayak sekarang, Juyeon udah meluk Chacha, ciumin pipinya saking Juyeon gemes sama istrinya itu.

"Minumnya di kamar aja, kalo kamu ngantuk bisa langsung tidur." Juyeon berpikir keras buat milih kata-kata yang sekiranya nggak akan nyakitin perasaan Chacha. Dengan situasi yang kayak sekarang ini nggak menutup kemungkinan Chacha minum buat ngelupain apa yang dia rasa, Juyeon nggak papa kalo Chacha mabuk. Tapi dia nggak pengen ada orang yang liat perempuan itu mabuk tak terkecuali teman-temannya.

"Siap, kalo gitu aku ke kamar ya Bang," ucap Chacha dengan dua botol minuman di pelukannya dan Juyeon mengangguk. Pria itu pun menyusul teman-temannya yang sudah lebih dahulu ke taman belakang. Ini pertama kali mereka ke rumah Juyeon sejak pria itu menikah, maklum lah, pada sibuk.

"Rumah lo bagus banget, future oriented juga, bau-baunya bakal serius nih sama Chacha," ucap Hyunjae namun Juyeon hanya menggendikan bahu, ini Eric nggak datang, katanya sih ada janji sama cewek, jadi yang datang itu Sangyeon, Hyunjae, Younghoon, Changmin, Chanhee, Sunwoo.

"Lo gimana sih sebenarnya sama dia Bang?"

Istri Bayaran || The Boyz Lee Juyeon Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang