Duh, Chacha harus kembali ber-acting nih. Maaf ya Tante, Chacha nggak ada maksud buat bohong, Chacha cuman lagi kerja kok, serius deh.
"Baik Tante, Bang Juyeon baik banget." Chacha bingung saat mama Lee tersenyum, ada yang salah?
"Lucu banget denger perempuan manggil Juyeon dengan panggilan abang, biasanya cuman Eric."
"Ehehhe iya Tante, soalnya kan Bang Juyeon lebih tua."
"Did he treat you well?"
"Really Tante."
"Kalo ada apa-apa langsung kasih tau Tante ya. Awas aja kalo Juyeon berani nyakitin kamu, tante yang duluan ngasih dia pelajaran." Chacha kaget, asli Chacha kaget parah. Chacha bener-bener nggak nyangka mama Lee bakal ngomong gitu setelah tau latar belakang keluarga Chacha.
"Makasih banyak Tante," ucap Chacha, jangan lupa, senyum cantik nan manis selalu bertengger di wajah perempuan itu.
"Mau liat foto-foto Juyeon pas kecil nggak?"
"Mau Tante." Ini Chacha semangat sih, dia penasaran gimana masa kecilnya pria tampan nan mempesona itu. Kalo biasanya Chacha penasaran pas liat anak kecil yang ganteng kalo besar nanti bakal gimana, kalo sekarang kebalikannya dan Chacha bener-bener nggak sabar buat liat Juyeon kecil.
***
Hari-hari Chacha berjalan seperti biasa, tak ada yang spesial. Ia hanya ke kantor, pulang, besoknya ke kantor lagi, seperti itu terus. Sudah satu minggu setelah pertemuannya dengan keluarga Juyeon dan setelah itu ia tak ada interaksi apa-apa dengan Juyeon. Kalo boleh jujur Chacha ingin bertemu atau setidaknya kontakan sih dengan pria itu, tapi Chacha tahu diri, memangnya dia siapa?
Sekarang Chacha tengah berdiri di depan kantor menunggu pesanannya. Sebelum pulang tadi Chacha memesan makan dan ia lebih memilih menunggu daripada harus bolak-balik ke kost-an.
"Chacha, duluan ya," ucap Elly yang baru saja keluar dari kantor.
"Eh iya Kak," ucap Chacha, jangan lupakan senyuman perempuan itu. Namun senyuman Chacha auto memudar dan langsung menunduk saat Elly berpelukan dengan sang pacar, Chacha hanya bisa pura-pura tidak melihat.
"Ya ampun mau punya pacar juga," ucap Chacha pelan, perempuan itu baru menegakkan kepala saat Elly dan sang pacar pergi.
"Nanti aku peluk, tapi jangan di sini, yang ada jadi bahan pembicaraan orang." Chacha menoleh saat mendengar suara itu, suara yang sudah tak ia dengar selama satu minggu ini.
"Eh Bang," ucap Chacha sedikit terkejut saat melihat Juyeon. Ya ampun, bisa-bisanya pria itu tersenyum manis, dia pura-pura nggak tau atau gimana sih? Chacha paling nggak kuat loh liat yang manis-manis gini. Rasa-rasanya Chacha pengen ngomong, 'Bang, nikah yok'.
"Mau dipeluk juga 'kan? Nanti ya, jangan di sini."
"Ha?" Ya ... Chacha memang mau, tapi ya kali dia ngaku, malu weh malu, yang bener aja. Memangnya Chacha cewek apaan?
"Nanti aku peluk."
"Eh? Ehehe nggak, makasih Bang," tolak Chacha, harus sok jual mahal dong.
"Ya udah kalo nggak mau, padahal aku serius banget loh."
"Heheh makasih, tapi nggak dulu."
"Nggak dulu? Berarti nanti ya?"
"Bang ... nggak gitu ..." Sadar atau tidak, tapi Chacha malah merengek karena Juyeon terus menggoda dirinya. Pria itu malah tertawa kemudian mengacak pelan rambut Chacha, yang diacak rambut tapi yang berantakan hati, hayo loh.
"Lucu banget sih, ngapain di sini? Nunggu sesuatu apa gimana?"
"Abang ngapain di sini?"
"Jawab pertanyaan abang dulu baru nanya balik." Entah sadar atau nggak, tapi Juyeon juga mulai menyebut dirinya abang saat bersama Chacha. Padahal seumur-umur Juyeon pake lo-gue.
"Nungguin gofood, kalo udah masuk kost-an nanti malas keluar lagi."
"Kamu serius nge-kost di sebelah?" tanya Juyeon, minggu lalu ia memang hanya mengantar jemput Chacha, tak ada membahas soal kost perempuan itu.
"Serius lah, ngapain bercanda?"
"Berapa sebulan?"
"800."
"Murah."
"Memang."
"Boleh abang masuk?"
"Nggak, tamu nggak dibolehin masuk."
"Ya udah kamu pindah aja."
"Eh!" Chacha sontak melihat Juyeon dengan tatapan tak percaya, apa katanya? Pindah? Yang bener aja, Chacha sudah merasa sangat beruntung dapat kost yang sangat murah dan tepat di samping kantor sehingga ia bisa menghemat banyak uang. Sekarang Juyeon malah memintanya pindah? Oh nggak dong, nggak akan.
"Kenapa?"
"Nggak lah, ini udah mantap banget, pas di samping kantor."
"Abang yang bayar kost-nya, ah nggak deh. Kamu di apartemen aja."
"Nggak mau."
"Kenapa? Kan abang yang bayar."
"Permisi Mbak, atas nama Chacha?" Obrolan Juyeon dan Chacha terhenti saat gofood Chacha datang.
"Ah iya Mas, makasih ya Mas," ucap Chacha kemudian orang tersebut pergi.
"Gimana? Mau nggak? Atau mau di apartemen abang aja?" Heh! Ini malah makin gila, yang bener aja.
"Makasih banyak Bang, tapi nggak, nggak, nggak."
"Ya udah deh kalo nggak mau, tapi sekarang ikut abang," ucap Juyeon kemudian langsung menarik tangan Chacha menuju mobilnya.
"Mau kemana?"
"Jalan."
"Nggak."
"Nggak?"
"Aku capek, mau istirahat."
"Mau ditransfer berapa?"
Chacha memutar bola mata malas, kalau seperti ini ia mana bisa menolak. Soalnya kerjaan bercanda tapi gaji serius.
"Sepuluh." Chacha asal nyebut aja sih sebenernya, dikasih atau nggak terserah, soalnya kemarin buat ketemu keluarga Juyeon aja udah habis banyak. Lalu bagaimana dengan Juyeon? Pria itu tersenyum mendengar ucapan Chacha, ia tidak memandang Chacha sebagai perempuan yang mata duitan. Bukan, Juyeon bukannya bodoh beranggapan seperti itu, tapi Chacha kan memang hanya bekerja dan Juyeon juga yang sejak awal membebaskan Chacha menyebut nominal berapa saja pada dirinya, dan ya ... untuk nominal segitu mah nggak ada apa-apanya buat Juyeon. Orang kaya mah beda, dan sekarang ini Chacha benar-benar bersyukur mengenal orang kaya yang satu ini. Bagaimana tidak, baru satu minggu ia sudah menabung setara gajinya empat bulan, sungguh hemat bukan. Mana yang ngajak pacaran orang ganteng lagi, kurang bahagia apalagi coba Chacha? Bahagia banget sih, asli, asal jangan sampe lupa diri dan bener-bener jatuh cinta sama Juyeon aja. Kalo itu yang ada Chacha makan ati menyadari kenyataan, ya kali dia bisa bersanding sama Juyeon. Status sosial mereka aja bagaikan langit dan bumi. Kalaupun misalnya nih Juyeon juga suka sana Chacha, misalnya aja gitu, pasti orang tuanya nggak setuju. Mereka pasti nggak mau dong besanan sama petani, yang bener aja. Walaupun keluarga Juyeon terlebih mama Lee baik banget sama Chacha, perempuan itu yakin mama Lee akan mencarikan jodoh yang lebih sepadan untuk Juyeon. Jadi kesimpulannya adalah, jangan jatuh cinta pada seorang Lee Juyeon kalau ingin hidup dengan tenang.
"Cek rekening kamu." Chacha auto melakukan perintah Juyeon dan benar saja, saldo di rekening perempuan itu sudah bertambah. Chacha senang? Tentu saja, nggak papa lah capek dikit, gajinya nggak main-main ini.
"Tapi kita mau kemana Bang? Aku bahkan belum mandi loh."
"Ke apartemen abang."
"Hah!"
KAMU SEDANG MEMBACA
Istri Bayaran || The Boyz Lee Juyeon
FanfictionJuyeon butuh Pacar, Chacha butuh uang. Best deal, bukan? Eh tapi kok malah nikah?